Gavin dan Devira sampai di sebuah butik pada pukul 14.00, hampir enam jam mereka dalam perjalanan. Gavin meminta Devira untuk memilih pakaian sesuai dengan selera perempuan itu. Sementara Gavin menunggu di salah satu kursi. Butik ini milik temannya. Salsa. Seseorang teman SMA nya dulu.
"Ini bagus, cocok buat lo" Kata Salsa pada Devira yang saat ini berdiri dihadapan sebuah cermin panjang. Dress selutut dengan lengan panjang dan sedikit terbuka dibagian pundak berwarna purple, ada tali untuk diikat dileher dan juga dibagian pinggang, dress ini cantik, terlihat sangat feminim. Devira hanya menatap dirinya di cermin. Apa ini bagus? Kenapa Gavin tidak memberikan tanggapan apapun?
"Lo coba dulu aja" kata Salsa pada Devira. Gavin hanya diam, ia sudah sepenuhnya menyerahkan ini pada Salsa pada saat ia datang.
Devira akhirnya mencoba dress itu dan mengganti pakaiannya. Oke, sebenarnya ia tidak tahu kenapa dibawa kesini oleh Gavin. Devira cukup yakin ia sudah membawa beberapa baju untuk ia kenakan. Apa Gavin tidak percaya akan seleranya? Atau Gavin menganggapnya rendah karena ia seorang presiden direktur? Devira mendengus saat ia mulai mengganti pakaiannya.
Dasar sombong.
Setelah selesai, Devira keluar ruangan ganti, ia disambut pekikan oleh orang yang tadi memintanya untuk mencoba dress ini.
"Waw, cantik" komentar perempuan itu.
Gavin berdiri dari duduknya. "Gue ambil itu" ucap Gavin lalu memberikan sebuah kartu pada perempuan itu. Devira mendengus, bahkan Gavin tidak berkomentar apapun. Tapi apa sih yang ia harapkan?
***
Dalam mobil Devira diam, jujur, ia gugup, ini bukan pertama kalinya ia bertemu dengan tante Miranda, tapi mengingat ia akan bertemu kembali membuat ia gugup juga. Devira khawatir akan berperilaku tidak menyenangkan.
Sekitar kurang lebih 45 menit dalam perjalanan, Gavin memasukkan mobil ketika gerbang tinggi terbuka. Devira sedikit mengontrol napasnya mencoba untuk relax. Masih terlalu sore sebenarnya untuk makan malam, Devira sedikit tidak mengerti kenapa Gavin membawanya sesore ini, tapi mau bagaimana lagi, memangnya Devira bisa protes?
Devira mengikuti langkah Gavin berjalan memasuki rumah, sebelumnya ia bertemu seseorang yang sedang membersihkan kebun dihalaman depan. Devira tidak berani untuk memperhatikan sekitar, matanya tetap tertuju kedepan mengikuti langkah Gavin.
"Akhirnya kamu datang juga, Mama sudah lama ingin bertemu kamu, katanya kamu sibuk kerja" Sebuah suara terdengar dari arah dalam rumah yang Devira yakini adalah tante Miranda.
Benar saja, tante Miranda berjalan kearahnya, disusul dengan Ghia yang berada di belakang. Devira tersenyum kearah tante Miranda dan Ghia. Lalu dibalas dengan senyuman kembali.
"Maaf tante baru sempat kesini" Jawab Devira seraya memeluk tante Miranda. "Hai" lanjut Devira lalu memeluk Ghia.
"Kamu masih saja panggil tante, panggil Mama dong" Ucap tante Miranda. Devira semakin tersenyum menanggapi ucapan tante Miranda.
"Untung kamu datengnya sore, kita bisa ngobrol-ngobrol dulu sambil menyiapkan makanan" ucap tante Miranda lagi.
"Tan...Um.. Mama siapin apa aja?" tanya Devira. Tante Miranda langsung menarik Devira ke arah Dapur,
Gavin Hanya memperhatikan Mamanya dan Devira, rasa senang tiba-tiba saja hinggap dalam benaknya, tapi, kemudian rasa bersalah menggantikan itu. Gavin terkutuk karena sudah berbohhong. Kebohongan sempurna yang membuat mamanya begitu bahagia.
"Mama seneng banget kayanya Bang, lo sih bawa Devira lama" ucap Ghia. Adiknya ini ternyata masih disini, Gavin sampai tidak memperhatikan. Gavin tidak menanggapi ucapan Ghia. Ia lalu berbaring di sofa ruang televisi. Badannya pegal, seharian menyetir begitu menyita tenaga. Tanpa sadar ia tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault in Life [THE END]
RomanceHidup Devira yang hampir tenang dua bulan ini berubah menjadi rumit kembali. Belum sempat ia benar-benar melupakan masa lalu yang mencekik pikiran dan hatinya, dengan tiba-tibanya hadir Gavin Ravindra seorang Presiden Direktur Grandmedia Group yang...