Jumat, 21 Maret
"Ah akhirnya kelar juga." ucap Rachel lega.
"Gila capek gue." keluh Lidyo.
"Apaan! Kalian berdua ga kontribusi apa-apa ya!" ucap Vino tegas.
"Enak aja, kita daritadi kan kontribusi! Cuma ya ga ada yang kepake aja ide kita." kilah Rachel.
"Betul itu." ucap Lidyo mengamini. "Enak banget sekarang ditambah ada lo Nad, belum sejam aja udah rampung semua."
"Ya biasanya kan gue kerja sendiri, makanya lamaaaa." sindir Vino.
"Iya iya bang jago yang pinternya kebangetan." ucap Rachel.
"Tapi serius deh Nad, lo itu pinter banget. Kayak gini aja ngakunya masih berusaha ngejar materi di sekolah, gimana kalo udah ngejar coba." puji Lidyo.
"Hahaha enggak kok, kalo soal materi sosial gini aku masih bisa. Tapi kalo matematika, angkat tangan deh."
"Masih mending sih, daripada Rachel yang ga bisa apa-apa sama Lidyo yang cuma otot aja yang dipake." ucap Vino seenaknya.
"Weeee bener-bener ya lu Vin." Rachel meninju bahu Vino.
"Tau nih emang." tambah Lidyo yang menoyor kepala Vino. "Daripada lo tiap main futsal, kena angin aja langsung jatuh. Dasar cungkring!"
"Kenapa main tangan semua sih heran." Vino mengelus-elus bagian tubuhnya yang menjadi sasaran kedua temannya tadi.
Saat mereka berempat kembali asyik mengobrol, tiba-tiba muncullah sang pemilik kafe. Memang malam ini mereka sedang mengerjakan tugas kelompok mereka di sebuah kafe yang cukup populer di kalangan murid SMA Eno 48 Jakarta.
"Hmmm siapa nih, baru lihat." ucap Astrid, si pemilik kafe.
"Eh iya kak, kenalin ini Nadila. Dia baru pindahan minggu lalu dari Bogor." Vino memperkenalkan Nadila kepada Astrid.
"Oh kirain gebetan baru diantara kalian." ucap Astrid.
Vino dan Lidyo pun saling bertukar pandang dan menahan tawa. Mereka hampir saja buka suara andai saja kaki mereka berdua tidak ditendang Rachel dari bawah meja.
"Tumben kak hari Jumat gini dateng ke kafe, biasanya kan Sabtu Minggu doang." ucap Rachel mengalihkan perhatian agar kedua temannya itu tidak macam-macam.
"Oh, gue mau ngecek persiapan panggung." ucap Astrid seraya menunjuk ke salah satu sudut kafe.
"Wah baru nih ceritanya?" ucap Rachel.
"Iya, pengen coba bikin suasana kafe jadi baru. Bosen kali hiburannya cuma dari radio doang, biar makin rame lah yang dateng ke sini."
"Kapan kak rencananya mau dipake?" tanya Vino.
"Hari ini sih tadi katanya udah siap, makanya ini gue mau ngecek dulu. Tapi ya gue belum tau kapan mulai dipake karna emang belum ada rencana siapa yang ngisi. Mungkin baru minggu depan."
"Kalo gitu kenapa ga Nadila aja kak?" usul Lidyo.
"Eh??!" Nadila yang mendengar namanya disebut pun terkejut.
"Gue denger dari mereka berdua, lo katanya ke sini pengen jadi musisi kan? Nah sekarang coba aja manggung di sini dulu, lumayan kan." lanjut Lidyo.
"Beneran kamu mau jadi musisi? Kalo mau, boleh sih kamu main di sini." ucap Astrid.
"Tapi aku masih pemula kak, ga jago." ucap Nadila agak malu-malu.
"Santai lah, orang ini kafe gua juga kafe biasa doang kok." ucap Astrid.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Remaja
RomanceNadila, seorang siswi SMA asal Bogor rela pindah ke Jakarta supaya lebih dekat untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang diplomat dan juga musisi. Di SMA Eno 48 Jakarta inilah kisah barunya dimulai, bertemu dengan orang-orang baru yang mengajarkan d...