5 "Tawaran Gila"

3.2K 158 0
                                    

Devira menatap orang yang kini duduk dihadapannya, siapa lagi kalau bukan Gavin. Mereka sedang berada di sebuah café dekat gedung Grandmedia Group, saat tadi keluar dari ruangan Gavin, banyak orang yang memperhatikannya sambil berbisik. Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Kalau saja tadi perut Devira tidak berbunyi saat ia berbicara dengan Gavin di ruang kerja laki-laki itu, Devira yakin ia tidak akan berakhir di tempat ini sekarang. Masih ada waktu sekitar 2 jam untuk pulang.

"Devira, gue punya tawaran buat lo, gue harap lo mau terima tawaran gue ini" Ucap Gavin setelah kurang lebih 5 menit mereka hanya diam sambil menatap pesanan masing-masing.

"Tawaran apa Pak?" Tanya Devira.

Sebenarnya Devira sedikit kurang nyaman berada didekat Gavin, karena ia tidak mengenal Gavin, bagaimana kalau laki-laki itu adalah orang jahat? Devira merutuki diri sendiri, kenapa mau saja ia diajak ketempat ini. Meskipun bisa Devira lihat tempat ini ramai dan kemungkinannya kecil jika kejahatan terjadi disini, tapi kan orang zaman sekarang sudah canggih dalam melakukan kejahatan, contohnya saja kasus Mirna yang mati setelah meminum kopi. Devira tersedak kopi yang ia minum ketika mengingat kasus itu.

"Maaf, Tadi Bapak bilang sesuatu?" Tanya Devira

"Lo ga dengerin gue?" Gavin berbalik bertanya.

"Maaf Pak, saya kurang fokus"

"Gue mau lo jadi istri gue" Ucap Gavin santai.

Ucapan Gavin membuat Devira tersedak kembali. Devira batuk sampai mengeluarkan air mata. Terlalu terkejut mendengar ucapan laki-laki didepannya ini. Bagaimana bisa ia dilamar seseorang yang baru satu jam ini diketahui namanya. Satu jam, bayangkan, mungkin ia akan kabur dan berlari sejauh yang ia bisa. Kota Jakarta ternyata menyimpan banyak hal gila. Baru pertama kali datang sendiri untuk melamar kerja saja sudah banyak hal gila yang Devira lalui. Bagaimana kalau ia memilih untuk benar-benar tinggal. Sepertinya Devira harus memikirkan kota lain untuk dijadikan tempat tinggal baru.

"Bapak jangan gila, Saya baru mengenal Bapak satu jam lalu, enggak, saya baru tahu nama Bapak satu jam lalu, Gimana bisa Bapak lamar saya tiba-tiba"

Nada suara Devira tiba-tiba saja meninggi. Orang disekitar mereka refleks menoleh, ingin tahu. Devira menutup mulutnya dengan tangan. Devira tidak mengerti kondisi seperti apa yang sedang dihadapi Gavin. Laki-laki itu tidak menjelaskan meskipun tadi saat masih diruangan Gavin Devira sudah bertanya kondisi seperti apa saat tiba-tiba ia ditarik kedalam ruangan laki-laki itu. Apa mungkin Gavin sedang merasa putus asa tentang pernikahan? Apa laki-laki itu dipaksa menikah dan akan dijodohkan tapi ia menolak? Atau Gavin dipaksa segera menikah karena Mamanya ingin punya cucu, melihat Mama Gavin seperti sudah sedikit tua? Devira tidak bisa menebak jawaban tepatnya. Hanya laki-laki itu yang tahu.

"Gue tawarin kerjaan ke elo, sebagai istri gue" ucap Gavin santai.

Devira melongo. Tidak bisa berkata-kata sama sekali. Devira menyangka bahwa laki-laki ini benar-benar sudah gila. Gila pada tahap tidak bisa dimengerti. Hal itu membuat Devira membenci kaum seperti Gavin, seenaknya dalam berkata dan bersikap, seperti masa lalu nya dulu. Ah, Devira benci kalau harus teringat masa lalu.

"Pak, Saya datang kesini jauh-jauh untuk melakukan wawancara sebagai salah satu staf di perusahaan Bapak. Bukan untuk menjadi istri" Jelas Devira tegas. Ia kini mendapatkan kekuatannya. Seenaknya saja Gavin menawarinya pekerjaan sebagai Istri. Devira masih muda, menikah adalah hal terakhir yang ingin ia pikirkan. Jangankan terikat dalam pernikahan, terikat sebagai kekasih seseorang saja ia tidak mau, tidak akan mau lagi Devira berurusan dengan laki-laki. Apalagi laki-laki aneh macam Gavin ini. Sudah gila kali.

"Gue akan gaji lo berapapun yang lo mau" Ucap Gavin. Devira mengentakan garpu dan sendok yang berada dikedua tangannya dengan keras. Merasa kesal, Gavin sama sekali tidak mengerti apa yang ia ucapkan atau memang Gavin tidak mau mengerti, laki-laki itu hanya mengutarakan apa yang dia ingin ucapkan. Devira kesal dengan orang macam seperti itu.

The Fault in Life [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang