LX. Alibi Kecemburuan

109 15 6
                                    

Kamis, 4 September

"Idih yang mutusin siapa, eh yang galau siapa." ledek Natalia saat menyadari sedari tadi Nadila selalu menatap ke arah Rachel.

"Apaan sih Nat, iseng deh." ucap Nadila sebal.

"Lagian kamunya teh masih suka sama Rachel, sok-sokan minta putus segala. Mana tadi minta pindah tempat duduk pula, buat apa coba?"

Nadila hanya bisa menghembuskan nafasnya mendengar celotehan Natalia itu. Tidak bisa dipungkiri jika dirinya masih menyukai dan menginginkan keberadaan Rachel di sampingnya, tapi keputusan yang ia ambil adalah hal terbaik bagi dirinya dan juga Rachel. Setidaknya itulah yang ia yakini.

Namun hanya bisa melihat dan memandang Rachel dari kejauhan seperti ini membuatnya sedih. Terlebih lagi saat ini Rachel terlihat bahagia dan bisa tertawa, seperti tidak terjadi sesuatu yang berarti di kehidupannya.

Sejujurnya di dalam dirinya ada perasaan senang karena Rachel tidak dalam keadaan seperti yang ia rasakan saat ini, tapi di sisi lain ia juga sedih ternyata hubungan mereka berdua tidak seistimewa seperti yang ia pikirkan.

Bahkan Nadila sendiri saking merasa beratnya, 3 hari ini memutuskan untuk bolos sekolah karena menenangkan diri di Bogor kota asalnya. Sebenarnya hari ini ia belum siap untuk masuk dan bertemu Rachel, tapi apa boleh buat karena sore ini ia ada jadwal workshop bersama teman-teman bandnya. Gak mungkin kan dia udah capek-capek usaha dan sudah dapat kontrak, malah kabur begitu saja karena masalah ini?

"Udah lah kalo emang masih gak rela, samperin aja dia. Ngomong kalo kamu salah dan minta maaf." lanjut Natalia yang lagi-lagi memergoki Nadila yang masih terus menerus menatap ke arah Rachel.

"Gak segampang itu Nat. Kamu tau kan masalah aku gimana." ucap Nadila.

"Ya makanya omongin sama dia, dia pasti ngerti kok dan kalian bisa cari jalan keluarnya. Aku yang LDR sama mas pacar aja bisa, kok kalian yang masih saling sayang dan deket pula ini gak bisa sih?"

"Kan beda Nat kondisinya."

"Beda gimana? Orang LDR itu godaannya lebih besar tau! Bayangin dia di Malaysia aku di sini, dan aku cuma bisa percaya sama dia aja."

"Kalian berdua sebelum LDR pasti punya komitmen sebelumnya kan? Komitmen yang bikin kalian yakin dan percaya untuk jalanin hubungan kalian? Aku sama Rachel belum punya itu Nat."

"Ya makanya omongin dong, kan udah aku bilang berkali-kali neeeenggg." Nat sudah mulai malas. "Aku yakin kalo kamu omongin apa yang jadi ganjalan di pikiran kamu, pasti Rachel ngerti kok."

"Justru kalo dia ubah pikiran dia soal ini, aku jadi pikir ulang lagi Nat. Aku gak suka sama orang yang gak punya pendirian, apalagi soal value dalam diri dia."

"Tauk ah, pusing aku. Dasar anak aneh emang kamu." ucap Natalia yang sudah menyerah.

Nadila masih saja menatap ke arah Rachel yang berada cukup jauh di kantin sekolah ini, jadi ia yakin Rachel tidak akan menyadari pandangannya.

Namun lama-kelamaan melihat Rachel yang nampak bahagia dalam canda dan tawa membuat Nadila makin sakit. Bukan hanya karena ia merasa Rachel tidak sesedih dirinya, tapi juga karena sedari tadi Rachel sedang bercanda berdua dengan Ivan, yang notabene adalah mantan pacar Rachel.

Karena makin tidak kuat dan daripada membuat dirinya makin sakit lagi, Nadila memutuskan untuk meninggalkan area kantin untuk kembali ke ruang kelasnya.

Meski sedari tadi Rachel memang tidak menyadari keberadaan Nadila yang mengamatinya dari kejauhan, tapi beda lagi dengan Ivan yang sangat menyadarinya. Ivan tersenyum puas dalam hati kala melihat Nadila yang pergi dengan tergesa, merasa dirinya telah memenangi pertempuran kali ini.

Cinta RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang