XX. Keringat Itu Tidak Berbohong

224 31 21
                                    

Minggu, 27 April

"Yaudah, kita tunggu lo di depan Kafe Idola ya. Kita semua udah siap berangkat." ucap Lidyo saat sedang menelfon. "Hu umph, oke see you Nad."

Lidyo pun kemudian mematikan sambungan telefonnya.

"Dia udah jalan ke sini, bentar lagi sampe." jelasnya kepada yang lain.

Hari ini Lidyo, Melody, Frieska, Naomi, Rachel, dan juga Nadila sudah janjian untuk menonton kompetisi Dance tingkat kota. Selain tentunya untuk mendukung tim Dance Project yang mewakili SMA Eno 48 Jakarta, tapi juga lumayan kan untuk mengisi waktu bersama-sama.

"Bentar lagi Hel, sabar." ledek Lidyo di balik kemudi. "Bentar lagi lo ada pasangannya, gak jadi obat nyamuk doang."

"Apaan enggak, gue gak lagi mikirin dia." jawab Rachel yang memang jujur.

"Nanti kamu bisa loh kesempatan buat deketin dia. Ini ide aku juga buat ngajak bareng-bareng, soalnya aku gemes lihat kamu malu-malu, kayak Lidsky waktu deketin aku." ucap Melody.

"Ih, mana ad....."

"Mau bantah?!" tantang Melody memotong perkataan Lidyo.

"Enggak deh, kamu selalu bener." ucap Lidyo pasrah.

"Jiah, ternyata takut juga dia." ledek Frieska yang ada di kursi paling belakang. "Yang sabar ya Om, dia mah emang gitu gak mau kalah."

Di samping Frieska, Naomi hanya terdiam mendengar perbincangan di dalam mobil itu. Ia sedang memproses informasi jika ternyata Rachel sedang menyukai Nadila, sementara di sisi lain Naomi sering kali tanpa sengaja di dalam kelas mendengar Ivan yang bercerita kepada Sakti atau Sonia jika ia masih cinta kepada Rachel.

Sebenarnya Rachel juga sedang memikirkan Ivan. Sudah 10 hari sejak kedatangan surat pertama di dalam loker sekolahnya, total kini sudah ada 4 surat yang ia terima. Meski Rachel senang ketika membaca kiriman-kiriman surat puitis itu, ia juga sedikit kesal karena si pengirim tak kunjung memberikan penjelasan.

Rachel juga semakin yakin jika pengirim surat-surat dan kado misterius itu adalah Ivan karena ketika mereka berdua main bareng Sakti dan Sonia, Ivan nampak berbeda dibanding biasanya. Inilah yang membuat Rachel jengkel kenapa Ivan tak kunjung mengaku saja, karena jika semakin lama begini ia makin tak tau harus bagaimana jika Ivan benar-benar memintanya untuk balikan.

Rachel tersadarkan dari lamunannya kala kaca jendela mobil diketuk dan terlihat Nadila sudah berada di luar mobil. Rachel pun dengan sigap membantu membuka pintu mobil itu.

"Maaf ya agak telat." ucap Nadila seraya memasuki mobil tersebut.

"Gapapa kok, gak terlalu lama juga." ucap Lidyo.

"Ih, meni geulis pisan Nadila." puji Melody. "Pantesan aja telat, ternyata dandan dulu."

"Eh berlebihan banget ya aku? Kalo gitu aku balik aja deh, kalo mau ditinggal gapapa kok." Nadila merasa malu-malu.

"Gapapa kok, kamu cantik Nad. Masih cocok dan pantes kok gak berlebihan. Nanti di sana siapa tau kamu ketemu jodoh kamu gitu." Melody pun mengedipkan sebelah matanya yang diarahkan kepada Rachel.

"Teteh bisa aja." ucap Nadila masih malu-malu.

Sementara itu Rachel memperhatikan Nadila yang memang hari ini terlihat lebih effort dan nampak berbeda dari biasanya. Tadinya sebelum Melody membahasnya, Rachel tidak menyadari penampilan Nadila ini. Namun kini ketika Rachel menyadari itu, jantungnya malah jadi dag-dig-dug.

"Udah siap semua kan nih?" tanya Lidyo.

"Udah sayang, yuk berangkat." jawab Melody.

Nadila kemudian melihat sekeliling mobil dan menyadari sesuatu. "Eh, Vino gak jadi ikut?"

Cinta RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang