47 "Wisuda"

2.3K 103 1
                                    

Mata Gavin terfokus pada jalanan didepan, jalan tol cukup lenggang setelah tadi macet. Devira menyalakan musik, lagu milik Honne berjudul Free Love terputar di mobil, salah satu lagu favoritnya akhir-akhir ini. Membayangkan tentang kehidupan simple yang bahagia adalah salah satu impiannya. Kepalanya bergerak ke kanan dan kekiri mengikuti irama, sesekali ikut bernyanyi, Gavin yang berada disebelahnya mengikuti irama lagu dengan mengetukkan telunjuk tangan kanannya pada stir mobil.

Sebenarnya Devira tahu lagu ini dari ruang kerja Gavin yang pada saat itu tidak sengaja terdengar olehnya lalu menanyakan judul lagunya pada Gavin

Setelahnya, satu album milik Honne terputar, berganti lagu milik the 1975 yang terputar, setelahnya satu album milik Cigarette After Sex terputar.

Perjalanan malam hari ternyata menyenangkan, meskipun jalanan hanya diterangi lampu kendaraan dan lampu jalan. Tapi rasanya tidak begitu tersiksa oleh teriknya matahari.

Berjam-jam mereka diperjalanan sampai pada 30 menit terakhir Devira tertidur. Tangan Gavin tergerak untuk memindahkan lantunan musik pada radio dan memilih acara komedi.

Mobil Gavin terparkir tepat didepan rumah Devira, laki-laki itu kemudian mematikan mesin dan menyentuh pipi Devira dengan tangannya.

"Ra, kita udah sampai" kata Gavin. Devira bergerak dalam tidurnya, keningnya berkerut, lalu membuka mata perlahan, lagu Cigarette After Sex sangat ampuh menjadi pengantar tidur karena musik yang menenangkan.

Devira meregangkan badannya. Lalu pintu rumahnya terbuka lebar dan terlihat Bunda Hanna yang tersenyum senang. Berlari-lari kecil menghampiri mobil mereka. Gavin dan Devira sama-sama belum keluar dari mobil. Melihat Bundanya yang begitu antusias Devira dengan sangat buru-buru turun dari mobil, diikuti oleh Gavin yang justru memilih berjalan kearah belakang menuju garasi mobil, mengeluarkan satu koper milik dirinya sendiri dan satu koper milik Devira. Ternyata masih ada satu tas lagi, Gavin tidak tahu itu berisi apa.

Gavin berjalan berputar menghampiri Bunda Hanna yang sudah memeluk erat Devira. Di belakang Davin berjalan menghampiri mereka lalu menyalami Gavin.

"Biar dibawain aku bang" kata Davin pada Gavin. Gavin menepuk pelan pundak sebelah kiri Davin lalu berterima kasih. Setelah Devira melepaskan pelukannya dari Bunda Hanna, Gavin menyalami bunda Hanna. Ayah Dimas belum terlihat. Mereka berjalan menuju rumah. Davin mendorong koper milik Devira dan Gavin berbarengan, Gavin ingin membantu tadinya, tapi Davin bersikeras untuk membawanya sendiri.

"Ayah kemana bun?" Tanya Devira.

"Di kamar mandi" jawab Bunda Hanna.

Davin mengangkat satu persatu koper milik kakak dan kakak iparnya itu ke lantai dua, ke kamar Devira. Sementara mereka masih berkumpul di lantai satu untuk duduk di ruang keluarga.

Ayah Dimas datang menghampiri mereka berdua
Dan Bunda Hanna yang berada di ruang keluarga.
Gavin langsung menyalami kemudian Devira juga menyalami sambil memeluk.

"Ayah kira kalian mau datang besok aja" kata Ayah Dimas.

"Engga Yah, pas Mas Gavin pulang kita langsung berangkat" kata Devira.

"Lebih baik kalian istirahat, besok pasti harus pagi-pagi" kata Bunda Hanna.

Devira menganggukan kepalanya, lalu ia dan Gavin berpamitan menuju kamar Devira.

***

Untuk ukuran kamar perempuan, Kamar Devira cukup netral, dengan cat dinding berwarna putih, tertempel banyak kata-kata motivasi. perabot kamar seperti meja kerja, meja rias, tempat tidur, lemari pakaian didominasi warna putih. Ada lemari buku yang diisi oleh beberapa frame foto dan boneka-boneka kecil, hanya ada tiga buku yang Gavin yakin hanya menjadi pajangan saja. Gavin mengedarkan pandangannya, melihat tempat tidur Devira yang berukuran Queen dengan sprei berwarna nude.

The Fault in Life [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang