Lauren : The Girl Who Stand Still

3.1K 577 26
                                    

Raymond mendekatkan wajahnya padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raymond mendekatkan wajahnya padaku. Dia ingin menciumku.

Aku mundur dengan cepat.

Tidak. Dia bisa memintaku jadi miliknya, tapi aku tidak akan mau menyerahkan diriku padanya. Seseorang telah memilikiku, seseorang yang kusuka. Tidak boleh ada orang lain yang melakukannya selain dia.

"Kau tidak pernah berciuman sebelumnya?" tanya Raymond dengan senyum malu-malu.

Aku menunduk, diam saja. Untung Raymond tidak memiliki kemampuan membaca pikiran seperti Tilda. Dia percaya saja kalau aku tidak pernah berciuman sebelum ini.

"Ayo keluar," ajaknya dengan kepala menunjuk ke arah rumah. "Kita dengar apa keputusan mereka."

"Aku tidak berani." Aku berkata jujur padanya. Aku memang tidak berani mendengar keputusan apa pun. Aku tidak yakin Tilda punya seratus ribu dolar pada masa sulit seperti ini. Kalaupun punya, untuk apa dia menggunakan uang itu demi aku? Sama sekali tidak sepadan.

"Ayolah! Kau harus mendengar apa kata mereka. Jangan biarkan orang lain memperjuangkan masa depanmu sementara kamu tidak tahu apa-apa. Seburuk apa pun, kamu bisa menghadapinya?"

Dia bisa berkata seperti itu karena dia tidak punya masalah sepertiku. Dia tidak tahu bagaimana rasanya ada di posisiku.

"Apa yang kau takutkan, Lauren? Titania?"

Aku mengangguk. Ini juga jawaban jujur. Siapa yang tidak takut pada raksasa itu? Dia itu kejam dan bengis. Kalau dia berhasil mendapatkanku, pasti aku sudah remuk di tangannya.

"Aku tidak mau dipukul," kataku sambil menunduk dalam-dalam.

"Tidak akan ada yang memukulmu."

"Jika aku kembali ke barak--"

"Tidak ada yang memintamu kembali ke barak, Lauren manis. Tidak ada. Kau akan kembali ke rumah ini, tapi bukan ke barak. Kau akan bersamaku. Aku yang akan menjagamu. Sumpah."

Aku menatap mata hijaunya yang berbinar indah, seperti zamrud yang berkilauan di leher Mrs. Shaw saat pesta itu. Mata itu cocok untuk wajah tampan Raymond. Kenapa orang-orang kaya dan bangsawan mendapatkan wajah yang halus rupawan? Kenapa penampilan mereka begitu serasi dengan kekayaan? Seharusnya dia bisa mendapatkan gadis mana pun di Veinmere atau di seluruh dunia. Kenapa aku yang dia pilih?

Raymond memaksaku keluar dari mobil, menarik dan menggendongku agar mau berjalan ke halaman rumahnya. Ini malah mengundang rasa ingin tahu pekerja. Mereka melihatku dengan bingung, memperhatikan semua yang kulakukan dengan Raymond.

Setelah ini, mungkin mereka akan menggunjingkanku di barak pekerja atau saat makan sembunyi-sembunyi di dapur. Mereka mungkin akan menyebutku macam-macam sepertu pekerja yang berani keluar dengan tukang memperbaiku gorden waktu itu. Begitu gadis itu kembali, mereka mencacinya habis-habisan. Gadis itu sama sekali tidak gentar. Dia bilang dia sangat mencintai pacarnya. Pada kali berikutnya dia pulang dari berkencan dengan tukang gorden, mereka melucutinya dan menenggelamkannya di bak penampungan kotoran hewan.

The Only Love We Have (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang