4 "Salah Paham"

3.2K 190 3
                                    

Gavin merasa diteror akhir-akhir ini, sudah dua minggu berlalu saat ia makan malam bersama keluarganya di rumah orang tuanya. Sejak saat itulah Mama, Kakak, dan Adiknya merecoki kehidupan Gavin. Menanyakan hal-hal yang Gavin tidak tahu jawabannya, apalagi kalau bukan ingin bertemu pacar Gavin dan penentuan waktu pernikahan. Hal itu sudah menjadi trending di keluarga Gavin saat ini. Pada setiap kesempatan yang ada keluarganya akan menanyakan kapan ia akan mengenalkan kekasihnya itu. Akibatnya Gavin jadi pusing sendiri.

Hari ini saja, Gavin sudah di teror ibunya pagi-pagi sekali, membuat Gavin memutuskan ingin melakukan wawancara kerja di kantor supaya bisa menghindari ibunya. Sebenarnya wawancara kerja cukup dilakukan oleh pihak HRD dan Raka sebagai orang yang mewakilinya. Tapi mengahadapi Mamanya adalah hal terakhir yang ingin Gavin lakukan. Jadilah ia sekarang disini, duduk dengan menunggu satu-persatu orang masuk untuk diwawancarai. Raka merasa heran dengan tingkah laku Gavin akhir-akhir ini yang tidak biasanya, terlihat lebih perhatian dengan perusahaan, staf, bahkan Gavin melakukan pertemuan dengan klien-klien yang seharusnya tidak memerlukan turun tangan Gavin.

Jam makan siang, Gavin memutuskan keluar, takut tiba-tiba saja Mamanya itu datang ke kantor dan membuat recok pikirannya lagi. Pukul 13.00 ia kembali ke lantai 7, tempat wawancara dilakukan. Ternyata tidak ada mamanya. 15 menit berlalu, Mamanya memberi kabar akan datang ke kantornya. Membuat Gavin resah. Akhirnya Gavin meminta Yulia kepala HRD untuk menghentikan wawancara itu dalam waktu 15 menit. Sebelum ibunya tiba di kantor. Sebenarnya bisa saja wawancara itu dilanjutkan tanpanya, toh biasanya juga begitu, tapi Gavin tidak sampai pada pikiran itu ketika ia fokus menghindari Mamanya sendiri.

"Lo kenapa sih?" Tanya Raka yang hari ini menemaninya dalam mewawancarai calon pegawai. Gavin menggelengkan kepalanya. Yulia sedang berada diluar mengumumkan pembatalan wawancara pada pelamar.

"Saya sudah membatalkan wawancara kerjanya Pak" ucap Yulia. Gavin hanya menganggukkan kepalanya saja. Yulia kemudian membereskan berkas-berkas cv pelamar.

"Ada apa Vin? Harusnya kita selesaikan ini jam 4 nanti kenapa perlu dibatalin? Kan biasanya juga gue yang tanganin" Kata Raka yang kini sudah berada dihadapannya. "Kapan lagi lo mau ngadain wawancara kalau bukan sekarang?" lanjut Raka.

Gavin tidak menjawab, ia fokus mencari alasan jika ditanya mengenai pacar lagi oleh Mamanya. Alasan yang membuat Mamanya berhenti bicara tentu saja, karena selama ini Gavin tidak bisa membuat mamanya itu berhenti.

Gavin beranjak dari duduknya, mengabaikan Raka yang kini menatapnya heran. Ia menarik pintu ruangan itu dan tiba tiba seseorang terjatuh dihadapannya. Membuat Gavin kaget, tapi ia tidak melakukan apa-apa. Hanya diam, tanpa merubah posisi. Terlalu kaget, suara Raka membuatnya tersadar.

"Lo gak apa-apa?" tanya Raka ke orang yang jatuh tadi yang ternyata seorang perempuan. Gavin yakin, perempuan itu telah menguping pembicaraannya. Tapi untuk apa perempuan itu menguping? Kurang kerjaan.

Gavin melihat Raka membantu perempuan dihadapannya berdiri. Perempuan itu terkejut ketika melihat Raka, Gavin tidak tahu kenapa perempuan itu terkejut.

"Lo gak kenapa-kenapa kan?" tanya Raka lagi. Memastikan keadaan perempuan itu. Perempuan itu menggelengkan kepalanya. Lalu ia menatap Gavin, Gavin menatap kembali perempuan itu, perempuan itu menatapnya takut, Gavin dalam hati heran, apa ia menakutkan? Ia tidak melakukan apapun saat ini. Hanya menatap orang yang menatapnya duluan.

Gavin melihat arlojinya dan semakin resah, takut ibunya keburu datang kesini. Akhirnya ia beranjak berjalan tanpa peduli dengan yang terjadi diruangan ini.

"Saya akan menghubungi Bapak terkait penjadwalan ulang wawancara" suara Yulia terdengar dari belakang. Gavin hanya menganggukkan kepalanya saja.

Gavin menuju lift. Ia harus segera pergi dari sini sebelum Mamanya menemukannya. Sebenarnya kenapa Gavin merasa setakut ini? Gavin ingin mengarang bebas tentang perempuan yang bisa ia anggap sebagai calon istri. Tapi bagaimana ia bisa mengarang bebas kalau tiap kali ditanya Gavin selalu kikuk tidak bisa menjelaskan. Gavin menekan tombol turun dengan tergesa.

The Fault in Life [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang