XXXIX. Doubt

137 22 2
                                    

Kamis, 19 Juni

Setelah tanpa sengaja melihat Nadila dan Yupi sedang berjalan berdua saat ia sedang makan siang bersama Shani dan teman-temannya kemarin, semenjak itu pikiran Vino hampir dipenuhi oleh kejadian tersebut. Bahkan sedari tadi setelah keberangkatan Papanya untuk menunaikan tugasnya lagi, Vino di dalam kamarnya lagi-lagi sedang berdebat dengan pikirannya sendiri.

Bagaimanapun juga ia tidak merasa jika kedekatan Nadila dan Yupi adalah sesuatu yang spesial, namun tetap saja ia curiga kenapa sampai Nadila berbohong kepada Rachel. Akhirnya setelah penuh pertimbangan, Vino pun berniat untuk menanyakan langsung kepada yang bersangkutan. Tentunya yang dimaksud adalah Yupi, karena jika yang ia takutkan benar, bisa jadi Yupi tidak tahu menahu soal kedekatan Nadila dan Rachel, karena memang belum banyak yang tahu.

Yupi

Hari ini bisa ketemuan ga?

Ada yg mau aku omongin sama kamu

Eh?

Kayaknya salah kirim deh

Enggak, Yupi

Ini seriusan Vino mau ngajakin ketemuan?

Bukan lagi prank kan?

Seriusan, ada yg mau aku tanyain ke kamu secara langsung

Ih sumpah deh aku seneng bangeeeeeeet

Ayuk kapan?

Nanti siang gimana?

Yah kalo hari ini ga bisa

Aku jam 9 ini ada janji sama temen, mungkin sampe malem

Besok aja gimana?

----------

Melihat balasan chat dari Yupi, Vino terdiam. Temen? Kenapa 'temen', bukan langsung sebutin nama? Ya bisa jadi sih temen yang dimaksud ini seseorang yang tidak dikenal Vino, tapi gimana jika ternyata 'temen' ini adalah seseorang yang familiar tapi tidak ingin diketahui Vino identitasnya?

Vino pun melirik jam di dinding kamarnya dan tanpa berpikir lama ia pun langsung mengambil Jaket dan Masker miliknya dan kemudian mengayuh sepedanya menuju rumah Lidyo.

Dengan melaju sepedanya buru-buru, Vino pun bisa sampai ke rumah Lidyo dengan cepat dan langsung memencet bel rumah sahabatnya itu.

"Eh kak Vino." sapa Ikram, adik Lidyo yang membukakan pintu itu.

"Kakak lo udah bangun belum?" tanya Vino.

"Udah kok kak, ini lagi main PS sama gue. Mau ikutan main kak?"

"Enggak deh, lain kali aja." tolak Vino yang memang sering main PS bareng kedua kakak adik ini. "Gue mau ngomong sama kakak lo."

"Yaudah masuk aja kak."

"Gue tunggu di sini aja."

Ikram pun sejenak memandang Vino dengan tatapan aneh karena tidak biasanya ia seperti ini, namun ia tidak berniat untuk menanyakan lebih lanjut dan langsung berbalik untuk memanggil Lidyo.

Tak berapa lama Lidyo kemudian keluar dari dalam rumah dengan muka kesal.

"Kenapa gak masuk aja sih, lagi enak juga!" gerutunya.

"Ambil kunci motor lo, anterin gue!" ucap Vino tanpa basa-basi.

"Yaelah, kalo lo mau ngapelin Shani ya berangkat sendiri lah, manja amat!"

Cinta RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang