XV. Two Years Later

233 38 9
                                    

Jumat, 11 April

"Mana sih ini Rachel jam segini belum nyampe." ucap Vino yang sudah menunggu di dalam kelas.

"Biasalah." ucap Lidyo. "Lagian lu tetangganya kan, kenapa gak lo samperin aja sih tadi."

"Ya kan gue berangkat sama Febi."

"Oh iya juga."

"Yeee dasar."

Tak lama kemudian, Rachel pun masuk ke dalam kelas dan langsung duduk di bangkunya.

"Kenapa nih pagi-pagi udah serius aja kalian." ucap Rachel kepada Vino dan Lidyo.

"Yeee ni bocah, lupa apa sama rencana kita semalem?" ucap Vino.

"Iya iya, canda doang. Santai ngapa sih bang." ucap Rachel terkekeh. "Terus kita mau gimana?"

"Sesuai rencana aja lah, tinggal nunggu dia dateng." ucap Lidyo.

"Sip." ucap Vino dan Rachel berbarengan.

5 menit berlalu, dan Nadila pun menampakkan batang hidungnya.

"Haaiii." sapa Nadila saat ia menuju ke bangkunya yang sejajar dengan Vino, Lidyo, dan Rachel.

"Pagi Nad." sapa Vino.

"Eh iya Rachel. Aku lihat di Twitter kamu semalem, kamu dapet boneka beruang ya? Aku punya lho boneka yang sama." ucap Nadila.

Rachel, Vino, dan Lidyo pun saling melemparkan pandangan mereka.

"Eh beneran?" ucap Rachel sok kaget, padahal ia sudah tau.

"Kita jadi punya kembaran ya, siapa tau boneka kita bisa saling ngobrol jarak jauh hahaha. Apaan sih aku, aneh banget ya." cerocos Nadila yang tertawa ringan.

"Hahaha iya kali ya, jodoh." ucap Rachel keceplosan.

Untungnya Nadila tidak mendengar, atau mendengar tapi tidak berpikiran yang macam-macam. Namun justru kedua teman yang lainnya lah yang macam-macam.

"Eh aku mau ke kantin dulu ya, tadi belum sempet bikin sarapan di kosan. Ada yang mau ikut?" ucap Nadila.

Ketiganya menggeleng.

"Yaudah aku ke kantin duluan ya."

Nadila pun keluar kelas dan menuju kantin.

"Sini gocap!" ucap Lidyo kepada Vino.

"Apaan deh, tiba-tiba gocap." tolak Vino.

"Lah semalem kan kita udah taruhan, Rachel yang jadi saksinya."

"Kenapa gue kena sih, maksiat woeee maksiat." ucap Rachel bercanda.

"Ya kan janjinya kalo kado yang semalem beneran dari Nadila." kilah Vino.

"Lu budeg apa gimana? Kan tadi lo denger sendiri omongan Nadila!" ucap Lidyo.

"Dia kan gak bilang itu dari dia kan?"

"Dari omongannya udah kelihatan jelas kaliiii."

"Mana bisa disimpulin gitu aja!" tolak Vino. "Lo pikir lagi deh, kenapa coba dia susah-susah sok misterius semalem, tapi tiba-tiba dia ngomongin soal itu duluan?"

"Ya siapa tau dia kode biar Rachel sadar kalo dia yang udah ngasih kado."

"Bisa jadi sih..." ucap Rachel.

"Noh, Rachel aja setuju." ucap Lidyo girang. "Udah sini gocap buruan!"

Dengan enggan Vino pun merogoh ke dalam dompetnya. "Nih! Tapi gue yakin kalo itu bukan dari dia."

Cinta RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang