Setelah semalam menginap di rumah Papa Hari, Devira dan Gavin berpamitan untuk pulang siang harinya setelah makan siang. Libur begini rasanya lebih enak untuk diam dirumah, jadilah mereka pulang ke apartemen.
Di Apartement, Devira dan Gavin sama-sama duduk disofa, tidak berniat untuk menyalakan televisi, tidak berniat juga mereka membuka obrolan, tiba-tiba hening.
Drrtt......
Kak Darren Calling...
Suara panggilan Darren memecahkan keheningan antara mereka berdua. Devira segera mengangkat telpon Darren.
"Hallo Kak"
"Jam 6 gue jemput ya" kata Darren.
Gavin buru-buru mengambil ponsel Devira. Devira malah terkejut sendiri.
"Gue yang anter, lo kirim alamatnya" kata Gavin.
"Anjing ko jadi lo yang ngomong, Kenapa sih lo nyet, ganggu usaha gue aja" omel Darren.
"Kirim alamatnya" kata Gavin lagi lalu menutup telpon Darren. Ia mengembalikan ponsel itu pada Devira.
"Mas..." Panggil Devira.
"Hmm"
"Cemburu ya?" Tanya Devira sambil mengulum senyum. Gavin menoleh ke arah Devira, menatap perempuan itu lama. Tanpa bicara. Lalu mendekat dan mengecup pipi Devira cepat. Devira terkejut. Bisa tidak ya Gavin itu tidak melakukan hal-hal seperti ini dengan spontan supaya jantungnya aman?. Laki-laki ini kenapa sih.
"Gue gak akan jawab" kata Gavin. Ia lalu berdiri dan melangkah. Kenapa Gavin pake istilah gue lagi? Devira sekarang tahu, perubahan Gavin yang seperti itu bisa saja menjadi tanda perubahan hatinya.
Devira buru-buru berdiri mengikuti Gavin lalu meraih tangan laki-laki itu. Gavin menolehkan badannya. Lalu Devira berjinjit dan mencium pipi Gavin, membuat Laki-laki berdiam diri.
Devira kembali menapaki lantai kemudian hendak berlari, tapi tangannya ditahan oleh Gavin membuat perempuan itu secara spontan kembali berbalik kearah Gavin. Gavin menarik tangan Devira dan memeluk perempuan itu. Kenapa rasanya selalu ingin memeluk Devira? Serasa tidak cukup setiap malam ia lakukan itu. Kenapa bisa Devira memberikan perasaan seperti ini?
"Ra, jangan deket-deket Darren ya" kata Gavin, suaranya lembut sekali. Seperti permintaan yang keluar dari hati yang paling dalam. Bukan nada penekanan yang terdengar memerintah.
Devira membalas pelukan Gavin.
"Mas...Beneran cemburu ya?" Tanya Devira, kepalanya terangkat keatas agar bisa melihat Gavin. Dagunya menekan dada Gavin.
Gavin mengangguk pelan.
Devira mengulum bibir menahan senyum. Lalu kepalanya ia luruskan menghadap dada Gavin. Gavin menumpukan dagunya diatas kepala Devira. Lalu mengecup pelan puncak kepala perempuan itu.
Tiba-tiba Devira tertawa. Lalu Gavin melepas pelukannya menatap Devira dengan satu alis naik keatas.
"Kenapa ketawa?" Tanya Gavin.
"Lucu" kata Devira sambil tertawa.
"Gak ada yang ngelucu" kata Gavin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault in Life [THE END]
RomanceHidup Devira yang hampir tenang dua bulan ini berubah menjadi rumit kembali. Belum sempat ia benar-benar melupakan masa lalu yang mencekik pikiran dan hatinya, dengan tiba-tibanya hadir Gavin Ravindra seorang Presiden Direktur Grandmedia Group yang...