XXX. Garis Diagonal Cinta Searah

242 30 20
                                    

Sabtu, 31 Mei

"Eh darimana aja lo, lama amat? Boker lo?" selidik Lidyo saat Vino kembali.

"Sembarangan! Gue tadi ketemu Shani bentar." jelas Vino.

"Oh kirain." Lidyo manggut-manggut. "Pantes lama ternyata ngebucin lo, dasar. Buruan tembak gih, ngedeketin doang mulu. Kagak takut keduluan yang laen?"

"Sabar lah. Kayak lo waktu itu cepet aja."

"Nah bener tuh." potong Melody. "Dia mah gak gerak-gerak, padahal udah ditungguin. Kalo aku gak gerak, gak bakalan pernah jadi sih."

"Yeee ini si boncel malah kagak belain pacarnya malah ngeledekin. Wuuuuu." protes Lidyo.

"APA KAMU BILANG???!! BONCEL???!" mata Melody nampak melotot.

"Iya kamu kan boncel, imut-imut gemes."

"Oh gitu, berani kamu?!" Melody kemudian menyerang Lidyo di tengah lapangan sekolah ini, yang tentunya mengundang perhatian dari penonton pensi siang ini.

"Mel ampuuunnn." Lidyo berusaha menghentikan serangan Melody. "Udaaahhh, malu ih dilihatin orang."

"Salah sendiri." Melody memalingkan wajahnya. "Awas aja kalo berani manggil aku gitu lagi!"

"Iya iya."

Melihat drama pasangan Lidyo dan Melody membuat Vino dan orang-orang di sekitar nampak cekikikan. Namun di antara orang-orang tersebut, justru Rachel hanya menampakkan ekspresi datar. Vino menyadari hal itu dan merasa sedih akan sahabatnya itu, yang akhir-akhir ini bukanlah seperti Rachel yang ia kenal. Tidak ada lagi Rachel yang memancarkan positive vibes dan mudah tertawa itu.

Vino tadi pergi lama bukan karena bertemu Shani. Ia bohong, karena sebenarnya ia menemui Nadila setelah perform. Ia melakukannya karena saat Nadila dan Aurel perform di atas panggung pensi ini, Rachel menyaksikan dengan ekspresi murung. Tidak salah lagi ia masih kepikiran soal masalahnya dengan Nadila, dan tentu saja dengan Ivan. Untuk itulah ia langsung pamit dan mencari keberadaan Nadila untuk membantu mengatasi permasalahan yang dialami sahabatnya itu.

Vino kemudian langsung merangkul Rachel, membuat sahabatnya itu sedikit kaget. Rachel pun menatap Vino dan tanpa sepatah kata pun, ia mengerti jika sahabatnya tersebut sangat mengerti dengan apa yang ia rasakan. Rachel kemudian memeluk Vino dengan erat dan menenggelamkan kepalanya dalam pelukan hangat Vino.

Lidyo yang melihatnya pun tersenyum, bukan bermaksud meledek atau ceng-cengin mereka yang berpelukan seperti orang pacaran, tapi karena ia merasa kedua sahabatnya itu sudah terlihat seperti kakak yang sedang melindungi adiknya. Sebenarnya Lidyo juga tadi merasakan kesedihan yang ditunjukan Rachel ketika melihat Nadila manggung di acara pensi ini, namun ia merasa jika Vino lebih mengerti Rachel untuk bisa menenangkannya.

>><<

Semakin malam, acara yang diadakan oleh SMA Eno 48 Jakarta ini makin meriah. Makin banyak pengunjung yang ingin menikmati berbagai performance yang telah disiapkan oleh panitia. Tentunya mereka juga tidak sabar untuk menantikan guest star yang sudah disiapkan di akhir acara, Sheila on 7.

"Widiiiiih makin malem makin rame aja nih." ucap Lisa yang menjadi salah satu pembawa acara.

"Ini semua fans gue yang rela nungguin buat nontonin gue. Ya kan abangnya?" ucap Melati menunjuk salah satu pengunjung.

"Yhaaa abangnya langsung takut ngelihat lu Me." ledek Lisa.

"Bener-bener ya, awas muka lu gua tandain bang!"

"Udah lah, daripada Meme tambah ngaco mending kita lanjut ke penampilan selanjutnya. Habis ini giliran siapa Me?"

"Pasti kalian nungguin bintang tamu kan? Tapi sebelum kalian pada nonton Sheila on 7, kita lihat dulu penampilan dari teman-teman kita yang sebentar lagi akan ikut kompetisi tingkat nasional mewakili kota Jakarta." ucapan Meme langsung membuat penonton berteriak. "Buseeet, gua belum bilang siapa udah pada teriak aje lu pada."

Cinta RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang