43 - Kata Bunda

812 111 1
                                    

Selamat membaca ^_^


Sampai di rumah, mereka memakan makanan yang mereka bawa bersama bunda dan juga Rafy. Ada kerak telor dan beberapa jenis makanan lagi yang mereka beli di perjalanan tadi.

Hari ini giliran Rafy yang mencuci piringnya, karena Jehan dan kekasihnya lelah sehabis jalan-jalan --kata bunda.

"Sayang, aku mau tidur di kamar kamu ya.. Sekalian kita omongin yang tadi."

"Aku sih iya aja, tapi.." Jehan melirik bunda. "Bilang sana."

"Kamu yang bilang."

"Masa harus aku yang bilang? Udah gede juga!"

"Gimana cara aku ngomongnya? Bahasa kita beda." Haechan tersenyum simpul.

Jehan menghela napas. "Oh iya, ya.."

"Kenapa lu berdua?" tanya bunda yang menyadari gelagat mereka.

Jehan sontak menghadap bundanya. "Ini bun, dia pingin tidur di kamar Jeje.."

"Terus?"

"Boleh gak, bun?"

"Boleh." jawab bunda santai.

Rafy sontak berbalik menghadap mereka. "Kok boleh si, bun?" sedangkan Jehan masih terdiam mencerna keadaan.

Bunda mengangguk. "Tapi bersihin dulu tuh darah lu. Lagian lu lagi dapet gak bakal bisa macem-macem lu bedua." Jehan semakin bingung.

"Kenapa?"

"Kata bunda boleh, tapi bersihin dulu darahnya?"

Bunda memberi kode pada Jehan untuk memutar badannya.

Haechan melihat ujung belakang baju Jehan. "Sayang.. Tamunya udah datang." bisiknya.

"Apa sih? Ngomong yang jelas dong."

"Bocor."

"Ha? Boc-" Jehan sontak melotot. Ia menarik ujung belakang bajunya yang agak panjang, terlihat ada bercak darah disana.

"Ya ampun!" Jehan langsung mengambil belanjaan mereka tadi dan berlari ke kamarnya.

"Pantas sensi." lirih Haechan.

"Sekalian ntar kursinya di cek, kalau kena bersihin!" seru bunda tepat sebelum Jehan membanting pintu kamarnya.

Bunda dengan santainya memakan buah yang ada di meja dan memberi kode pada Haechan untuk mendekat.

"Sebenarnya bunda mau ngobrol, tapi gak tau gimana caranya."

Haechan terdiam bingung, pikirannya berkelana mencari kata yang tepat untuk diucapkan.

"Ada apa, bunda?"

"Ni bocah ngerti ta?" lirih bunda. "Bang, bantuin dong! Ini bunda gimana kek biar bisa ngomong, mumpung gak ada Jeje."

"Pake translate aja."

"Ya gimana? Bundanya gak ngerti."

Rafy menghela napas. "Mana hp bunda?"

"Emang kalau hp abang kenapa?"

Rafy tersenyum simpul, lalu mengeluarkan ponselnya. "Nih bunda ketik aja."

"Ketikin napa, atau ngomong aja bisa gak?"

"Kalau ngomong takut salah terjemah, bunda ngomongnya harus jelas banget. Udah abang aja yang ngetik."

"Jadi gini," mulai bunda. "Bunda memang pingin ngobrol sama kamu, tapi pas gak ada Jeje. Cuma bunda bingung gimana ngomongnya."

Haechan mengangguk, jantungnya serasa ingin berlari dari tempatnya.

[1] So I Married My Idol ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang