Gavin bangun dengan posisi memeluk guling yang menjadi pembatas antara dirinya dan Devira, sementara perempuan itu tertidur membelakanginya. Posisi mereka begitu dekat hanya terhalang satu guling saja. Entah sejak kapan posisi mereka justru saling berdekatan memilih untuk diam dibagian tengah tempat tidur. Gavin segera merubah posisinya menjauh karena takut Devira melihatnya, bisa-bisa ia harus tidur disofa.
Gavin berdiri, meregangkan badannya terlebih dahulu lalu melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 5.19 matahari belum terbit. Gavin berniat untuk keluar, meskipun udara masih dingin tapi menikmati sunrise adalah salah satu hal yang ia ingin dapatkan ketika disini. Sepertinya Gavin harus membangunkan Devira. Mengajaknya melihat sunrise, sebelum perempuan itu nanti mengomel yang membuat telinga Gavin panas.
"Vira..." Panggil Gavin sambil menepuk bahu perempuan itu pelan.
"Vira...bangun...lo mau liat sunrise engga?" Tanya Gavin masih sambil menepuk pundak Devira.
Devira merubah posisi, lalu memicingkan mata dan membuka matanya perlahan. Cahaya lampu masuk dalam penglihatan Devira.
"Jam berapa mas sekarang?" Tanya Devira. Ia merubah posisinya menjadi duduk.
"Masih jam 5" jawab Gavin.
"Bentar aku cuci muka dulu" kata Devira, lalu berjalan menuju kamar mandi. Gavin mengekori dari belakang karena ia pun belum mencuci muka.
Mereka berdua mencuci muka dan gosok gigi, ada untungnya juga wastafel ini ada dua, jadi mereka tidak perlu saling menunggu.
Setelah selesai, Devira memakai jaket dan membawa kain pantai miliknya. Sementara Gavin cukup dengan jaket boomber hitam. Mereka berdua keluar, keadaan masih sepi sekali, sepertinya orang-orang belum bangun, saat berjalan suara pantai bisa terdengar jelas. Berdesir, bising, tapi menenangkan.
"Kita kepagian kayanya mas" kata Devira tertawa.
"Duduk disana aja" kata Gavin.
Mereka duduk di kursi-kursi restoran, karena kalau sekarang menuju pantai angin masih kencang dan dingin. Bisa-bisa bukannya menikmati tapi malah sibuk menggigil.
"Mas tiap hari bangun jam segini?" Tanya Devira.
"He'em" jawab Gavin sambil menyenderkan punggungnya pada kursi. "Lo susah bangun" lanjutnya.
"Aku biasanya bangun jam segini juga tau, hari ini mungkin capek aja belum terbiasa ditempat baru" jelas Devira.
"Alasan, dari kemarin kerjaan lo tidur" kata Gavin.
"Ish mas" kata Devira, pagi-pagi sudah memanyunkan bibirnya.
Gavin tertawa tiba-tiba. Membuat Devira menoleh kearah laki-laki itu. Semakin lama orang-orang semakin berdatangan.
"Ayok, keburu banyak orang" ajak Gavin.
Mereka berdua berdiri dan menuju pantai, matahari sudah sedikit terlihat. Angin tidak begitu dingin meskipun kadang masih terasa kencang. Suara ombak membuat suasana menjadi tenang. Devira dan Gavin hanya berdiri sambil menatap matahari. Pemandangan yang sama indahnya dengan yang kemarin sore. Jika kemarin Devira heboh ingin berfoto, sekarang Devira lebih tenang menikmati, Gavin merasa bersyukur saja dengan itu.
***
Devira sudah cari informasi sebelum sampai di Laboan Bajo dan membuat list tempat yang akan ia kunjungi. Setelah kemarin sampai, Devira kembali melakukan pengecekan akan kemana saja dengan jarak tempuh yang sudah ia perkirakan. Sejauh ini Bukit Sylvia, Pantai Waecicu adalah yang paling dekat dari tempat ia menginap. Akhirnya Devira memutuskan untuk bermain di bukit Sylvia dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault in Life [THE END]
RomanceHidup Devira yang hampir tenang dua bulan ini berubah menjadi rumit kembali. Belum sempat ia benar-benar melupakan masa lalu yang mencekik pikiran dan hatinya, dengan tiba-tibanya hadir Gavin Ravindra seorang Presiden Direktur Grandmedia Group yang...