51 "Kacau"

2.3K 100 3
                                    

Seperti saran Darren. Gavin tidak datang ke rumah Mamanya lagi. Ia akan langsung pergi ke kantornya lalu pulang ke apartemen. Sudah tiga hari terlewati. Tapi tidak ada tanda-tanda Mamanya menghubungi Gavin, atau Ghia menghubunginya. Mungkin mamanya ini menyangka kalau Gavin pergi?

Shit!

Saran Darren tidak efektif.

Gavin bukan orang yang akan merobohkan gerbang, memanjat tembok atau keributan lainnya. Cara menggedor gerbang saja sudah salah menurut Gavin. Karena yang dihadapi adalah orang tuanya. Apalagi ini Mamanya.

Baru kali ini mamanya begitu keras kepala.

Gavin lelah, ia sangat merindukan Devira nya. Rindu masakan perempuan itu, pasti Devira akan menyiapkan sarapan dan makan malam. Devira juga akan membantunya untuk mencukur janggut dan kumisnya yang sekarang semakin tebal. Devira akan membantu memilihkan baju, menyiapkan handuk bersih. Mengganti persediaan kamar mandi. Yang paling di rindukan Gavin adalah Devira di tempat tidurnya, tidak ada Devira saat ia pertama kali bangun diatas tempat tidur. Gavin benar-benar merasa kehilangan. Dan itu semua karena dirinya sendiri.

Hari keempat, Gavin berjalan gontai ke kantor.  Sebenarnya ia malas, Tapi, salah satu cara untuk tidak terlalu memikirkan Devira adalah dengan menyibukkan diri dalam pekerjaan.

Gavin memeriksa semua berkas yang ada di atas mejanya. Membaca satu persatu. Ia akan menandatangani jika ia setuju.

Tidak terasa sudah jam makan siang. Gavin tidak berselera untuk makan. Ia akhirnya memilih untuk terus bekerja.

"It is not you"

Ucapan seseorang membuat Gavin menengadahkan kepalanya. Terlihat Bella masuk menghampiri ke arah meja kerja Gavin.

Perempuan itu masih sama, badannya tinggi, rambut panjang, wajahnya sedikit berubah dibanding kuliah dulu karena make up. 

"Welcome" kata Gavin

Bella tersenyum menyalami Gavin lalu mencium pipi kanan dan kiri Gavin yang dibalas malas oleh Gavin.

"Raka bilang lo belum makan siang, diet?" Tanya Bella.

Gavin menggeleng, ia masih membuka berkas-berkas yang masih menumpuk. Waktu sudah menunjukkan pukul 13:35 sudah lewat jam makan siang.

"Lo kalo mau berjuang, butuh energi yang banyak" kata Bella

"Lo perlu makan Gavin" lanjutnya.

Gavin berhenti, lalu menatap Bella. Pasti Raka sudah bercerita tentang masalahnya pada Bella.

"Gue mau ngajak makan, sebagai karyawan baru masa gak lo sambut, bos macam apa"

"Raka udah sambut lo"

"Bos gue itu elo, bukan Raka"

Gavin berdiri, berdebat dengan Bella tidak akan ada habisnya. Bella tersenyum puas. Mereka akhirnya keluar ruangan Gavin menuju kantin.

Bella sebenarnya mengajak Gavin ke restoran China, tapi Gavin tidak berselera dan bersikeras untuk makan di kantin kantor saja. Bella hanya mendengus dan mengikuti Gavin.

Mereka mengambil makan yang sudah disediakan perusahaan Gavin setiap harinya. Menu kali ini ada salad, sei sapi, kentang goreng, cumi asam manis, aneka sambal, dan jus jeruk.

"Lo akhirnya suka sama orang" celetuk Bella saat mereka duduk di salah satu kursi. Karyawan lain sampai memperhatikan.

"Sejauh apa Raka cerita sama lo?" Tanya Gavin.

"Dia cuma bilang lo lagi frustasi karena istri lo di culik nyokap" kata Bella.

"Gue pikir lo gak mau nerima gue karena masa lalu, bukan karena masalah lo" lanjut Bella.

The Fault in Life [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang