14 "Kenyataan"

3.2K 126 0
                                    

Devira tidak bisa kembali tidur, ia hanya duduk di ruang makan apartemen Gavin sambil duduk merundukkan kepalanya. apa yang sebenarnya terjadi Devira tidak tahu, ia tidak bisa berpikir kemungkinan-
kemungkinannya. Tapi satu fakta yang Devira tahu dari Gavin bahwa laki-laki itu mabuk, laki-laki itu seorang peminum? Sejauh apa Devira harus mengetahui hal buruk lainnya?

Pikiran Devira melayang pada beberapa waktu lalu ketika dengan tiba-tiba Gavin menciumnya. MENCIUM. Apa Devira bisa lebih tidak marah lagi dengan perilaku Gavin yang buruk. Devira semakin tidak percaya pada Gavin. Dunia apa yang selama ini bersarang dalam kehidupan Gavin. Segala sesuatunya jelas membuat kepala Devira pusing karena berpikir keras, mencoba sedikit menerka perihal kehidupan yang Gavin jalani.

Meskipun itu bukan ciuman pertamanya, tapi tetap saja, dicium oleh orang yang tidak dikenal dan gay adalah hal paling buruk sejauh ia ketahui. Ah, Tolong jangan lupakan fakta lain bahwa laki-laki itu mabuk. Kurang buruk apalagi hari yang Devira lalui hari ini.

Devira mengacak-acak rambutnya kesal, pagi nanti ia akan menghajar habis-habis an Gavin. Sekarang ia harus mencari tahu bagaimana cara membuat orang mabuk sadar dengan lebih cepat.

***

Pagi harinya, guratan hitam terlihat dibawah mata Devira, ia tidak bisa tidur sepanjang malam. Devira beranjak melihat isi dapur Gavin yang hanya berisi beberapa makanan instan. Sangat tidak sehat. Akhirnya Devira inisiatif untuk membeli beberapa sayuran di supermarket tapi sepertinya supermarket belum buka jam 06.00 pagi. Akhirnya ia akan mencari pasar tradisional di dekat apartemen Gavin. Devira kembali setelah beberapa menit, benar saja, supermarket di bawah Gedung apartemen Gavin belum buka, jadi ia berjalan lumayan jauh dan menemukan pasar tradisional. Devira tidak lupa mengingat-ingat nama apartemen Gavin takut ia lupa jalan pulang. Devira menyiapkan sup pereda mabuk. Setelah memasak beberapa menit. Ia akhirnya menuju sofa depan televisi untuk membangunkan Gavin.

"Gavin, bangun" kata Devira. Tangannya menggoyang-goyangkan kaki kanan Gavin keras. Gavin tidak bergerak sama sekali. Akhirnya Devira menepuk-nepuk kaki Gavin, tetap tidak ada respon.

Huft!

Akhirnya Devira maju satu langkah, lalu ia tepuk-tepuk kedua pipi Gavin dengan sedikit keras, supaya laki-laki itu cepat bangun. Gavin mengerang, lalu ia meringis. Devira tidak tahu kenapa tapi dahi Gavin berkerut.

"Gavin, Bangun" ucapnya sekali lagi, kali ini tanpa menepuk kedua pipi Gavin, hanya suaranya saja. Gavin mulai membuka matanya perlahan, tangan kanannya memegang kepala. Sepertinya terasa sakit. Devira beranjak menjauh dari dekat Gavin, kemudian ia melihat laki-laki itu mulai merubah posisi menjadi duduk, tapi tangan kanannya masih memegang kepala.

Devira berjalan ke meja makan, mengambil sup yang sudah ia masak, lalu ia simpan di meja dekat Gavin. Gavin melihat kearahnya nampak bingung. Sepertinya laki-laki ini belum sadar sepenuhnya. Gavin masih diam bergeming di posisi yang masih sama.

"Makan ini, siapa tahu kamu cepet waras" ucap Devira ketus. Devira benar-benar kesal. Tapi kekesalan itu tidak puas jika harus di lampiaskan pada manusia mabuk, jadi Devira menginginkan Gavin sadar sepenuhnya.

Gavin menurunkan kakinya kebawah sofa. Lalu ia duduk menghadap sup yang tadi di simpan Devira. Masih tidak mengeluarkan suara, laki-laki itu justru diam hanya menatap sup itu. Devira hanya diam duduk di sofa yang berbeda dengan sofa yang di duduki Gavin.

"Sorry"

Setelah beberapa menit lamanya Gavin hanya menatap sup itu, akhirnya ia mengeluarkan suara. Devira melirik Gavin sebentar lalu ia membuang muka, meraih ponselnya. Kepala Devira juga sedikit pusing karena kurang tidur, apalagi pagi-pagi ia harus memasak.

The Fault in Life [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang