3 "Bad Day"

3.5K 187 0
                                    

Devira menyipitkan mata sedikit agar bisa menyesuaikan mata dengan teriknya matahari, lalu menghela napas berat, keringat mulai bercucuran dikepalanya turun hingga rahang. Sudah hampir tengah hari ini Devira berkeliling mencari alamat yang tertera diselembar kertas hvs yang sudah terpotong. Sebagai orang yang baru saja melaksanakan sidang skripsi, Devira tidak ingin menunda untuk mencari pekerjaan, Devira ingin segera bekerja dan melupakan segala hal yang terjadi semasa kuliah. Tapi sampai tengah hari begini, alamat yang dituju tidak juga Devira temukan. Padahal Devira jauh-jauh dari Bandung mengambil kereta subuh agar tidak sampai terlalu siang.

Satu bulan lalu Devira melamar pekerjaan di beberapa tempat tepat dua hari setelah sidang skripsi, Devira mencari lowongan di jobsreet dan memilih pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya yaitu ilmu komunikasi. Ada beberapa yang memberi email untuk melakukan wawancara selama dua minggu terakhir ini, tapi, selalu bentrok dengan jadwalnya yang harus mengurus berkas wisuda ditambah Devira masih harus melakukan bimbingan jurnal dengan dosen. Untung saja semuanya sudah beres dua hari lalu dan kini Devira bisa melakukan panggilan wawancara di Jakarta.

Ini tentu saja bukan kali pertama Devira datang ke Jakarta, tapi untuk ke Jakarta sendirian seperti sekarang memang baru pertama kali, modal nekat, Devira tidak memberi tahu orang tuanya, bahkan kedua sahabatnya Vania dan Elvira juga tidak diberi tahu, Namanya juga nekat, iseng-iseng berhadiah saja. Devira sampai di Jakarta pukul 08.00 pagi dengan menempuh jarak selama kurang lebih empat jam perjalanan. Devira melihat jam di tangan kirinya, sudah pukul 11.30 dan Devira masih berkeliling tidak jelas, Devira sebenarnya sedikit khawatir kalau akan tersesat. Jakarta itu kota metropolitan yang sebenarnya ingin dihindari, tapi untuk bertahan di Bandung, rasanya tidak mungkin, bukan tidak mungkin, tapi lebih tepatnya tidak ingin.

Devira sudah naik tiga kali bus transjakarta, setiap kali bertanya pada orang ketika menunggu dihalte, mereka seperti enggan menjawab, akhirnya mereka hanya akan menggelengkan kepala atau bahkan tidak menjawab sama sekali. Apa di kota ini sangat sulit mencari orang baik? Hal itu yang sedari tadi Devira pikirkan. Beruntung masih ada satu orang yang menjelaskan padanya tentang rute bus, Namanya Dina, dia dari Jogja dan sudah lama tinggal di Jakarta. Bersyukur sekali bertemu Dina disaat seperti ini. Devira sebenarnya ingin menyerah, bukan menyerah pulang kembali ke Bandung, tapi, menyerah dengan menggunakan jasa ojek online, bukan dengan naik angkutan umum yang menyebabkan ia terombang-ambing seperti anak hilang.

Devira berjalan menuju halte, ini bus terakhir yang Devira naiki jika mengikuti arahan Dina yang Devira catat di note handphonenya.

"Wei mbak, sendirian aja, mau kemana mbak?" tanya seseorang yang tiba-tiba saja berjalan mendekat kearahnya.

Devira hanya mengangguk tersenyum tidak berniat untuk menjawab. Hari ini Devira sudah cukup lelah dan Devira cukup merasa lapar karena sejak sampai Devira belum makan atau minum sesuatu, terlalu sibuk memikirkan alamat yang tanpa Devira sangka akan sejauh ini. Tentu saja diganggu oleh orang yang tidak dikenal apalagi laki-laki genit sangat membuat emosi naik.

"Sombong amat sih mbak gak jawab pertanyaan, pasti orang baru ya?" Tanya orang itu lagi, kini orang itu duduk disampingnya.
Ingat Ra, untuk duduk di tempat umum kaya gini gak perlu minta ijin. Pikir Devira.
Devira mendengus lalu menggeserkan badannya agar tidak begitu merapat dengan laki-laki itu. Tapi laki-laki itu terus merapatkan duduknya mendekat membuat Devira ingin sekali menggamparnya saat ini juga. Devira berdiri, karena itu satu-satunya cara agar Devira bisa terhindar darinya. Saat Devira berdiri, laki-laki itu juga ikut berdiri, dia sekarang sedikit berjalan didepannya lalu membalikkan badannya kearah Devira hingga posisinya mereka saling berhadapan.

"Mau masnya apa ya?" Tanya Devira dengan nada sinis. Tidak bisa mentoleransi.

"Wei santai dong mbak, kan cuma ngobrol" jawab orang itu sambil tertawa cengengesan.

The Fault in Life [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang