Senin, 7 Juli
Setelah menyiapkan minum, Rifa pun langsung membawanya ke kamar di mana Febi sudah menunggu. Memang mereka berdua sering kali menghabiskan waktu berdua di kamar Rifa jika Febi sedang berkunjung ke rumahnya.
"Jadi lo mau cerita apa? Sedih karna papa lo lagi?" tebak Rifa sambil meletakkan minuman yang sudah ia buat tadi.
"Enggak, ini soal Dey. Semalem dia ngomong sayang ke gue."
Rifa terdiam sejenak lalu kemudian berdiri.
"Kenapa lo?" tanya Febi merasa aneh melihat Rifa yang tiba-tiba berdiri.
"Eh anu hmmm... perut gue sakit."
"Nah kan, udah gue bilang jangan makan Seblak pagi pagi!"
"Jangan bawa-bawa Seblak jadi alasan ya!" ucap Rifa kesal ada yang menyinggung makanan favoritnya ini.
"Lagian dari semalem perut lu kenapa dah? Waktu pas lu sama Dey mau balik semalem juga sakit kan?"
"Mana gue tauuu." ucap Rifa yang langsung kabur ke kamar mandi rumahnya.
Di dalam kamar mandi, Rifa hanya duduk di dudukan toilet karena sebenarnya ia tidaklah sakit perut. Ia hanya alasan saja untuk setidaknya sementara waktu bisa menghindar dari apa yang akan Febi ceritakan.
Sebenarnya Rifa sudah bisa menebak jika Febi akan cerita padanya, tapi ia tidak siap untuk melakukannya sekarang. Ya memang sesungguhnya Rifa sudah mengetahui sendiri soal Dey yang menyatakan sayang kepada Febi semalam.
*flashback*
Minggu, 6 Juli
Setelah mengobrol di ruang makan tadi, Febi, Rifa, dan juga Dey melanjutkan untuk berkumpul dan mengobrol di kamar Febi, Erichan pun sempat ikut mengobrol setelah dihubungi lewat video call. Karena keasyikan mengobrol sedari tadi membuat mereka lupa waktu.
"Eh gua udah dicariin papa nih." ucap Dey yang melihat ponselnya dan terdapat pesan dari Papanya. "Gue balik duluan ya Feb."
"Eh aku ikutan pamit deh, udah malem ini. Besok udah mulai sekolah lagi juga." ucap Rifa.
Ketiganya pun berdiri dan bersiap untuk berpamitan dan berpisah.
"Tapi tungguin dulu ya bentar, gue kebelet nih. Toilet dulu bentar." ucap Rifa yang tidak kuasa menahannya lagi.
Setelah menyelesaikan keharusan untuk buang air kecil, Rifa kemudian cuci tangan dan cuci muka dan bersiap kembali ke kamar Febi dan kemudian pulang.
Namun saat ia sudah berada di depan pintu kamar Febi, Rifa melihat Dey sedang memegang kedua pipi Febi. Dengan cekatan Rifa pun kembali mundur dan urung masuk ke kamar tersebut, ia lebih memilih untuk bersembunyi.
"Mereka berdua ngapain ya?" batin Rifa setelah melihat apa yang terjadi.
Rifa tetap bersembunyi namun memasang kuping lebar-lebar agar bisa menangkap apa yang kedua temannya bicarakan di dalam. Beruntung bagi dia, sepertinya kedua temannya itu tidak menyadari jika ia tadi sempat masuk ke dalam kamar sebelum kemudian bersembunyi.
"Ngelihat lo gini kenapa bikin gue jadi makin sayang sama lo deh Feb?"
Seperti yang kalian tahu sebelumnya, Febi kaget mendengar pengakuan Dey ini, begitu pula dengan Rifa yang mencuri dengar dari depan kamar Febi.
"Sejak kapan Dey suka sama Febi?" batin Rifa.
Rifa makin menajamkan pendengarannya, penasaran dengan apa yang bakalan terjadi sesudahnya. Lama kelamaan mendengar pengakuan dan cerita Dey serta bagaimana Febi menanggapinya, mulai menimbulkan perasaan aneh dalam diri Rifa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Remaja
RomanceNadila, seorang siswi SMA asal Bogor rela pindah ke Jakarta supaya lebih dekat untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang diplomat dan juga musisi. Di SMA Eno 48 Jakarta inilah kisah barunya dimulai, bertemu dengan orang-orang baru yang mengajarkan d...