Lauren : Witch From Mountain

1.5K 332 52
                                    

"Aku tidak yakin Tilda setuju dengan pernikahan ini," kataku sambil makan kue buatan ibu Henry

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak yakin Tilda setuju dengan pernikahan ini," kataku sambil makan kue buatan ibu Henry. Kue itu enak sekali. Rasa jeruknya benar-benar membuat rasa kue itu jadi segar, sangat cocok dengan krim di bagian luarnya yang manis. Aku sudah makan dua potong besar sejak kami selesai berciuman tadi.

"Kenapa? Dia mengatakan sesuatu tentang pernikahan?" Henry mengelap mulut dengan kertas tisu, lalu mengelap mulutku juga.

"Tidak. Dia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menyuruhku bersenang-senang malam ini."

Dia tertawa. "Senang-senang seperti apa?"

"Denganmu. Dia ingin aku meluapkan kerinduanku selama ini padamu."

Dia menggigit bibir dan mendekatiku. "Kau merindukanku?"

"Sangat. Aku sangat merindukanmu. Aku sampai tidak tahu bagaimana cara agar tidak memikirkanmu. Kau tahu, aku sering menangis saat kau datang mencariku. Aku berharap benar kau masuk dan menemuiku, tapi Tilda melarang. Dia tidak ingin kita bertemu sebelum waktunya."

"Kau sakit apa?" tanyanya sambil mendongakkan daguku, melihat wajahku dengan saksama. Mungkin, dia berpikir bisa melihat tanda-tanda sakit pada diriku lewat wajah.

Aku hampir membuka mulut untuk mengungkapkan kondisiku yang sebenarnya, tapi kututup lagi mulutku rapat-rapat. Sekalipun dia sudah menjadi suamiku nanti, dia tidak boleh tahu apa pun. Tilda sudah mengatakan kalau informasi yang salah akan membunuh jika diberikan pada orang yang salah. Aku tidak ingin bunuh diri dan tidak ingin membunuh Henry.

"Aku tidak tahu. Namanya sulit. Aku tidak ingat. Tapi, aku buang air besar terus-menerus dan demam. Tilda khawatir aku menularkan penyakit pada orang lain. Dia memaksaku menjalani karantina. Tidak ada yang menjengukku selain dia, bahkan pelayan lain juga dilarang masuk ke rumahnya." Aku menelan semua kueku, mengelap tangan, dan buru-buru mencengkeram bagian depan kemejanya sebelum dia bertanya lagi. Aku ingin mengalihkan perhatiannya dari sakitku. "Itu tidak penting, Mr. Cole. Bagaimana dengan sekolahmu? Ini musim gugur. Kenapa kau kembali? Apa terjadi sesuatu atau kau kembali hanya untuk melamarku?"

Aku berhasil. Dia tersenyum malu-malu. "Aku sudah berkata pada ibuku. Aku hanya akan kembali ke sekolah dengan membawamu."

"Aku?"

"Ya, kau. Aku hanya akan kembali sekolah jika bersamamu. Aku bisa gila kalau tidak ada kau. Aku mau melakukan apa saja yang disuruh ayahku jika ada kau di sampingku. Kita menikah, kau ubah nama belakangmu dengan Cole, lalu kuajak kau pergi ke mana pun. Kau mau, Lauren?" Dia menggenggam erat tanganku, terlalu erat, seperti orang yang takut jatuh. Dia ketakutan. Dia khawatir aku menolaknya.

Pernikahan dengannya memang jalan keluar untuk lari dari Shaw dan keharusan untuk menjadi agen persaudaraan Tilda. Tapi, apa jalan kami akan baik-baik saja? Aku tidak yakin Tilda akan melepasku setelah yang dia lakukan kemarin. Kami sudah melihat banyak hal. Aku juga sudah dipertemukan dengan persaudaraan yang lain. Aku sudah tahu rahasia-rahasia persaudaraan. Bagaimana bisa aku keluar begitu saja?

The Only Love We Have (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang