Harusnya pukul 5 pagi Gavin sudah bangun, tapi kali ini Gavin dan Devira masih tertidur, suara alarm ponsel Devira berbunyi, menandakan waktu sudah pukul 5 teng. Devira bergerak dari pelukan Gavin. Devira memegang pipi Gavin dengan kedua tangannya.
"Mas bangun.."
Gavin malah menggelengkan kepala. Devira dengan susah payah melepaskan pelukannya dan berhasil bangun
"Ayo bangun.." kata Devira lagi. Gavin akhirnya bangun, mengerjapkan matanya lalu membuka mata.
"Jangan keluar dulu, bantuin aku" kata Gavin.
Devira mengerutkan dahi terheran-heran dengan ucapan Gavin barusan, Devira yang hendak keluar mengurungkan niatnya. Gavin berjalan kekamar mandinya. Lalu memberikan foam janggut ke Devira.
"Udah dua hari ga cukuran" kata Gavin.
"Siapa suruh kabur" omel Devira. Gavin hanya nyengir memamerkan giginya. Devira memasangkan bando hitam dikepala Gavin, rambut laki-laki itu tebal sekali dan rambutnya menusuk-nusuk mata jadi membutuhkan alat supaya rambutnya tidak menghalangi dahi laki-laki itu.
Devira menuangkan foamnya ke tangan lalu dioleskan disekitaran rahang Gavin hingga dagu bagian dalam menuju leher.
Dengan pelan mencukur dengan menggunakan alat cukur janggut, Devira berharap itu tidak melukai Gavin. Sementara Gavin memejamkan matanya.
"Beres" kata Devira.
"Sekalian mau mandiin gak?"
"Orang gila, cepet mandi, aku mau buat sarapan" kata Devira. Gavin hanya tertawa, kebiasa barunya adalah menggoda Devira.
***
Devira menyiapkan roti dan alpukat mentega, tidak lupa susu full cream. Gavin turun dari lantai atas.
"Kamu hari ini mau ngapain?" Tanya Gavin.
Sejenak Devira terdiam, sudah dua kali Gavin berbicara "kamu" bukan "gue". Tapi Devira belum berani berkomentar.
"Mau kasih-kasihin ini, nanti aku kekantor mas sekalian bawain makan siang" kata Devira.
"Waw, tumben, biasanya ga pernah siapin makan siang" komentar Gavin.
"Sekalian mau kasih Kak Raka sama Kak Darren kemarin udah bantuin aku" kata Devira.
"Bantuin apa? Ko kamu makin deket sama mereka?" Nada bicara Gavin jadi berubah.
"Ya bantuin nyari mas, apalagi, suruh siapa kabur" kata Devira lagi.
"Oh...Maaf, gak akan gitu lagi, udah janji kan" kata Gavin. Ia akhirnya menyantap makanannya. Berpamitan dan mengecup puncak kepala Devira.
Satu malam merubah segalanya. Sekarang mereka terlihat seperti pengantin baru yang saling menyayangi. Lupakan soal kontrak kerja. Ah, satu lagi, Gavin merubah panggilan dari elo menjadi kamu. Dari gue menjadi aku.
Siangnya Gavin sudah berderet mengirim pesan menanyakan Devira.
From : Mas Gavin
Ra, jam berapa kesini?
Pesan jam 9 pagi. Sudah Devira jawab. Lalu pesan datang lagi.
Ra, bawa tab aku ketinggalan di ruang kerja
Jam 10 pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault in Life [THE END]
RomanceHidup Devira yang hampir tenang dua bulan ini berubah menjadi rumit kembali. Belum sempat ia benar-benar melupakan masa lalu yang mencekik pikiran dan hatinya, dengan tiba-tibanya hadir Gavin Ravindra seorang Presiden Direktur Grandmedia Group yang...