A Deep Sleep

9.9K 1.4K 24
                                        

Dear Readers,

Maaf ya baru update malam ini. Banyak yang harus diselesaikan beberapa malam kemarin. 

Maaf kalau masih banyak typo dan kesalahan kata. Saya membuatnya langsung setelah update The Ultimate Bachelor; A Redemption.

Saya akan berusaha lebih baik lagi.

Mohon bantuannya untuk meninggalkan vote dan comment agar saya tahu apa yang kalian pikirkan untuk cerita ini. Apakah kalian memang suka, atau ada yang perlu saya perbaiki. Katakan saja, saya akan menerimanya dengan senang hati.

Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih banyak, ya.

Love,

Honey Dee

*

Aku terbangun dengan sentakan hebat di paru-paruku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terbangun dengan sentakan hebat di paru-paruku. Napasku tercekat. Aku menelan banyak air sabun. Susah payah kugapai pinggiran bak mandi dan mengangkat tubuhku sendiri. Aku terbatuk sampai muntah di luar bak mandi. Air mataku menetes deras karena hidungku terasa sangat sakit. Busa sabun masuk ke mulutku. Aku bisa menyecap rasa busa dan sepertinya, perutku juga sudah banyak kemasukan air.

Kucoba untuk mengatur napas. Separuh dariku bersyukur berhasil keluar dari air. Bayangkan saja, kalau semenit lagi aku tidak keluar dari air. Apa jadinya?

Tapi, bukankah itu berarti aku bis alepas dari semua omong kosong ini? Aku bisa lepas dari Raymond Shaw keparat kaya itu. Aku bisa melayang ringan di udara dan berkeliling ke mana saja yang kusuka.

Apa memang itu yang dilakukan orang mati?

Apa Mom juga seperti itu sekarang? Apa Mom juga berkeliaran ke sana-ke mari dan melihat apa saja yang diinginkannya? Mom sangat suka Venesia. Dia takjub pada keindahan bangunan di atas air yang berpondasi kuat. Dia menghabiskan waktu berjam-jam untuk keliling kota dengan gondola sewaan sambil tertawa atau berceloteh manja dengan lelaki yang menghidupinya.

Ah, syukurlah aku tidak mati. Aku masih belum ingin bertemu dengan Mom. Sudah bagus aku sekarang lepas darinya. Bagaimana kalau ternyata dia belum pergi? Bagaimana kalau ternyata dia masih luntang-lantung di New York karena tidak tahu jalan? Mom adalah pembaca peta yang buruk. Tapi, dia selalu menemukan orang yang tepat untuk mengantarnya ke tempat tujuan. Aku tahu, dia tidak akan tersesat.

Kuangkat tubuhku dari air yang sudah dingin. Ternyata, di luar air udara terasa lebih dingin. Kuambil mantel mandi tebal berwarna putih dengan embos SHAW di bagian dada dan tali pinggangnya. Mantel mandi itu kebesaran untukku. Tapi, rasanya hangat dan nyaman. Kainnya langsung menyerap air sabun yang malas kubilas lagi.

Dengan gontai dan masih batuk-batuk untuk menyingkirkan air dari dalam tenggorokan, aku berjalan ke wastafel. Cermin besar di atas wastafel memperlihatkan gadis muda yang pucat. Bibirku membiru dan bagian bawah mataku hitam. Aku memang tidak banyak tidur sejak kebakaran itu. Raymond Shaw meyakinkan kalau aku harus tidur di pesawat. Tapi, siapa yang bisa tidur dengan nyenyak di hadapan laki-laki yang mengaku ayahku tapi membakar rumahku dengan aku masih ada di dalamnya?

Aku meninggalkan cermin tampa peduli pada tampangku. Tidak kupedulikan sisir gading bergigi renggang untuk menyisir rambut basah. Tidak kupedulikan juga berbagai produk kecantikan yang berbaris rapi di depan cermin. Aku tidak pernah paham produk kecantikan. Mom memakai banyak sekali perawatan sampai kulitnya licin seperti marmer.

Mungkin aku akan mencobanya suatu saat nanti, tapi bukan sekarang. Yang kuinginkan saat ini hanyalah mencari tempat tidur dan membaringkan tubuhku.

Perutku kembung karena minum terlalu banyak air. Kerongkonganku perih dan hidungku terasa tersumbat. Mungkin aku akan sakit besok. Rasanya, aku juga menggigil dan demam. Masa bodo.

Kubanting tubuhku dengan nyaman di atas kasur super besar di tengah ruangan yang jauh lebih super besar lagi. Ruangan yang mereka sebut kamar ini cukup untuk menampung dua puluh orang pengungsi tidur dengan kasur kecil tanpa saling bersentuhan. Dan aku merangkak ke dalam selimutnya yang tebal, menjadi satu-satunya pengungsi di kamar ini.

Selimut tebal, bantal bulu angsa yang nyaman, dan kasur besar untukku sendiri. Memangnya, apa lagi yang kubutuhkan sekarang?

Raymond Shaw dan hantu Mom bisa bercinta di kamar lain. Aku tidak peduli. Kudapatkan tidur paling nyenyak malam ini.

*

The Only Love We Have (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang