XXI. Rasa Sayang yang Dulu Aku Remehkan

195 32 10
                                    

Kamis, 1 Mei

"Oke siap, tapi gue masih di sekolah nih." ucap Vino.

"Kalo gitu gue susulin deh, bosen banget sumpah di rumah." ucap Rachel di ujung telefon sana.

"Ya terserah lo sih, tapi gue mungkin agak lamaan. Gue mau awasin rapat anak-anak kelas X dulu."

"Santai aja, mending gue di sana daripada bosen. Tungguin gue."

"Ya." tutup Vino seraya mengakhiri sambungan telefon.

Hari ini adalah hari libur, namun seluruh kelas X tetap datang ke sekolah untuk rapat persiapan pentas seni yang akan diadakan akhir bulan ini. Persiapannya sebenarnya sudah hampir lengkap, tinggal pematangan dan eksekusinya saja. Berhubung minggu depan sudah memasuki masa UAS, untuk itulah sekarang diselesaikan agar tidak mengganggu masa belajar.

Vino sebagai ketua tahun lalu merasa sangat puas dengan kinerja adik-adik kelasnya itu. Ia memandang Fia yang sedang melakukan pengarahan dan teringat kembali akan pengalamannya tahun lalu. Seperti Fia, waktu itu Vino juga merasa tidak mampu untuk menyandang jabatan sebagai ketua panitia, namun pada kenyataannnya mereka berdua bisa melampaui ekspektasi diri sendiri.

"Badrun, gimana soal keamanan?" tanya Fia di panggung Ruang Serbaguna sekolah itu kepada salah satu wakil ketua panitia.

"Izin kepolisian udah aman, anak-anak yang tugas keamanan juga udah siap." Badrun menunjuk teman-teman seangkatannya yang ia tugaskan sebagai petugas keamanan pada acara nanti. "Meme dan temen-temen seksi dana juga laporan untuk sponsorship udah aman."

"Oke bagus." puji Fia. "Masalah panggung, pengisi acara, sama bintang tamu gimana Frans?"

"Dekorasi tinggal mematangkan doang menyesuaikan tema, beberapa juga udah selesai proses pembuatannya. Pengisi acara udah banyak yang daftar, tinggal nunggu penutupan pendaftaran minggu depan baru nanti diseleksi lagi. Masalah bintang tamu, kita udah deal sama pihak Sheila on 7, termasuk soal permintaan-permintaan mereka."

"Bagus-bagus." Fia mencatat pada buku persiapan miliknya.

Selanjutnya ia pun memastikan seluruh elemen sudah selesai dibahas, baru kemudian ia mempersilahkan tiap ketua seksi untuk mematangkan tugas masing-masing. Karena ini adalah pensi yang seluruhnya menjadi tanggung jawab kelas X, untuk itulah seluruh murid kelas X yang berjumlah 45 orang itu memiliki tugas masing-masing sesuai pos yang ditentukan.

Setelah yakin jika tidak ada yang perlu disampaikan lebih lanjut, Fia pun kemudian menghampiri Vino yang mengamati dari pintu masuk Ruang Serbaguna sekolah ini.

"Gimana menurut kak Vino?" tanya Fia meminta pendapat Vino selaku ketua tahun lalu. Ia memang sering berkomunikasi kepada Vino untuk meminta saran.

"Bagus kok gue suka. Bahkan gue gak nyangka ternyata lo bisa melibatkan anak kelas XI juga buat project kalian ini."

"Tadinya mau kita handle sih kak, tapi kata Bu Putri sama teh Melody mending biar kelas XI aja yang tugas."

"Gapapa kok, kita semua ngerti. Bahkan gue juga denger sendiri dari temen-temen kalo mereka seneng dilibatkan lagi. Seru juga keliling Jakarta buat nunjukin potensi kota ini, bukan cuma mall aja."

"Iya kak."

"Ternyata lo beneran bisa kan? Apa gue bilang waktu itu?" ucap Vino sambil menampakkan senyumnya itu.

"Hehehe iya kak, makasih. Tapi ini belum kelihatan hasilnya kak, baru persiapan aja."

"Dari yang gue lihat, gue yakin bakal sukses kok. Tapi gue cuma mau bilang, kalo misal nanti pas hari H ada yang gak sesuai rencana awal, jangan panik. Udah hal biasa itu, gue juga dulu gak semuanya sesuai sama rencana. Yang penting lo nanti bisa ambil keputusan yang tepat dan komunikasi yang bener sama temen-temen lo."

Cinta RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang