Aku menjerit.
Pelayan yang terkejut dan melihat ke ruangan ini juga menjerit. Mrs. Shaw yang baru datang menjerit, lalu pingsan. Raymond meraung keras, lalu melompat untuk menerjang Evangeline. Tentu saja Steve dan Adam memeganginya. Venus bergerak cepat merebut pistol di tangan Raymond dengan kecepatan tangan yang luar biasa. Steve menghajar wajah Raymond, memulai perkelahian tangan kosong.
Evangeline melotot. Ya. Dia yang menyebabkan ini semua hanya melotot, melihat pada pistolnya, lalu berjalan santai ke tempat duduk lagi, menghabiskan minumannya.
Venus berteriak-teriak memanggil pelayan untuk membereskan mayat Ed. Dia memaki Evangeline, tapi kelihatannya gadis itu sama sekali tidak peduli. Dia melihat kakaknya yang mengepalkan tangan, bersiap menghajar Raymond lagi. Sementara itu, Raymond di sisi lain ditenangkan Adam. Kelihatannya Adam minta maaf pada Raymond.
Aku tidak tahu apa kesalahan Adam sebenarnya. Aku tidak bisa memutuskan apakah maaf itu memang harus dikatakan atau tidak.
Tubuh Ed di lantai, bersimbah darahnya sendiri. Darah merah gelap mengalir pelan keluar dari lubang di kepalanya, membasahi karpet di lantai. Aku lemas membayangkan Ed yang makin lama makin memucat. Di tubuhku sebagian darah dan mungkin bagian dari otaknya.
"Aku sudah memperingatkannya," kata Evangeline marah, seolah bukan dia yang menembak kepala orang.
"Memperingatkan bukan menembak, tolol," kata Venus yang kemudian diperingatkan Steve karena dianggap menambah keributan.
Raymond menarik kerah Steve. Dengan gerakan yang luar biasa cepat, dia menjatuhkan Steve ke lantai. Steve tidak siap. Aku saja belum sempat berkedip. Dia terjatuh dengan kepala lebih dulu di lantai, menggeleng pusing karena serangan itu. Evangeline yang tidak terima kakaknya diperlakukan seperti itu mengangkat pistol lagi ke kepala Raymond. Kali ini Raymond tidak mengenal belas kasihan. Dia menendang tulang kering Evangeline, membuat gadis itu jatuh seperti kakaknya.
Pistol Evangeline terlempar, Dia memutar tubuh sampai bisa menendang kemaluan Raymond. Lelaki itu mendengking seperti anjing yang tertabrak. Evangeline benar-benar marah. Dia melompat ke tubuh Raymond, menendangnya sampai telentang di lantai. Seteve menarik adiknya, memeluk gadis itu dengan erat. Namun, Evangeline terus meronta, seperti monster betina yang meminta untuk dilepaskan.
"Masuk kamar, Hellene!" Adam berteriak padaku sambil memiting leher Raymond dengan tangan. "MASUK KAMAR KATAKU!"
Dengan tingginya ketegangan dan kebingungan, perintah Adam mengejutkanku. Langsung saja aku mengikuti perintahnya tanpa bertanya atau protes. Dengan terseok-seok aku berlari ke kamarku di lantai dua, meninggalkan mereka semua yang masih ribut di bawah. Begitu di dalam, kukunci pintu kamar dan kuganjal dengan kursi. Aku tidak mau mendengar apa pun. Aku tidak mau melihat apa pun lagi. Kucuci wajah dan leherku yang terkena darah Ed. Tubuhku gemetar. Air mata juga jatuh tanpa bisa kutahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Love We Have (On Going)
RomanceAku sudah terbiasa sendirian, bahkan sebelum kematian Mom. Tapi, laki-laki dari Veinmere berkata kalau dia ayah biologisku. Parahnya, dia melakukan apa saja untuk membuatku tinggal dengannya, bahkan dengan membakar rumahku dan membuatku hampir mati...