Aku gemetar. Tentu saja aku gemetar. Aku hampir tidak bisa berpikir jernih lagi. Raymond dibopong dua orang pekerja ke kamar. Dia terlihat masih kesakitan. Sementara aku menunggu tukang jagal memenggal kepalaku di koridor bagian belakang rumah Shaw.
Natalina Twain, perempuan tinggi besar yang mengatur semua pelayan rumah. Dia yang membuat aturan dan dia juga yang menghukum kami. Pukulan tangan kosongnya bisa mematahkan gigi laki-laki, apalagi pukulan saat dia memegang sesuatu.
Dia tidak menikah. Kata orang-orang itu karena dia bisa mematahkan penis laki-laki di tempat tidur. Aku tidak tahu kenapa bisa mematahkan penis. Dulu aku sering memandikan adikku dan melihat penisnya. Penis bukan tangan yang punya tulang dan bisa dipatahkan.
Perempuan itu menatapku dengan tatapan seolah mencabut nyawaku adalah kebanggaan untuknya.
"Aku menyukaimu, Lauren. Kuharap tidak akan pernah menyakitimu. Kau tidak pernah membuat ulah dan selalu melakukan yang bisa kau lakukan. Seharusnya, kau tidak ceroboh seperti ini," katanya dengan suara tenang dan dalam. Tapi, dia mengatakan itu sambil menekan-nekan buku tangannya seperti bersiap untuk memukuliku.
Aku tidak mengatakan apa-apa karena mulutku terkunci tangisan. Seluruh tubuhku gemetar. Semua orang pasti seperti ini kalau akan menghadapi maut. Sangat beruntung orang yang meninggal mendadak. Dia tidak perlu gelisah menunggu dan menebak bagaimana caranya mati. Sungguh, ketakutan menunggu kematian itu lebih buruk daripada kematian itu sendiri.
"Kuharap, hukuman yang diberikan hanya memukul kakimu. Aku tidak tega mencambuk punggung kurusmu."
Seharusnya, dia diam saja. Seharusnya dia melakukan apa saja yang diperintahkan, tidak perlu membuat pengumuman dulu. Membayangkan rasa cambukannya saja membuat kepalaku terasa sakit sekali.
Pelayan rumah lain datang. "Mereka menyuruh Lauren ke kamar Mr. Shaw."
Natalina terlihat terkejut. "Mereka menyuruhku menghukumnya di kamar?"
"Tidak. Hanya Lauren saja," kata pelayan itu lagi. Tatapannya menunjukkan ketakutan yang sama pada Natalina seolah berbicara pada perempuan itu adalah hal paling mengerikan yang dilakukannya.
Sekalipun tidak jadi dipukuli Natalina, aku tidak senang dengan panggilan ini. Aku makin gemetar. Aku makin ketakutan. Apa mereka akan menempelkan besi panas dari perapian ke wajahku? Kudengar Mr. Shaw punya koleksi senapan. Kuharap aku hanya akan ditembak saja. Itu akan lebih mudah. Aku bisa langsung mati tanpa menderita ketakutan dan rasa sakit dulu.
Aku mengetuk pintu tiga kali, lalu menunggu ada yang menyuruhku masuk.
Di dalam ruang tidur besar itu ada seluruh keluarga Shaw, ditambah perempuan yang cantik sekali. Aku tidak pernah melihatnya. Kalau pernah, aku tidak mungkin melupakannya. Rambutnya berkibar panjang, perpaduan cokelat dan pirang yang jarang kulihat. Apa rambut itu asli? Matanya hijau cemerlang, memperlihatkan kecerdasan dan kedewasaan. Dia memiliki keanggunan Shaw. Aku yakin dia kakak Mr. Shaw.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Love We Have (On Going)
RomanceAku sudah terbiasa sendirian, bahkan sebelum kematian Mom. Tapi, laki-laki dari Veinmere berkata kalau dia ayah biologisku. Parahnya, dia melakukan apa saja untuk membuatku tinggal dengannya, bahkan dengan membakar rumahku dan membuatku hampir mati...