Devira tidak bisa berhenti menangis. Ada perasaan menyesal karena meminta Pak Hilman untuk mengendarai mobil dengan cepat supaya Gavin tidak bisa menyusul. Kalau saja Devira tidak meminta begitu, Gavin akan baik-baik saja.
Devira sedang menunggu Gavin yang sedang diperiksa di UGD, mobil Gavin dibagian depannya penyok berat karena menambrak pembatas jalan. Sementara Gavin terluka dibagian kepala, kepalanya mengeluarkan darah. Devira berdoa. Berharap Gavin baik-baik saja.
Mama Miranda dan Ghia datang dengan wajah khawatir. Mama Miranda hampir menangis saat melihat Devira menangis tidak berhenti.
"Bagaimana keadaan Gavin Ra?" Tanya Mama Miranda.
"Dokter....belum...selesai...memeriksa" jawab Devira sambil diselingi segukan.
"Vira tenang, bang Gavin bakal baik-baik aja" kata Ghia. Ia memegang bahu Devira, lalu mengusap pelan bahu Devira mencoba memberi kekuatan.
"Gimana kalo....gimana kalo...." Ucap Devira. Ia tidak bisa berpikir positif.
"Gimana bang Gavin?" Suara Ghani terdengar tiba-tiba. Ghia menggelengkan kepalanya.
"Belum tahu bang" jawab Ghia.
Ghia langsung menghubungi Ghani begitu tahu Gavin kecelakaan. Ia belum menghubungi ketiga kakaknya yang lain. Dirumah sebisa mungkin Mama Miranda dan Ghia tidak ribut, takut papa dengar. Kondisi papa sedang tidak baik, mereka mencoba untuk tidak membuat pikiran papa penuh kekhawatiran yang akan berdampak pada kondisi fisik papa.
Dokter yang menangani Gavin keluar dari tempat pemeriksaan menghampiri keluarga Gavin.
"Selamat sore Pak, Bu, dari hasil pemeriksaan ct scan kepala pasien mengalami gegar otak akibat benturan, orang yang mengalami gegar otak biasanya akan merasa sakit kepala, pusing, mual, bahkan hilang ingatan. Tidak terjadi pendarahan di otak ataupun kerusakan pada otak. Untungnya pasien segera sadar, jadi gegar otak yang dialami adalah gegar otak ringan menuju sedang. Ada dua rusuk yang retak, sementara kondisi paru-parunya baik-baik saja.
Kalian bisa melihat pasien sekarang tapi hanya satu orang. Kami akan memberikan obat dan pasien harus dirawat kurang lebih tiga hari" jelas dokter.Devira merasa lega saat mendengar penjelasan dokter. Ghia memeluk mama Miranda. Ghani menghembuskan napas leganya.
"Vira saja yang masuk" kata Mama Miranda.
Devira menatap Mama Miranda dengan tatapan sulit diartikan, tapi Devira memiliki perasaan lega dan perasaan berterima kasih. Disatu sisi Devira juga tidak mau Mama tidak langsung melihat Gavin. Mamanya itu sudah sangat khawatir sejak tadi.
"Mama sama Ghani dan Ghia urus administrasinya dulu biar Gavin dipindahkan ke ruang rawat inap, Vira temani anak mama satu itu ya" kata Mama Miranda.
Devira memeluk Mama Miranda. "Maafkan aku ma, terimakasih" kata Devira sambil memeluk Mama Miranda.
Tangan Mama Miranda menepuk pelan punggung Devira, mencoba menenangkan. Kemudian melepaskan pelukannya.
"Pas masuk jangan nangis" kata Mama Miranda, ia mengusap air mata Devira. Devira hanya menganggukkan kepalanya menurut lalu menghapus sisa-sia air matanya sendiri.
Devira masuk ke ruang UGD menghampiri Gavin. Laki-laki itu sedang terbaring sambil memegang kepala. Devira berjalan dengan lebih cepat.
"Mas..." Kata Devira. Ia memeluk Gavin. "Maaf" lanjutnya.
"Lo siapa?" Tanya Gavin
Devira melepaskan pelukannya. Terkejut. Apa kemungkinan hilang ingatan seperti kata dokter tadi itu terjadi? Gavin tidak mengingatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault in Life [THE END]
RomanceHidup Devira yang hampir tenang dua bulan ini berubah menjadi rumit kembali. Belum sempat ia benar-benar melupakan masa lalu yang mencekik pikiran dan hatinya, dengan tiba-tibanya hadir Gavin Ravindra seorang Presiden Direktur Grandmedia Group yang...