In his room

3.6K 701 41
                                    

Rasanya, segalanya beraroma darah saat aku bangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasanya, segalanya beraroma darah saat aku bangun. Tidak ada bagian tubuhku yang tidak terasa sakit, terutama pada bagian pangkal paha, rusuk, dan belakang kepalaku. Aku ingin merintih dan bangun untuk mencari bantuan, tapi selimut yang dingin dan nyaman ini menahanku agar tetap berada di tempat tidur. Kuyakinkan diriku kalau aku berada di tempat yang tepat bersama Jack. Aku aman di sini. Aku bisa tidur lagi kalau aku mau.

Aku memang masih ingin tidur lagi. Kalau bisa sampai semua lukaku ini sembuh total.

Aku mendengar suara. Awalnya suara itu tidak jelas. Lama kelamaan aku bisa mendengar dengan lebih baik. Itu suara musik, terlalu pelan. Lalu, suara manusia. Suara laki-laki. Desahan, lalu erangan.

Jack?

Sontak, aku duduk di tempat tidur itu. Berjingkat kaget untuk mengambil posisi berlindung. Pandanganku masih buram, tapi aku berusaha untuk tetap waspada. Aku tidak ingin berhadapan dengan bajingan lagi.

Tidak ada orang. Aku ada di ruangan yang kosong.

Suara lelaki yang berbicara dengan suara pelan itu terdengar samar, seperti ada di dalam ruangan ini, tapi kenapa tidak ada orang?

Aku mencari senjata. Tempat ini ada banyak sekali barang yang bisa kujadikan senjata, tapi tidak ada yang benar-benar senjata. Aku memilih penggaris dari besi yang cukup panjang. Kulapisi bagian pangkal yang kujadikan pegangan dengan kain agar tidak melukai tanganku. Kugenggam penggaris enam puluh sentimeter itu dengan kedua tangan seperti pedang. Aku memang tidak pernah memegang pedang sebelumnya, tapi cara ini yang kupikir benar. Cara ini yang sering kulihat di film.

Sebenarnya, aku sangat ingin tetap tinggal di tempat tidur. sumpah. Kakiku sakit sekali. Seluruh sendiku seperti menolak diajak keluar dari tempat tidur, tapi aku harus melihat siapa yang berbicara. Kalau memang dia ingin berbuat jahat padaku, Akan kuhujamkan penggaris ini ke kepalanya seperti orang yang tadi kubunuh.

Aku membunuh orang?

Baru sebentar aku di Veinmere, tapi aku sudah membunuh orang. Aku memang bajingan Shaw. Kuharap ini prestasi yang bisa kuceritakan pada Tilda.

Aku mendekati suara itu. Ada belokan di kamar ini menuju bagian lain, seperti tempat kerja. Lebih jauh dari kamar mandi, ruangan itu dipisahkan koridor sempit yang diapit rak berisi barang-barang dari besi yang di mataku terlihat seperti peralatan bengkel dan benda-benda lain yang mirip mur dan baut.

Lelaki itu membelakangiku. Suaranya teredam sesuatu. Dia menuliskan sesuatu di kertas, lalu meletakkan pena. Saat dia berbalik terkejut, aku merasa lega. Sangat lega.

"Tuhan! Hellene, kau menakutiku." Jack mencengkeram telepon ke dadanya, membuat posisi bertahan atau hendak menangkis pukulanku.

Aku menurunkan penggaris itu. "Maaf," kataku sambil mengatur napas lagi. Aku baru sadar kalau tadi aku sama sekali tidak bernapas. Kupegangi kepalaku yang terasa sakit dengan telapak tangan. Mataku terpejam dan rasanya nyaman sekali. "Aku lega sekali ini kamu. Astaga. Kita--"

The Only Love We Have (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang