"Persaudaraan tak bernama ini memiliki jaringan yang luas. Blackwell yang diam-diam membentuk pasukan mereka sendiri bersedia memberikan bantuan kapan saja kita inginkan. Sebutkan saja namaku, maka mereka akan mengerti apa yang harus dilakukan. Kami akan memberikan tugas yang harus kau lakukan pada setiap misi. Tugas-tugas ini menuntutmu untuk melakukan perjalanan ke luar negeri dan bertemu banyak orang. Kau juga butuh identitas baru, wajah baru, hingga aksen baru. Ketika tertangkap, kau tidak akan memiliki bantuan. Kau hanya akan mati sebagai orang tak bernama. Kau juga tidak boleh menyebutkan nama siapa pun pada orang lain. Saranku, telan pil ini. Mati itu lebih baik daripada tertangkap. Mereka akan menghancurkanmu pelan-pelan hingga tidak ada yang tersisa darimu. Apa kau mengerti?"
Aku nengangguk walau sebenarnya aku merasa tenggelam hingga kehabisan napas. Aku bingung dengan berbagai informasi yang diberikannya. Semuanya berjejalan masuk ke kepalaku dan membebaniku dengan perasaan berat. Perutku saja dari tadi bergejolak ingin muntah, seperti menolak mencerna semua yang dijejalkan Tilda ke kepalaku.
Bayangkan, aku akan bertemu dengan banyak orang yang sudah jelas sekali bukan orang biasa. Foto-foto target yang diberikan oleh Tilda adalah foto-foto bangsawan, pengusaha ternama, pejabat, anggota militer, hingga mafia yang terlihat sanggup membunuh orang dengan cara paling kejam. Aku, Lauren Miller yang tidak bersekolah dan menghabiskan waktu dengan menyikat kotoran di lantai rumah keluarga Shaw, harus menghadapi mereka semua sendirian, tanpa teman, tanpa bantuan, tidak memiliki hak untuk menceritakan apa pun pada siapa pun, dan tidak memiliki tempat untuk pulang jika sesuatu terjadi.
Yang ada dalam pikiranku adalah mati pada misi pertama nanti. Bagaimana aku bisa hidup dengan melewati penjagaan tingkat tinggi yang jelas sekali akan sangat ketat?
"Aku ... aku ... sudah akan mati sepertinya." Aku serius dengan kalimat ini.
"Jangan khawatir," kata Tilda sambil mendorongku ke depan cermin. "Lihat dadamu tumbuh dengan baik. Warna kulitmu memesona."
Aku malu sekali saat dia membuka kancing pakaianku dan mengangkat dadaku dari dalam bra. Dia menambahkan busa kecil di bagian bawah dadaku hingga dadaku terlihat menyembul penuh dari bra. Aku jadi ingat perempuan-perempuan di pesta musim panas waktu itu memakai gaun dengan dada terlihat bulat penuh seperti ini. Ternyata, bukan karena payudara mereka besar, tapi karena busa kecil ini.
"Payudara itu lembut dan hangat. Laki-laki dengan semua sifat agresif dan keras mereka menyukai kelembutan yang dibawa perempuan pada mereka. Masalah ukuran itu hanyalah cara kapitalis menjadikan payudara lebih komersil. Tidak semua lelaki suka payudara besar, tapi semua lelaki suka kelembutan dari payudara ini dan sesuatu yang disimpan di dalam sini." Dia mengetuk dadaku dengan ujung jari. "Kepribadianmu, Lauren. Laki-laki menyukainya. Jangan banyak bicara, teruslah menunduk, tersenyum jika kamu menyukai sesuatu, tertawa jika mereka melucu, dan tatap mereka tepat pada mata saat mereka berbicara. Kau akan membuat mereka tergila-gila pada pandangan pertama."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Love We Have (On Going)
Storie d'amoreAku sudah terbiasa sendirian, bahkan sebelum kematian Mom. Tapi, laki-laki dari Veinmere berkata kalau dia ayah biologisku. Parahnya, dia melakukan apa saja untuk membuatku tinggal dengannya, bahkan dengan membakar rumahku dan membuatku hampir mati...