Lauren : The Girl Who Save The World

1.8K 359 27
                                    

"Kunci?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kunci?"

Kumuntahkan benda yang disusupkan Tilda ke dalam mulutku. Dia pintar sekali menyembunyikan benda itu di balik lidahku. Hampir saja kukira dia sinting dan berubah orientasi seksual karena ditangkap FBI. Ternyata memang aku harus percaya padanya. Tilda selalu memiliki hal yang tidak bisa kusangka.

"Dia berani sekali," komentar Henry dengan senyum yang ditahan-tahan. "Jujur saja, aku sangat terkejut. Aku sempat berpikiran buruk tentang hubungan kalian. Yah, kau tahu, banyak orang yang ... begitu."

Aku ingin tertawa, tapi kali ini bukan waktu yang baik untuk tertawa.

Kunci itu kecil sekali, terlalu kecil untuk menjadi kunci rumah. Besarnya hanya sebesar pencil kecil dan panjangnya tidak sampai sekelingkingku. Jelas ini bukan kunci rumah. Modelnya menggunakan kunci weslock dengan permukaan datar. Tilda baru mengajarkan sedikit tentang kunci, padahal pelajaran ini menurutku penting untuk membobol pintu atau membuka kunci borgol jika berada dalam posisi seperti Tilda.

Ah, tidak. Kurasa Tilda tahu cara melepaskan borgolnya sendiri. Pasti dia tahu bisa lolos dengan mudah. Dia pasti punya rencana. Tilda selalu punya rencana.

Kalau memang begitu, kenapa dia memberiku kunci ini? Apa yang ingin dia sampaikan padaku?

"Kau tahu itu kunci apa?" tanya Henry yang sudah ada di belakangku.

"Tidak. Aku tidak tahu. Yang jelas ini bukan kunci pintu. Entahlah. Aku tidak pernah melihat Tilda membawa-bawa kunci. Uhm ... paling tidak, dia tidak pernah memegang kunci. Aku ... tidak tahu kalau dia menyimpan atau mengantonginya."

Henry tersenyum. "Bagaimana dengan lemari besi atau kotak penyimpanan lainnya? Kelihatannya kunci itu memang kunci untuk sesuatu yang kecil."

Lemari besi?

Astaga! Itu dia!

Aku berlari ke ruang kerja Tilda. Ruangan itu tidak dikunci. Kurasa Tilda memang terburu-buru sekali sampai tidak sempat melakukannya. Biasanya Tilda orang yang apik. Dia juga tidak pernah lupa merapikan benang-benangnya. Kali ini semua benangnya berantakan. Beberapa benang menggelinding sampai ke koridor. Tidak ada tanda perlawanan dari Tilda, entah ini karena dia punya rencana lain atau dia dalam keadaan tidak siap.

Atau ... Tilda memang sengaja melakukannya?

"Ketiduran," kata Henry seolah membaca pikiranku. "Mungkin Tilda tertidur saat merajut. Dia baru terbangun saat ada yang menggedor pintu. Polisi atau orang-orang berseragam itu tidak punya kesabaran. Mereka mengetuk dengan kepalan tangan, bukan jari."

Masuk akal. Tilda benar-benar tidak siap.

"Apa ada yang akan menyelamatkannya?" tanya Henry.

"Entahlah," kataku sambil mencari kotak besinya. "Dia punya banyak teman. Kurasa, dia bisa keluar dari sana. Entahlah. Aku tidak tahu alasan mereka membawanya."

The Only Love We Have (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang