Alarm ponsel Devira menyala tepat pukul 6 pagi, tangan kanannya bergerak mencari ponselnya untuk mematikan alarm. Rasa pusing menyerang kepalanya, ia mencoba membuka mata pelan-pelan. Setelah membuka mata sepenuhnya kemudian ia mengedarkan pandangan, terlihat Gavin sudah merubah posisi tengkurap nya menjadi memeluk guling yang menghalangi mereka.
Kepala Devira masih terasa pusing sampai ia harus diam beberapa saat supaya pusingnya tidak begitu terasa. Devira masih duduk ditempat tidur, rasa pusingnya belum hilang tapi tangannya bergerak meraba tangan kanan Gavin yang memeluk guling dan menggoyang-goyangkan pelan.
"Mas..Bangun" Kata Devira, suaranya parau mungkin karena kering, lalu ia meminum air yang ada dinakas sebelah tempat tidurnya.
"Mas..Bangun" sekali lagi Devira membangunkan Gavin dengan pelan, kali ini ia menggoyangkan lengan Gavin. Tetapi Gavin tidak bereaksi sama sekali. Tidak ada pergerakan dari Gavin.
"Mas.. Udah jam 6 pagi" Devira masih dengan posisi duduk di tempat tidurnya mencoba membangunkan Gavin. Tangan kirinya menggoyang-goyang lengan Gavin.
Tetapi lelaki itu tidak bergerak sedikitpun.Tubuh Devira tiba-tiba tertarik ketempat tidur karena tangan kirinya ditarik, siapa lagi kalo bukan Gavin.
"Tidur" Kata laki-laki itu tanpa membuka matanya.
Kepala Devira yang masih terasa pusing berdenyut karena gerakan yang tiba-tiba.
Devira mengerang pelan. Sebenarnya ia memang berencana untuk tidur lagi setelah Gavin terbangun, tapi laki-laki itu seperti enggan untuk bangun."Keburu siang mas, kan harus ke kantor" kata Devira
"Sstt....Tidur" kata Gavin. Tangannya belum terlepas dari tangan kiri Devira. Pegangan Gavin tentu saja membuat Devira terkejut, sekarang jantungnya berdetak lebih cepat. kenapa dengan dirinya? pikir Devira, tapi rasa sakit kepalanya mengalahkan pikiran-pikiran aneh yang ada diotaknya. Rasanya sekarang yang lebih diinginkannya adalah berbaring saja. Kalaupun nanti ia dimarahi Gavin karena membuat laki-laki itu terlambat. Itu urusan nanti, yang penting ia sudah berusaha membangunkan Gavin.
***
"Devira...bangun" suara Gavin terdengar serasa mimpi, mana mungkin laki-laki itu membangunkannya. Devira engga membuka mata karena merasa sedang bermimpi.
"Hei.." Sekali lagi Gavin mencoba membangunkan Devira, sekarang tangannya menepuk pelan pipi Devira. Devira bergerak, alisnya berkerut tapi mata tetap terpejam.
Gavin menyentuh dahi Devira dengan telunjuk dan jari tengahnya, mencoba membuat kerutan disana menghilang dan kerutan itu menghilang seketika. Gavin tersenyum tipis.
"Bangun"
Devira merasa suara Gavin semakin jelas, sentuhannya juga terasa nyata, mimpi macam apa ini. Devira mengerang pelan.
"Demi Tuhan Devira bangun" suara Gavin terdengar meninggi tapi tidak membentak. Devira secara tiba-tiba membuka mata karena kaget.
Sebentar. jadi tadi bukan mimpi?
Devira mengutuk dalam hati.
"Loh Mas, jam berapa ini?" tanya Devira panik. langsung bangun menjadi posisi duduk.
"Jam 10" jawab Gavin
Devira langsung menggeleng cepat. ia kemudian menyibakan selimutnya. Devira melihat jam ternyata sudah jam 10 pagi.
"Aku mandi dulu" kata Devira langsung lari ke arah kamar mandinya. Gavin tidak merespon, ia langsung keluar dari kamar Devira.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault in Life [THE END]
RomanceHidup Devira yang hampir tenang dua bulan ini berubah menjadi rumit kembali. Belum sempat ia benar-benar melupakan masa lalu yang mencekik pikiran dan hatinya, dengan tiba-tibanya hadir Gavin Ravindra seorang Presiden Direktur Grandmedia Group yang...