Setelah obrolan panjang lebar Gavin tadi malam, Devira benar-benar merasa tenang, setidaknya hatinya tidak merasa dibawah tekanan. Ia bisa lebih rileks tinggal dirumah ini. Paginya Devira sudah menyiapkan sarapan, Devira memanggang croffle dengan saus coklat, tidak lupa ia kupas buah apel dan membuah susu untuk Gavin dan ia sendiri. Hari ini benar-benar terasa ringan.
Devira tidak lagi canggung untuk mengetuk kamar Gavin, biasanya Devira akan membiarkan Gavin bangun sendiri dan menunggu dibawah.
"Mas, sarapan udah siap" kata Devira sambil membuka pintu. Gavin tidak terlihat dikamarnya. "Mas..." Panggil Devira lagi.
"Mentang-mentang lo gak canggung lagi sekarang berani ya masuk kamar gue" suara Gavin terdengar dari arah kamar mandi menghampirinya.
"Aaaaaa....." Teriak Devira refleks ketika kepalanya menoleh kearah suara.Kedua matanya ditutupi oleh kedua tangannya sendiri. Gavin keluar kamar mandi hanya dengan handuk setengah badan.
"Suruh siapa masuk tanpa izin" kata Gavin dengan wajah datarnya.
"Eh udah janji gak akan marah-marah" kata Devira. Kali ini satu tangan kanannya menunjuk sambil digoyang-goyang.
"Kapan gue janji?" Tanya Gavin, alis sebelah kanannya diangkat keatas.
"Yang bilang pelan-pelan siapa?" Devira balik nanya. Masih dengan keadaan mata tertutup
"Pelan-pelan buat ngomong, bukan gak marah" Jawab Gavin.
"kok gitu, baru kemarin berasa dapet kakak, sekarang ngerasa langsung dibuang" keluh Devira.
"Sana lo keluar, gue mau pake baju" kata Gavin.
"Ga bisa jalan, gelap" kata Devira. Gavin menghela nafas, rasanya ingin mengacak rambut dipuncak kepala Devira yang lebih pendek darinya itu. Devira bisa merasakan helaan napas Gavin. "Jangan marah" kata Devira.
Gavin akhirnya mendorong Devira dari belakang menuju pintu kamar. "Gue gak marah, udah tunggu dibawah" kata Gavin
Setelah Devira keluar, Gavin memakai bajunya, lalu terkekeh pelan. Bisa-bisanya hanya dengan satu malam, Devira berubah jadi lebih berisik. Biasanya Gavin akan mendengar ocehannya setiap makan malam saja, bertanya ini dan itu, hari ini, paginya sudah ribut sekali.
***
"Inget, besok kita berangkat" kata Gavin setelah ia menyelesaikan makannya. Terakhir ia menghabiskan segelas susu.
"aku mana bisa lupa soal liburan, justru besok hari yang aku tunggu-tunggu. Mas foto yang ditunjukin waktu itu, dimana tempatnya?" cerita Devira.
"Laboan Bajo, Lo siapin keperluan gue ya, takut gak keburu, kayaknya bakal lembur hari ini" kata Gavin.
"Gak apa-apa aku buka lemari mas Gavin?" Tanya Devira. Gavin menganggukkan kepalanya pertanda membolehkan.
"Okay semua beres sama aku" kata Devira.
"Gue berangkat, awas lemari gue jangan lo acak-acak" kata Gavin. Devira mengangkat tangan kanannya membentuk hormat pada Gavin. Ini pertama kalinya Gavin berpamitan seperti itu, dengan nada yang lebih baik. Tidak tahu kenapa Devira merasa senang, senyumnya dari tadi belum hilang. Setelah Gavin pergi, Devira membersihkan meja makan dan mencuci piring. Kemudian, ia akan menyiapkan segala hal keperluan untuk liburan besok.
***
Gavin benar, ia lembur. Sebelumnya Gavin sudah mengatakan untuk tidak perlu masak makan malam karena Gavin tidak tahu jam berapa akan pulang, jadilah Devira makan sendirian dengan memesan secara online. Sekarang sudah pukul 9 malam laki-laki itu belum juga pulang. Sebenarnya ini bukan pertama kali Gavin lembur, sebelum-sebelumnya juga pernah, meskipun lebih banyak Gavin pulang kerumah tepat dipukul 7 malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault in Life [THE END]
RomanceHidup Devira yang hampir tenang dua bulan ini berubah menjadi rumit kembali. Belum sempat ia benar-benar melupakan masa lalu yang mencekik pikiran dan hatinya, dengan tiba-tibanya hadir Gavin Ravindra seorang Presiden Direktur Grandmedia Group yang...