Blue Eyes Baby

5.1K 746 181
                                    

Aku belum pernah melihat bayi atau dekat dengan bayi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku belum pernah melihat bayi atau dekat dengan bayi. Beberapa kali aku melihat bayi bersama ibunya di taman saat aku jalan-jalan. Hanya sebatas itu saja. Aku tidak pernah benar-benar menyentuh bayi seperti ini. Kulit bayi ternyata benar-benar lembut. Warna kemerahannya membuat bayi itu terlihat lebih lucu. Bayi ini tidak segemuk yang sering kulihat. Tangannya tidak berbuku-buku seperti bayi lain. Tapi, dia tenang. Dia memegangi kakinya yang tertutup kaus kaki. Saat kulepas kaus kaki itu, dia mengambil jempol kakinya dan mengisap jempol itu seperti dot. Apa dia haus? Memangnya bayi minum apa? Kalau punya Ibu, bayi seharusnya minum ASI, kan? Bagaimana bayi yang tidak punya ibu ini? Apa yang dia minum? Apa dia sudah boleh minum susu biasa?

Aku melihat sekeliling kamar Tilda. Tidak ada minuman yang bisa kuberikan padanya. Bayi ini melepas jempol kakinya, bibirnya bergerak-gerak seperti mencari sesuatu. Apa dia mengajakku berbicara? Apa dia menginginkan sesuatu?

"Aku tidak tahu apa yang kamu inginkan. Apa yang harus kulakukan?"

Bayi itu menatapku dengan bibir yang terus bergerak mencari sesuatu. Wajahnya seperti ingin menangis, tapi dia tidak menangis. Dia hanya menarik-narik bibir ke bawah sambil mengeluarkan suara seperti sedang kesal.

"Apa harus bagaimana?" tanyaku yang tentu saja tidak akan dibalas oleh bayi itu.

Saat suara yang dikeluarkannya semakin terdengar mendesak, aku mengangkat tengkuk dan pinggangnya. Kupeluk dia di dadaku. Lalu, bayi itu menjilati dadaku. Dia benar-benar kehausan.

Aku membawanya ke luar kamar. "Tilda! Tilda! Bayi ini kehausan. Apa kita punya sesuatu untuknya?" kataku sambil mencari Tilda. Mereka di dapur, kelihatannya baru ngobrol dengan ramai bersama tiga laki-laki itu. Tilda berkacak pinggang seperti memarahi mereka. Aku jadi tidak enak harus mengganggu mereka.

"Maaf," kataku pelan. "Aku belum pernah punya bayi. Dia membuatku panik."

Rockwood itu berdiri dengan cepat. "Akan kubuatkan susu. Dia suka susu buatanku," katanya dengan bangga. Dia melewatiku dan mengambil tas kulit warna hitam sebesar kotak perkakas. Dia membawa lagi tas kulit itu ke dapur dan meletakkannya di meja dapur. Dari tas itu dia mengeluarkan tabung besar yang dari mereknya berisi susu dan botol bening seukuran mug kopi untuk membuat susu.

"Alice kecil selalu menghabiskan susu yang kuminum. Mungkin rasanya lebih enak daripada jika keparat-keparat itu yang membuatnya. Maafkan aku, Miss Shaw, Tilda. Aku hanya berkata jujur," katanya sambi memasukkan susu ke lubang botol dengan berantakan.

"Panggil saja Hellene. Aku tidak suka dengan nama belakangku," kataku jujur.

"Kita ada di sisi yang sama," kata Drey Syailendra dengan alis melengkung yang diangkat-angkat dengan nakal.

"Kamu juga tidak suka nama belakangku?" tanyaku padanya.

Dia memajukan bibir tipisnya. "Maksudku aku juga tidak suka nama belakangku."

The Only Love We Have (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang