Selamat membaca ^_^
Pembukaan kafe bunda berjalan dengan baik. Hingga hari ini-- kurang lebih dua bulan setelah kafe dibuka, jumlah pelanggan yang datang setiap harinya terus meningkat. Menurut perhitungan, jika terus seperti ini mereka bisa balik modal tidak sampai satu tahun setelah kafe dibuka.
Tapi, bunda tidak ingin mereka bersantai dan merasa puas dulu, bisa jadi ini hanya keberuntungan di awal karena banyak orang yang penasaran dengan kafe yang baru saja dibuka. Mereka harus menjaga dan meningkatkan kualitas jika ingin pendapatan terus meningkat.
Kemajuan itu tak lepas dari bantuan teman-teman Jehan. Wanda dikenal sebagai dokter muda cantik nan karismatik yang sering membagikan materi seputar kesehatan di story akun pribadinya. Karenanya, ia memiliki banyak pengikut di sosial media dan mereka memanfaatkan itu untuk mempromosikan kafe bunda.
Lain dengan Wanda, Alea melakukannya dengan promosi dari mulut ke mulut. Ia termasuk orang yang supel dan punya banyak kenalan. Alea mempromosikan kafe bunda pada setiap orang yang ditemuinya atau orang-orang yang sedang chatting-an dengannya, promosinya diselipkan di tengah obrolan mereka.
Jehan sendiri sudah mendapat pekerjaan di perusahaan yang sama seperti Alea-- yang tempo lalu mereka bicarakan.
~
Semuanya berjalan lancar, tapi tak dapat dipungkiri, Jehan merasa lebih lelah daripada sebelumnya. Seperti biasa, sekembalinya Jehan ke rumah sehabis bekerja dan mengurus kafe, ia akan melakukan panggilan video dengan kekasihnya.
"Kamu kok pucat, yang?" tanya Haechan di seberang telepon.
"Masa sih?" Jehan memperhatikan wajahnya sendiri di layar ponsel.
"Jangan terlalu capek, istirahat yang cukup, pola makan dijaga, banyak minum air putih-"
"Iya.. Cerewet banget sih." Jehan terkekeh.
"Aku cuma balikin yang sering kamu bilang ke aku." Haechan balas terkekeh.
"Cerewet banget ya aku.."
"Wajar kok, perempuan." Haechan mengalihkan pandang dan tangannya membentuk 'peace'.
"Ih dasar!" Mereka tertawa bersama.
"Gimana kerjaan kamu? Ada masalah?"
"Gak ada sih, kerjaannya aku suka banget, seniornya juga baik-baik, aku kayak punya keluarga baru. Cuma ya itu, agak capek aja sih. Pagi berangkat kerja, pulang sore langsung ngurusin kafe sampai malam. Padahal dulu gapapa, tapi kok sekarang kerasa ya capeknya."
Haechan tersenyum. "Mungkin karena kamu udah lama gak se-sibuk itu. Pelan-pelan nanti terbiasa lagi kok, yang penting tetap jaga kesehatan."
"Iya, kalau kamu gimana?"
"Baik, anak-anak senang sama aku. Orang-orang direksi juga baik banget bimbing aku."
"Kamu tuh kerjanya ngapain sih?" Jehan merubah posisinya yang semula bersandar menjadi berbaring.
"Ngurusin trainee, ngawasin mereka latihan plus evaluasi, sama kalau mereka butuh semacam konseling bisa ke aku. Sama rekap data perkembangan mereka."
Jehan mengangguk-angguk mengerti. "Kayak pelatih gitu dong?"
"Bisa dibilang begitu, tapi aku punya jabatan." Haechan menunjukkan wajah sombongnya.
"Iya deh, iya.." Jehan terkekeh.
Hening beberapa saat, mereka saling mendalami wajah satu sama lain.
"Oppa.., sayang.."
"Iya, sayang?"
"Aku kangen." Jehan menatap nanar kekasihnya.
Haechan mengalihkan pandang dan menghela napas. "Kamu tahu apa yang pingin banget aku lakukan sekarang?"
"Apa?"
"Lari nyamperin kamu." Haechan menatap dalam kekasihnya sebelum merubah ekspresi. "Andai aja hp bisa jadi portal buat ketemu."
"Kayak 'pintu kemana saja'nya doraemon gitu?"
"Hmm.." Haechan berpikir sejenak. "Iya gitu, kan gampang jadinya kalau kita mau ketemu. Aku bisa ke rumah kamu dalam sekejap, gak butuh waktu lama juga buat balik lagi."
"Hayal teruuss.." Jehan tertawa.
Haechan tersenyum sekilas melihat gadisnya tertawa. "Ayolah, sayang.. Kamu juga pernah mikir begitu kan?"
"Iya sih.. Oh ya, apa aku pinjam 'pintu'nya doraemon aja ya?" canda Jehan.
"Boleh tuh, tanyain sana, boleh dipinjam gak pintunya?"
"Boleh lah, kan doraemon bestie aku."
Mereka tertawa bersama, memang benar Jehan sangat menyukai karakter doraemon hampir semua barangnya kalau tidak dihiasi foto Haechan, ya karakter doraemon.
"Tapi, beneran deh, sayang. Kalau ada teknologi yang bisa bikin hp atau benda apa aja kayak jadi jalan pintas bakal berguna banget buat orang-orang yang ldr kayak kita."
"Iya ya.. Coba kamu aja yang bikin, lumayan pasti laku keras."
"Gak ngerti aku yang kayak gitu."
"Sama aku juga, hiks." Jehan memasang wajah sedih yang dibuat-buat.
Haechan tertawa kecil menanggapi gadisnya. "Random banget ya kita."
"Kamu yang mulai." Jehan ikut tertawa.
"Oh iya!" seru Haechan setelah Jeno --yang duduk tak jauh darinya-- mengatakan sesuatu.
"Kenapa, kenapa?" tanya Jehan.
"Itu- enggak deh, nanti aja." Haechan tersenyum simpul.
"Kenapa sih? Jangan bikin penasaran dong.." bibir Jehan mengerucut.
"Jen, emang boleh dibilangin?" Haechan kembali mengalihkan atensi pada Jeno.
"Bilang aja, Jehan gak bakal nyebar ke fans kan?"
"Enggak sih."
"Kenapa sih?" Jehan semakin penasaran.
"Tapi kamu jangan bilang siapapun ya, termasuk teman-teman kamu." Haechan terlebih dahulu mengingatkan.
"Apaan emang?"
"Jadi.., janji dulu jangan bilang siapa-siapa."
"Iyaa.., kenapa sih?"
"Nanti aku mau ke Indonesia, nct dream, tapi ini belum diumumin dimanapun, jangan sampai terdengar yang lain."
Mata Jehan berbinar. "Serius? Kapan??"
"Emm.. Tiga minggu kan dua puluh satu hari, berarti.., sembilan belas hari lagi."
Jehan refleks berteriak dan berguling-guling di kasur saking senangnya. Tingkahnya tersebut membuat Haechan tertawa.
"Rencananya aku mau ngajak dreamies ke kafe bunda, tapi kamu jangan bilang dulu ke bunda, nanti aja bilangnya kalau udah diumumin nct mau ke Indo. Tapi, ini pun kalau dibolehin sih."
"Maksudnya?"
"Aku ngusulin ke manager hyung, tapi gak tau bakal dibolehin atau enggak sama perusahaan."
"Oh gitu.. Tapi, berkunjung aja kan, gak bikin konten?"
"Enggak kok, berkunjung aja. Cuma ya kamu tau kan perusahaan kayak gimana sama idol-nya."
Jehan mengangguk mengerti. "Mudah-mudahan dibolehin ya.."
Mereka lanjut mengobrol hingga tak terasa sudah pukul 02.00 pagi. Usai menyanyikan lagu pengantar tidur, Haechan menutup sambungan telepon karena Jehan sudah terlelap.
Bukannya berkurang, rindunya malah semakin membuncah. Mereka jadi tidak sabar menunggu hari pertemuan mereka nanti. Semoga semuanya berjalan dengan lancar.
~ Tbc ~
~🌹N
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] So I Married My Idol ✔
FanficMenjadi pasangan hidup seorang Lee Donghyuck selalu menjadi impian Jehan. Hanya mimpi, imajinasi, sebatas menghibur diri. Namun siapa sangka, beberapa kali dipertemukan secara tak sengaja membuat keduanya saling mengenal dan menaruh hati satu dengan...