Aku siap menerima cambukan. Jika memang aku harus mati hari ini, aku siap. Lelaki itu berpidato tentang betapa lancangnya aku hanya karena diangkat menjadi pelayan pribadi sudah berani menentangnya.
"Kau pikir Miss Shaw akan menolongmu? Tidak, Jalang. Tidak akan ada yang mau repot mengulurkan tangan untukmu. Kau sama tidak bergunanya dengan keledai-keledai itu. Kau sama tidak berharganya dengan hewan ternak," kata lelaki itu dengan nada mengejek.
Aku tidak berharap akan ada yang menolongku. Aku hanya berharap tidak ada yang memukul anak itu dan ibunya. Mereka hanya kelaparan.
"OH YA, TUHAN! RAYMOND SHAW! APA YANG KAU LAKUKAN? KENAPA HANYA MELIHAT SAJA, HAH?"
Aku melihat ke arah pintu belakang rumah Shaw. Tilda berjalan tergopoh ke arahku. Wajahnya luar biasa merah. Rambutnya berkibar di belakang punggungnya. Dengan langkah berani, dia menghampiri lelaki berewokan yang akan memukulku dengan cemeti. Dia menarik cemeti dari tangan lelaki itu, lalu menamparnya.
"Kau akan mencambuk pelayan pribadiku?" Tilda berkata dengan keras, lalu menampar lelaki itu lagi sebelum dia berkata apa pun. "Kau mencambuki perempuan? Kau dengan tubuh besarmu itu mencambuki perempuan, hah? Kau masih membutuhkan cambuk untuk menghajar perempuan kurus? Kau masih membutuhkan senjata untuk menakut-nakuti perempuan? Mana kemaluanmu?"
Tangan Tilda cepat sekali. Aku yakin dia bisa bela diri Cina. Aku pernah lihat bagaimana orang Cina melakukan pertunjukan bela diri. Tangan mereka cepat sekali. Tidak ada yang melihat bagaimana orang itu sampai bisa memukuli lawannya. Tahu-tahu lawannya sudah pingsan saja. Begitu juga dengan Tilda sekarang. Aku tidak melihat bagaimana tangannya bergerak. Tahu-tahu dia sudah memegang ikat pinggang kulit lelaki itu. Detik kemudian celana lelaki itu jatuh ke tanah, mwnyisakan celana dalam yang warnanya sudah berubah, mungkin karena tidak pernah diganti.
"Biar kuubah kemaluanmu jadi vagina." Tilda tiba-tiba sudah mengambil pistol dari tangan lelaki itu. Dia menusukkan pistol ke kemaluan lelaki itu. "Cuma laki-laki yang keterlaluan bajingannya yang berani memukuli perempuan. Cuma lelaki yang kepengecutannya luar biasa yang memukul perempuan dengan senjata. Kau keduanya, Bangsat. Apa kau pikir kau bisa lari begitu saja dariku setelah berani menyentuh pelayan pribadiku? Apa kau pikir aku akan diam saja setelah kau berani mengusik pelayan pribadiku?"
"A-aku ti-tidak melakukan apa-apa, Miss Shaw."
"Apa yang dia lakukan padamu, Lauren?"
Tilda bertanya padaku? Apa yang harus kukatakan? Aku tidak pernah mengadu. Apa aku akan jadi buruk setelah mengadu?
"Lauren!"
Aku tergagap dibentak begitu oleh Tilda. Dengan hati-hati aku berkata, "dia memukuli perempuan negro itu dan anak kecil di pelukannya. Aku melarangnya melakukan itu. Dia bilang dia ingin aku menggantikan mereka."
Tilda melihat ke arah perempuan negro itu. "Apa yang kau lakukan?"
"Mereka--"
Tilda menekankan pistolnya pada kemaluan lelaki itu. "Jangan katakan apa pun. Aku tidak ingin terciprat ludamu. Katakan! Apa yang kalian lakukan sampai dia mencambuku kalian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Love We Have (On Going)
RomanceAku sudah terbiasa sendirian, bahkan sebelum kematian Mom. Tapi, laki-laki dari Veinmere berkata kalau dia ayah biologisku. Parahnya, dia melakukan apa saja untuk membuatku tinggal dengannya, bahkan dengan membakar rumahku dan membuatku hampir mati...