LXVI. Arah Sang Cinta dan Balasannya

213 14 5
                                    

Senin, 13 Oktober

Febi agak ragu untuk memasuki ruang kelasnya, tapi tidak mungkin kan jika ia cabut ketika sudah berada di depan kelas seperti ini? Butuh waktu beberapa menit bagi Febi untuk menyiapkan diri hingga akhirnya ia siap untuk memasuki ruangan kelasnya itu.

Saat ia masuk, hal yang ia takutkan memang terjadi. Rifa sudah ada di bangkunya, yang tentu saja membuatnya harus berjalan di depannya karena memang bangku Rifa dan Febi berada di deretan depan dan bersebelahan.

 Rifa sudah ada di bangkunya, yang tentu saja membuatnya harus berjalan di depannya karena memang bangku Rifa dan Febi berada di deretan depan dan bersebelahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi Rip." ucap Febi canggung.

"Pagi Komaril." ucap Rifa tak kalah canggung.

Saat sudah berada di bangkunya, Febi langsung membuka tasnya untuk mencari topi sekolahnya karena hari Senin ini tentunya akan ada upacara bendera. Saat ia sudah menemukan topinya, ia tetap menggeledah tasnya seperti mencari sesuatu padahal tidak ada yang ia cari.

Sementara itu di sebelahnya, Rifa nampak sedang serius membaca buku. Namun sama seperti Febi, sebenarnya Rifa tidak benar-benar membaca karena ia sedang merasa canggung berada di dekat Febi.

Semenjak kejadian di festival Jejepangan kemarin, mereka berdua memang jadi canggung jika berdekatan. Padahal mereka kemarin sudah sepakat untuk tetap menjalani semuanya seperti tidak terjadi apapun, tapi tentu lebih mudah dikatakan dibanding dilakukan.

Rasa canggung keduanya terselamatkan ketika Febi melihat kedatangan Dey.

"Saaayaaannngggg." ucap Febi yang langsung berlari memeluk kekasihnya itu.

"Ebi apaan sih, maluuuuuuu." ucap Dey dengan nada manja.

Namun Febi tidak menghiraukan dan tetap memeluk erat Dey, entah apa maksudnya yang Febi sendiri pun tak tau.

"Wey apaa-apaan ini, masih pagi juga!" protes teman sekelas mereka yang bernama Fiony.

"Mending kalian keluar deh daripada merusak mata kita semua." tambah Chika.

"Iri aja dah kalian ini." ucap Febi namun tetap melepaskan pelukannya. "Dey ke kantin yuk."

"Bentar lagi kan upacara, Ebi."

"Ya justru itu, aku mau beli minum dulu. Lagian kan sekalian abis ke kantin langsung ke lapangan deket."

"Males ah."

"Aku jajanin deh."

"Tumben nih, biasanya juga protes kalo aku makan terus. Apalagi kan nanti sore aku ada pertandingan basket, biasanya kamu ngomel jangan terlalu banyak makan."

"Mau gak?"

"Mana pernah sih Dey nolak makanan? Bentar ya Dey naroh tas dulu, berat nih."

Febi pun mengangguk "Aku tunggu di depan ya."

>><<

"Nice Flo!!" teriak Badrun dari bangku lapangan sekolah.

"Kereeenn Floraaa!!" teriak beberapa murid yang lain.

Cinta RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang