Aku tidak berpikir akan tertidur begini, apalagi dengan liur mentes di samping bibir. Aku sempat gelabakan meraba sekitar bibir dan menghapus liurku itu. Mungkin ini karena obat. Aku tidak pernah tertidur sampai selelap ini. Wajahku panas karena matahari yang sudah tinggi. Panasnya masuk di sela dedaunan, tepat menembak wajahku. Dahiku saja sampai perih saat kugerakkan. Aku sudah terpanggang matahari.
Seorang pelayan kulit hitam melewatiku dengan tatapan heran. Wajahnya berkeringat sampai mengilap dan dia hanya menggunakan kaos tanpa lengan dan celana kain panjang. Dalam sekejap aku merasa iri padanya. Beruntung sekali orang-orang yang memiliki cukup banyak pigmen untuk melindungi kulitnya. Mereka tidak perlu merasa terpanggang seperti ini hanya karena sedikit sinar matahari.
Sedikit? Berapa lama memangnya aku tidur.
Aku menguap dan menggeliat, melawan rasa perih pada kulit yang makin lama makin terasa menyenangat. Mungkin saja gadis-gadis di dalam sana tahu apa yang bisa kulakukan dengan kulitku. Sepertinya kulitku sudah merah sekali.
"Venus punya krim lidah buaya untuk meredakan efek terbakar pada kulitmu."
Aku sampai melompat terkejut mendengar ini. Siapa yang menyangka ada orang lain di tempat ini?
"Neptune?"
"Satu-satunya," katanya sambil tetap membaca buku di tangannya. Dia duduk di bawah pohon dekatku, masih memakai kemeja dan celana yang sama dengan yang dipakainya tadi. Kacamata hitamnya dikaitkan di kantong kemeja. Ekspresinya serius melihat halaman buku itu seperti membaca buku yang sulit dipahami. Namun, aku mengenal benar sampul buku yang terbuat dari kulit itu.
"Itu buku ibuku?" tanyaku masih mencoba menelaah lagi yang kualami.
"Ya, Dear. Ini buku milik Lauren miller. Maaf aku sudah lancang membaca buku tanpa izin darimu. Aku tertarik saat melihat lukisan pada salah satu halamannya. Saat kau sedang tidur tadi, aku sudah meminta izin. Kau bergerak sedikit. Kuartikan itu sebagai jawaban 'ya'." Dia akhirnya melihatku dan tersenyum padaku. "Bagaimana kondisimu, Hellene?"
Aku ingin menyeret buku itu darinya, tapi tidak enak dengannya. Aku ingin marah karena dia sudah mengambil milikku dan membacanya buku ibuku, tapi aku khawatir dia tersinggung.
"Kenapa?" tanyanya lagi, kembali membuka buku itu. "Apa yang ingin kau lakukan?"
Aku tergagap, bingung harus bagaimana menjawabnya. Entah ini karena aku kehausan dan kepanasan atau karena hal lain. Aku melihatnya dengan bingung, bukan bingung padanya, melainkan pada diri sendiri. Kenapa aku tidak bisa menemukan kata untuk menjawabnya?
Mata hijaunya berkilauan diterpa cahaya matahari. Baru kusadari kalau Neptune memiliki wajah yang benar-benar berbeda dengan Adam. Wajah Neptune terlihat Lembut dan lebih tirus. Dia memiliki bentuk tulang pipi yang sama dengan Tilda. Bentuh dagunya juga sama. Orang yang hanya melihat sekilas saja mungkin akan menganggap ini sebagai sebuah kebetulan. Namun, cara mereka melihat orang dan cara Neptune menggerakkan kepalanya begitu sangat mirip dengan Tilda sekalipun mereka tidak tinggal satu rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Love We Have (On Going)
RomanceAku sudah terbiasa sendirian, bahkan sebelum kematian Mom. Tapi, laki-laki dari Veinmere berkata kalau dia ayah biologisku. Parahnya, dia melakukan apa saja untuk membuatku tinggal dengannya, bahkan dengan membakar rumahku dan membuatku hampir mati...