Minggu sore, Gavin dan Devira sampai di Apartemen. Mereka tadinya akan ke rumah Mama-Papa Gavin, tapi rasanya terlalu lelah untuk menghadapi jalanan lebih lama lagi.
Gavin dan Devira berjalan ke Apartemen sambil berpegangan tangan, mereka tertawa bersama karena Devira menceritakan bagaimana ia melihat seorang pengendara motor yang memakai helmet berbentuk tabung gas. Terlalu receh, tapi Gavin senang menanggapinya.
Saat memasuki unit apartemen, betapa kagetnya mereka berdua karena di dalam sudah ada Ghia dan Mama Miranda yang duduk kaku di sofa depan televisi. Devira terkejut tetapi Gavin lebih terkejut lagi, karena setelah mereka menikah Gavin merubah kunci Apartemen supaya tidak ada orang lain masuk, tapi, bagaimana bisa Mama dan Adiknya bisa masuk?
"Halo Ma" Sapa Devira. Ia menghampiri Mama Miranda, tapi ekspresi mama Miranda tidak tersenyum dan tidak menyambut sapaan Devira. Mama Miranda hanya membalas salam pipi tempel tanpa respon berlebihan seperti biasanya.
Devira jadi canggung sendiri. Gavin masih belum berbicara, laki-laki itu bahkan tidak menyapa. Ia tahu pasti sesuatu telah terjadi jika Mama nya sudah seperti ini.
Devira melirik ke arah Ghia yang hanya diam, perempuan itu tidak heboh seperti biasanya.
Ada apa?
Kemudian, Devira melirik ke arah Gavin. Ia mulai khawatir. Apa yang sebenarnya terjadi.
"Vira, kamu lebih baik tinggal di rumah Mama" ucap Mama Miranda, nada bicaranya terdengar tegas,menandakan sebuah perintah yang harus dituruti.
Kenapa tiba-tiba ia diminta tinggal di rumah Mama Miranda?
"Kenapa Ma? Tiba-tiba?"
"Biarkan anak itu tinggal sendirian" Jawab Mama Miranda.
Kata-kata Mama Miranda jelas merujuk pada Gavin.
Devira semakin tidak mengerti. Apa yang terjadi?
Kenapa begini?"Ayo Vira, kamu kemasi barang-barang milik kamu dan tinggal sama Mama" desak Mama Miranda.
"Ta...pi..Ma" Devira kebingungan, ia melirik Gavin, tidak, kali ini ia menatap Gavin, lama, tapi laki-laki itu tidak melakukan apapun, berkata satu katapun tidak.
Devira jadi kesal sendiri.
"Ra...Ayo" kata Mama Miranda lagi.
Devira tidak punya pilihan selain berjalan ke lantai atas dengan kebingungan.
Gavin berjalan mendekat. Duduk di sofa satunya.
"Mama tahu dari mana?" Tanya Gavin.
"Kamu ini benar-benar ya Gavin, apa yang ada dalam otak kamu sebenarnya? Heh? Kalau Papa sampai tahu, dia bisa mati berdiri" bentak Mama Miranda.
"Mama tahu dari mana password Apart Gavin?" Tanya Gavin lagi dengan datar.
"Gak penting tahu dari mana, Devira akan tinggal sama mama, bagaimana bisa kamu memperlakukan perempuan seperti ini Gavin? Mama tidak pernah mengajarkan kamu hal buruk seperti ini. Kamu pikir pernikahan itu main-main?" Omel Mama Miranda. Dadanya kembang kempis, terlihat sekali Mama Miranda emosi, Ghia tidak berbicara, ia hanya mengelus elus lengan Mama Miranda supaya lebih tenang.
Devira turun dengan mendorong satu koper. Terkaget-keget. Ia sekarang mengerti. Kontrak Kerjanya ketahuan. Devira merutuki diri, ini salahnya, ini salahnya karena telah memberitahu password apartemen pada Ghia, karena Ghia berkata akan membersihkan apartemen selagi mereka di Bandung. Devira bodoh karena lupa dengan kontrak kerjanya yang tersimpan diatas nakas. Devira bodoh karena lupa kalau ia punya kamar sendiri. Devira bodoh karena lupa kalau Gavin pernah melarangnya untuk memberikan password apartemen pada keluarganya. Devira bodoh karena lupa. Ini gara-gara Devira.
![](https://img.wattpad.com/cover/227144302-288-k346536.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault in Life [THE END]
RomanceHidup Devira yang hampir tenang dua bulan ini berubah menjadi rumit kembali. Belum sempat ia benar-benar melupakan masa lalu yang mencekik pikiran dan hatinya, dengan tiba-tibanya hadir Gavin Ravindra seorang Presiden Direktur Grandmedia Group yang...