31 "Play Room II"

2.2K 94 0
                                    

Mendengar jawaban Gavin, Devira hanya memajukan bibirnya. Jam sudah menunjukkan pukul 22.00, Devira tidak melihat tanda-tanda Gavin mengajaknya pulang, tapi ia juga tidak berniat ingin pulang karena sekarang ia tidak merasa terancam lagi. Perasaannya sudah tenang. Bagaimana kalau kita nikmati saja bermain disini.

Devira meraih air mineral lalu membukanya dan menegaknya dengan cepat. Ia sudah haus dari tadi tapi baru berani minum sekarang.

"Weish tenang dong sayang" komentar Darren. Devira tertawa pelan mendenger ucapan Darren dan menyumpan botol air mineral yang sudah setengahnya ia habiskan.

"Aku main game disana, boleh kan?" Tanya Devira.

"Bentar gue nyalain dulu" kata Raka. Raka berjalan ke arah tempat permainan dan menyalakan mesin itu.

"Sayang banget gak ada capitan boneka" kata Devira.

"Vin, istri lo mau capitan boneka" teriak Raka.

"Eish, Kak Raka bocor" kata Devira. "Bohong aku gak bilang mau" lanjut Devira sedikit berteriak juga.

Raka tertawa. "Makasih kak" ucap Devira ketika permainan sudah bisa digunakan.

"Gue kesana ya" kata Raka.

Devira tertawa sendiri melihat kelakuannya, permainan tidak membutuhkan koin atau kartu berisi uang. Artinya ia bebas bermain. Devira bermain balap mobil sampai enam ronde. Dan dari keenam ronde ia hanya dua kali menang. Merasa payah dan cukup melelahkan tapi seru Devira turun. Menghampiri ketiga laki-laki yang sedang asik bermain kartu. Asap rokok sudah dimana mana. 2 botol bir sudah habis. Darren dan Raka tetap berdebat. Gavin? Darren benar, Gavin tidak banyak bicara.

"Aku ikut main dong kak" kata Devira lalu duduk kembali ditempat yang tadi ia duduki.

"Lo bisa main?" Tanya Gavin. Darren dan Raka jangan ditanya ya, mereka sepertinya sudah sedikit mabuk. Waktu sudah menunjukkan hampi 23.30 WIB.

Devira menggeleng. "Lo emang gak ngantuk?" Tanya Gavin lagi. Devira kembali menggeleng.

"Kalian gak sambil judi kan?" Tanya Devira. "Aku mau diajarin dong" lanjutnya.

"Yok Ra, kita main, taruhannya yang menang boleh dinner bareng lo 2 hari" kata Darren berteriak.

Gavin berdecak. Devira bisa mendengar itu.

"Kok ada taruhannya" protes Devira.

"Main gak bertaruh apa-apa gak asik Ra" sahut Raka.

"Mas?" Tanya Devira seperti meminta izin.

"Go ahead" jawab Gavin.

"Okay, ajarin yaa" kata Devira.

"YUHU...YANG MENANG DINNER SAMA LO OKAY" kata Darren lagi.

"Iya..iya.." jawab Devira.

Darren dan Raka menegak botol bir kedua masing-masing. Gavin juga meminum satu botol miliknya. Permainan kartu mereka diulang kembali. Karena keadaan Darren dan Raka yang tidak begitu kondusif jadi Gavin yang mengocok kartu dan membagikan semua kartu pada empat anggota yang bermain.

"Okey lo keluarin kartu angka 3 yang lo punya, kalo gak ada gak perlu dikeluarin" kata Gavin.

"Kita main yang sederhana aja, ntar dia pusing" kata Raka.

"Anjing, gue kayak lagi ngajarin anak sekolah gak bener" sahut Darren.

Devira tertawa saja mendengar celotehan Darren.

"Oke, gue yang duluan main" sahut Raka. Kemudian lelaki itu mengeluarkan 5 kartu. 3 Kartu  angka 3 Kriting dan 2 kartu angka 10 love diatas meja.

"Nyet! Lo bisa santai dulu gak, main keluarin full house aja" protes Darren.

"Lo harus keluarin yang lebih tinggi dari Raka" kata Gavin.

Please.. Gavin ini berniat mengajarinya atau tidak. Mana tahu Devira kartu yang lebih tinggi kedudukannya itu kartu yang mana. Tapi setau Devira J, Q, K Dan As adalah kartu tertinggi. Sekarang giliran Gavin yang main. Laki-laki itu mengeluarkan huruf 3 kartu angka 5 Love dan 2 kartu angka 9 Sekop.

Kali ini giliran Devira yang bermain. "Ini kartu yang lebih tinggi dari punya Mas Gavin yang mana?" Tanyanya sambil menunjukkan kartu miliknya kearah Gavin.

"Gak ada" kata Gavin

"Terus aku gimana?" Tanya Devira.

Dalam hati Gavin merutuk, kedua sahabatnya tidak ada yang mengeluarkan suara untuk menjelaskan permainan tapi giliran tertawa paling kencang. Sahabat macam apa begitu.

"Skip" jawab Gavin. Devira sebal, belum apa-apa ia tidak mengeluarkan kartu miliknya sama sekali.
Darren mengeluarkan kartu bernilai lebih tinggi dari Gavin. Raka juga seterusnya.

"Gue abis" kata Gavin

"Gue juga" sahut Darren

"Gue gak ada" sahut Raka.

Gavin kemudian mengeluarkan kartu bebas dan hanya mengeluarkan 1 kartu berangka 5 jenis Kotak.

"Loh ko ganti kartu?" Protes Devira.

"Kita udah gak ada yang punya Full House" jelas Raka.

"Oh jadi kalo gak ada yang bisa lawan, kita bebas keluarin apa aja" Ulang Devira. 

"Lo keluarin kartu yang lebih tinggi dari punya gue, jenis sekop paling tinggi, love terus kriting terakhir kotak. Lo bisa keluarin kotak tapi angkanya harus 6 keatas. Kalo jenis lain lo bebas keluarin berapapun angkanya" jelas Gavin.

"Oh sedikit paham" Devira mengeluarkan kartu 7 Kotak. Lalu diikutin Darren dan Raka. Kemudian permainan berlanjut lagi dengan dikeluarkannya Four of Kind. Devira kali ini bisa mengeluarkan kartu karena Gavin membantunya.  Lalu keluar two pair. Permainan berlanjut sampai akhirnya Darren mengeluarkan kartu terakhirnya yaitu poker paling tinggi.

Mereka bertiga tidak ada yang bisa melawan kartu Darren karena mereka tidak ada yang memiliki Boom.

"Sorry bro gue yang dinner sama Vira" kata Darren sambil menepuk pundak Raka.

Gavin memperhatikan kedua sahabatnya ini dengan mimik curiga. Kalau dilihat-lihat dari tadi kedua sahabatnya itu sangat ingin dekat dengan Devira apalagi ia ingat ucapan Raka beberapa hari lalu saat membahas Bella. Apa mereka berdua berniat untuk mendekati Devira setelah perjanjian mereka selesai? Ah tapi itu bukan urusannya dia. Selagi rencananya ini tidak terbongkar dan berjalan lancar. Gavin tidak peduli.

"Gue bisa dinner kapan aja kan kita tetanggaan" kata Raka tak ingin kalah.

"Kalo gitu gue bakal pindah apartemen, atau gue tinggal bareng lo karena kamarnya ada 2" sahut Darren.

"Anjing ogah" kata Raka.

"Lanjut" kata Gavin. Raka akhirnya mengeluarkan kartu sisanya dilanjutkan Gavin lalu Devira. Gavin yang habis kedua, lalu Raka. Sudah sangat jelas kan yang kalah siapa? Itu adalah Devira.

"Yaah kalah, ga seru" komentar Devira. Waktu sekarang menunjukkan pukul 24.00 pantas Devira sudah menguap dari tadi.

"Kalo lo ngantuk tidur dikamar paling pojok" kata Gavin. Devira yang sehabis nguap jadi kaget, tidak menyangka Gavin memperhatikannya.

"Kita gak akan pulang?" Tanya Devira.

"Nanti,biar gak berisik keatas" kata Gavin

Devira mengangguk lalu berjalan menuju tangga, langkahnya pelan sekali. Kakinya menaiki tangga dan berjalan kearah kamar paling pojok seperti suruhan Gavin. Devira tidak sempat memperhatikan isi kamar ini tapi disitu ada tempat tidur berukuran queen size. Lalu ia merebahkan tubuhnya pada tempat tidur dan menarik selimut. Matanya seketika tertutup lalu tertidur.

***

The Fault in Life [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang