Kalau kalian tipe orang yang suka di beri hadiah, apalagi berbentuk makanan, kalian akan merasa senang seperti teman-teman kursus Devira. Yap, kehadiran Gavin membuat jadwal kursus masak berubah menjadi jadwal pesta makan. Laki-laki itu membawa makanan beraneka ragam dalam kurun waktu kurang dari dua jam.
Saat mencoba makanan yang dibawa oleh para petugas berjubah putih, teman-teman Devira bergantian meminta untuk diajarkan cara membuat makanan yang tersedia kepada Mbak Eriska.
"Maaf udah bikin kacau kursus kali ini Mbak" kata Gavin pada Mbak Eriska. Devira hanya tersenyum pada Mbak Eriska pertanda menyetujui ucapan Gavin.
"Gak apa-apa, gak tiap hari. Lagian Mbak seneng jadi bebas" kata Mbak Eriska sambil tertawa.
"Kapan kamu mau ikut kelas lagi?" Tanya Mbak Eriska. Devira sedikit bingung. Ia pikir Mbak Eriska bertanya pada dirinya, tapi saat melihat Mbak Eriska, perempuan itu sedang menoleh kearah Gavin. Tunggu. Gavin ikut kelas memasak? Yang benar saja.
"Mungkin, nanti" jawab Gavin.
Devira melihat ke arah Gavin, menggerakkan matanya seolah bertanya 'ikut kelas masak?' dan Gavin hanya menaikan sebelah alis kanannya.
Acara makan-makan sangat dinikmati. Jangan lupakan Ryan yang dari tadi hanya diam, tidak ada Ryan yang menghampiri Devira tiba-tiba. Tidak ada Ryan yang mengajak bicara atau jalan berdua, laki-laki itu hanya memotret, melakukan tugasnya. Gavin selama acara makan-makan selalu disamping Devira. Tangannya tidak lepas dari punggung Devira. Seolah mengatakan bahwa Devira adalah miliknya.
Gavin juga tidak jadi masuk kantor, laki-laki itu jadi sering bolos. Sekarang ia ikut pulang bersama Devira ke apartemen.
"Mas, ko bisa tiba-tiba datengin makanan sebanyak itu? Terus, sejak kapan tempat kursus masak itu punya Mama? Terus kamu juga ikut kelas masak mbak eriska? Kamu? Masak?" Pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan Devira saat mereka berhasil masuk ke dalam apartemen.
"Sayang, nanya itu satu-satu" kata Gavin.
"Aku penasaran, kayanya masih banyak hal yang gak aku tahu" kata Devira.
"Mama punya usaha katering, aku cuma bilang butuh makanan dan mereka anter sesuai yang aku mau, Mama emang seneng masak dari dulu dan kebetulan Mama punya temen chef jadi mereka kerja sama buat bikin kelas masak, Mbak Eriska itu anaknya temen Mama yang juga sekolah masak dan buka kelas. Aku pernah ikut Mbak Eriska" jelas Gavin.
"Jadi kamu sempet kursus masak?" Tanya Devira.
"Bukan, aku jadi guest di kelas Mbak Eriska"
Devira melongo tidak percaya.
"Kamu jago masak?"
"Engga jago, cuma, bisa" kata Gavin.
"Selama ini, kamu bisa masak?" Tanya Devira lagi.
Gavin mengangguk. "Dikit"
"Gak, gak. Kenapa kamu gak pernah masakin aku?" protes Devira.
"Kamu gak pernah minta" kata Gavin.
Devira memasang wajah marah. Apa katanya?
Gavin tidak tahan untuk tidak mengacak-ngacak rambut Devira karena merasa lucu melihat ekspresi marah Devira.
"Nanti aku masakin" kata Gavin.
"Sekarang giliran aku, aku pikir, aku yang gak tahu kamu lebih banyak" kata Gavin.
Gavin dan Devira sama-sama duduk di kursi depan televisi. Gavin tidur terlentang lebih dulu, lalu Devira ikut setelahnya. Mereka berdua tertidur di sofa sempit depan televisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault in Life [THE END]
RomanceHidup Devira yang hampir tenang dua bulan ini berubah menjadi rumit kembali. Belum sempat ia benar-benar melupakan masa lalu yang mencekik pikiran dan hatinya, dengan tiba-tibanya hadir Gavin Ravindra seorang Presiden Direktur Grandmedia Group yang...