Selamat membaca ^_^
Hubungan mereka membaik setelah hari itu. Mereka lebih menaruh perhatian pada jadwal satu sama lain. Supaya tidak terjadi lagi 'telepon gak diangkat', Jehan bertanya lebih dulu kapan kekasihnya punya waktu luang esok hari agar mereka bisa bertelepon, begitu pun sebaliknya. Mereka juga belajar untuk lebih mengesampingkan emosi saat sedang mengobrol satu sama lain.
Tentunya, Haechan masih belum jujur pada kekasihnya --tentang masalahnya. Masalah yang menjadi penyebab tak langsung putusnya hubungan mereka tempo lalu. Haechan rasa belum waktunya untuk Jehan tahu. Biar gadis itu mengetahuinya setelah masalah ini selesai, atau mungkin ia tidak perlu tahu sama sekali.
"Fy, sini ih, jangan jauh-jauh dari gue!" Jehan berseru pada adiknya.
Rafy mendengus malas, lalu mendekati Jehan.
"Muat gak?" Jehan mengambil baju pilihannya lalu di posisikan di depan Rafy, sebagaimana orang sedang memilih baju.
"Muat kali." Rafy menjawab malas.
"Ish!" Jehan memukul pelan lengan adiknya. "Waktu itu dia gimana pake baju lo?"
"Baju yang biasa gue pakai ngepas sama dia."
"Ngepas atau ngetat?"
"Gak ngetat, cuma pas."
"Oke berarti ukuran lo cukup lah ya.."
"Tambahin satu ukuran aja, kayaknya dia olahraga terus tuh." saran Rafy.
Jehan menoleh menatap adiknya. "Tambah dua aja deh."
"Jangan lah! Kebesaran gak lucu."
"Mending kebesaran daripada kekecilan."
"Batik tuh bagusnya fit body, Je.."
"Kalau gak muat gimana?"
"Muat, gue coba yang L aja masih agak longgar. Cukup lah dia pakai XL. Agak jauh juga panjangnya tuh." Rafy menumpuk dua baju berbeda ukuran untuk membandingkan.
Jehan menimbang-nimbang. "Yaudah deh, sekarang pilih motifnya."
Rafy sumringah, sejujurnya ia ingin ini cepat selesai. Menemani Jehan berbelanja adalah hal paling menyebalkan baginya, tapi apa daya, Jehan terus merengek pada Rafy untuk menemaninya.
Rafy adalah tipe orang yang tidak tahan dengan rengekan. Daripada Jehan terus merengek, lebih baik Rafy menuruti kemauan kakaknya itu. Jehan butuh adiknya untuk menjadi acuan ukuran, tingginya sama dengan Haechan dan proporsi tubuhnya tidak jauh berbeda.
Saat ini, mereka sedang berada di sebuah butik batik ternama di ibukota. Jehan sudah sejak lama ingin melakukannya-- memberi pakaian batik untuk Haechan, tapi baru sekarang ia bisa.
"Ini bagus nih." Rafy menunjukkan motif pilihannya.
"Enggak ah, keramean." protes Jehan. "Dia gak suka yang terlalu rame."
"Batik mana ada yang gak rame sih?"
"Cari yang simple!"
"Mana ada batik yang simple."
"Banyak. Simple bang, bukan sepi. Simple tapi berkelas."
"Gak ngerti gue."
"Makanya lo liatnya pake intuisi seni, dong.."
"Gue bukan orang seni." Rafy menatap datar kakaknya.
"Bodoh, beladiri itu seni."
"Gue gak diajarin membatik ya pas latihan.."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] So I Married My Idol ✔
Fiksi PenggemarMenjadi pasangan hidup seorang Lee Donghyuck selalu menjadi impian Jehan. Hanya mimpi, imajinasi, sebatas menghibur diri. Namun siapa sangka, beberapa kali dipertemukan secara tak sengaja membuat keduanya saling mengenal dan menaruh hati satu dengan...