Devira mencoba fokus pada guru masaknya, di hari pertama kelas, mereka menghabiskan waktu hampir 1 jam untuk berkenalan satu sama lainnya, bercerita tentang nama, umur dan kegiatan mereka. Kebanyakan teman baru Devira adalah ibu rumah tangga yang tidak dibolehkan bekerja oleh suaminya, ada beberapa anak remaja keluaran SMA yang merasa belum siap untuk kuliah. Bisa dibilang Devira mendapatkan teman dari berbagai usia. Sayangnya ia tidak menemukan teman seusianya.
Hampir 1 jam ini Devira lumayan bisa fokus pada kegiatannya meskipun ia tahu dalam beberapa kesempatan laki-laki yang kini memegang kamera bertugas mengambil foto kegiatan masih terus memperhatikannya.
Guru masaknya bernama Mbak Eriska, Mbak Eriska punya beberapa cabang restoran di Pulau Jawa, ia ahli dalam membuat masakan rumahan. Itulah dalam 2 bulan kedepan Devira dan teman barunya akan fokus belajar masakan rumahan. List makanan sudah diberi tahukan oleh Mbak Eriska, pertemuan akan dilakukan setiap hari Senin dan Rabu selama kurang lebih 5 jam. Devira sudah membayangkan asiknya belajar memasak.
"Ra..." Suara panggilan terdengar jelas oleh telinga Devira, Devira tahu siapa yang memanggilnya. Ingin rasanya tidak menoleh, tapi sepertinya ia harus merespon, melihat Ibu Nanda -teman barunya- sudah menatapnya seraya memberitahu bahwa dibelakangnya saat ini ada seseorang.
"Hai Ryan" Sapa Devira sambil tersenym canggung.
"Vira saya duluan ya" ucap Ibu Nanda lalu pergi melewatinya. Mbak Eriska juga sudah keluar sejak tadi. Kelas kali ini belum dimulai, akan dimulai pada hari Rabu nanti.
"Kamu ngapain disini?" Tanya Ryan. Okey, Ryan adalah masa lalunya saat kuliah dulu, orang yang paling ingin dihindari Devira di manapun berada, orang yang tidak pernah ingin ia temui lagi, orang yang membuat Bandung merasa tidak enak untuk ditinggali.
"Ikut kursus masak" jawab Devira seadanya.
"Kamu tinggal di Jakarta sekarang?" Tanya Ryan. Mereka berdua masih berdiri. Kaki kanan Devira bergoyang-goyang karena tidak sabar ingin segera keluar dari ruangan ini.
"Engga" jawab Devira
"Terus kenapa kursus masak disini? Bolak balik tiap senin rabu?"
"Engga juga"
"Aku gak sangka bakal ketemu kamu disini" ucap Ryan. "Nomor kamu masih sama kan?" Tanya Ryan
"Udah ganti, Ryan, aku duluan ya" kata Devira. Ia lalu buru-buru keluar dari ruangan tidak peduli ekspresi wajah Ryan seperti apa. Ryan ingin mengejar tapi tidak jadi, ia membiarkan Devira pergi begitu saja, tapi bibirnya tertarik membentuk seutas senyuman sambil melihat kepergian Devira yang semakin lama semakin tidak terlihat.
***
Devira menekan kontak Elvira secara buru-buru. Ia sudah di luar gedung. Menunggu taksi online datang untuk menjemputnya. Perasaannya masih tidak karuan, bisa dibilang ia takut, sangat takut.
"El...." Ucap Devira begitu mendengar suara sapaan dari Elvira
"Kenapa?"
"Aku ketemu Ryan disini, Aku gak tau dia lagi apa, kerja atau apapun, tapi aku takut" curhatnya. Ia menahan untuk tidak menangis, ini masih wilayah umum.
" Ketemu dimana?"
"Aku ketemu dia di tempat kursus masak, dia datengin aku duluan dan aku gak bisa nolak untuk gak ngomong sama dia. Apa aku keluar aja dari kursus masak ini?"
"Gak usah, biarin aja, biar dia tau kalo dia gak punya pengaruh apapun. Anggep aja kalian cuma temen lama biasa"
"Gak perlu ya, kalo dia ngelakuin hal kaya waktu itu lagi gimana?"
" Kamu punya Gavin Ra, bilang ke Gavin, biar dia lindungin kamu dari si ryan ryan itu"
"Aku gak mau mas Gavin tahu, ini bukan urusannya dia, gak ada hubungannya sama dia"
"Selagi dia gak ganggu, biarin aja, kalo kamu terlihat terpengaruh, dia nanti ngerasa seneng"
"Jadi lanjut aja kursusnya?"
"Lanjut, kalo ada apa-apa kamu cerita ke aku atau Vania"
"Okaay, aku pulang dulu sekarang taksinya udah dateng" Devira segera menutup sambungan telponnya. Ia melihat kesekitar, tidak melihat siapa-siapa. Lalu masuk ke taksi online yang sudah datang.
***
Gavin mengetuk-ngetukan pulpen diatas meja. Sebuah kontrak kerja ada dihadapannya. Kontrak Kerja bersama perusahaan media diluar negeri, mereka ingin bekerjasama dalam menyatukan budaya kedua negara, Indonesia sendiri menjadi makanan empuk bagi luar negeri untuk menarik konsumen ditambah lagi budaya indonesia yang bisa dikembangkan sampai luar negeri sangat membawa kebanggaan. Jadi Gavin yakin jika kerjasamanya ini akan berhasil dan meraih keuntungan.
Apalagi kalau sampai membawa hal-hal yang banyak disukai masyarakat lokal, seperti sekarang budaya kpop sangat marak dikalangan remaja maupun dewasa, jika perusahaan Gavin bisa membuat artis kpop belajar budaya indonesia, itu akan banyak menarik minat.
"Lo udah tanda tangan?"
Suara Raka yang tiba-tiba muncul membuat pikirannya buyar. Gavin hanya mengangkat kedua bahunya untuk menjawab pertanyaan Raka. Raka berjalan tergesa dan duduk di sofa.
"Ini kesempatan bagus buat kita Vin" ucap Raka
"Gue tahu" jawab Gavin
"Terus kenapa lo ragu?"
"Gue gak ragu, gue cuma belum tanda tangan" Jawabnya.
"Ini besok berkasnya udah harus dikasihin, sekarang lo harus tanda tangan"
"Iya gue tanda tangan" Tangan Gavin bergerak untuk menandatangani dokumen itu. Lalu menyerahkannya kepada Raka.
"Urusan ini biar gue dan tim yang urus, lo nanti cuma tinggal mantau aja" kata Raka. "Ngomong-ngomong lo ketemu Bastian?" Lanjutnya
"Iya, gak sengaja"
"Di grup angkatan heboh"
"Gue gak peduli"
"Bukan heboh lo ketemu Bastian, heboh Bella balik indo terus anak-anak heboh kalo kalian ketemu bakal gimana" Jelas Raka.
"Itu juga gue gak peduli"
"Kalo Bella ngajak lo balik sama dia, lo mau?" Tanya Raka
"Gue gak peduli Raka" kata Gavin dengan nada sedikit meninggi. Raka hanya tertawa melihat reaksi Gavin.
"Kalo lo balik lagi, Vira buat gue aja" kata Raka masih tertawa lalu berjalan keluar dari ruangan Gavin. Gavin hanya menatap Raka yang keluar tanpa ekspresi, ia tidak peduli perempuan yang tadi namanya disebut oleh Raka akan kembali lagi. Bahkan jika perempuan itu berani menemuinya, ia tidak akan peduli. Hatinya sudah kosong.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Terkadang dalam hidup, kita tidak tahu akan berjalan seperti apa. Banyaknya rencana yang dibentuk atau gagalnya rencana yang sudah dibentuk tidak akan lepas dari kerjanya semesta. Kita selalu dihadapkan akan pertemuan dan perpisahan. Orang yang kita temui pun kita tidak tahu siapa, apakah orang baru atau orang yang pernah ada dan menorehkan luka, lalu datang lagi dengan versi berbeda.
.
.
.
Kalo orang dimasa lalu kalian datang lagi, kalian mau pilih orang dimasa lalu atau orang yang baru?Luv
Helmira Jefri
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault in Life [THE END]
Roman d'amourHidup Devira yang hampir tenang dua bulan ini berubah menjadi rumit kembali. Belum sempat ia benar-benar melupakan masa lalu yang mencekik pikiran dan hatinya, dengan tiba-tibanya hadir Gavin Ravindra seorang Presiden Direktur Grandmedia Group yang...