XXXVI. Sedikit Saja I Love You

174 23 3
                                    

Minggu, 15 Juni

(Catatan Author: part ini adalah lanjutan rangkaian dari part VI. Cinta Pertama, Selamat Siang. Part XIX Andai Ku Dapat Ungkapkan Cinta Ini. Part XXII Only Today. Part XXIII Malam Ulang Tahun. Jadi boleh dibaca dulu, ga juga gapapa.)

Pagi hari Della turun dari kamarnya di lantai 2 karena bangun tidur perutnya keroncongan belum sarapan. Namun ia justru kaget karena di bawah sudah dipenuhi oleh kardus-kardus kosong berserakan. Ia pun kemudian mencari keberadaan mamanya, berniat bertanya ada apa gerangan.

Ia pun menemukan mamanya sedang memasukkan berbagai barang ke dalam kardus.

"Mama ngapain?" tanya Della.

"Oh kamu udah bangun?" Mama mengajukan pernyataan retoris yang seharusnya tidak perlu dijawab.

"Udah daritadi kok Mah, tadi nyantai-nyantai dulu di kamar." Della tetap menjawab pertanyaan mamanya. "Mama belum jawab, ini ngapain banyak kardus di sini?"

"Loh kan kamu tau sendiri kita mau pindah rumah."

"Ya kan masih lama Maaaahhh, kenapa beres-beresnya sekarang?"

"Kamu lupa ya, kan kita pindah akhir bulan ini."

"Ini serius mah?" tanya Della terkaget seperti baru saja mendengar informasi ini.

"Kan udah dari minggu lalu Papa cerita waktu makan malem bareng."

"...." Della terdiam. Ia sedang berpikir apakah ia lupa atau pada saat itu ia sedang tidak mendengarkan?

"Ini kamu serius ga tau? Padahal besok mama udah janjian sama pihak sekolah kamu sama Debby untuk ngurus perpindahan kalian dari sekolah masing-masing."

Della masih kaget mendengar hal ini. Memang sih ia sudah tau jika keluarganya akan pindah sejak 2 bulan lalu karena bisnis Papanya akan berpindah ke Bandung, tapi ia tahunya jika mereka akan pindah setidaknya setelah bulan September. Terlebih lagi, ia sedari awal sudah jelas-jelas menyuarakan ketidaksetujuannya untuk pindah.

Ia pun kemudian memilih untuk duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan ini, masih tidak terima atas kenyataan ini.

"Tapi mah, Della gak mau pindah." ucapnya lirih, lelah karena sudah terlalu sering mengutarakan hal ini.

"Kita kan udah ngomongin ini bareng-bareng, harusnya kamu ngertiin dong. Papa mau mulai bisnisnya di Bandung, kita semua harus dukung. Gimanapun juga itu demi kita semua!"

"Terus kapan mama sama papa ngertiin Della? Della gak mau pergi dari sini!" ucap Della sambil menunduk. "Della mau kos aja nanti di sini, gak mau ikut ke Bandung. Nanti Della biar cari cara buat bayar hidup Della di Jakarta sendirian!"

"Kamu tau kan uang bukan yang jadi masalah? Papa sama Mama cuma gak mau kamu jauh dari keluarga dan gak keurus, kita takut kamu kejebak sama gelapnya kehidupan."

"Della bisa jaga diri mah, Della tau mana yang baik sama yang buruk! Tuhan pasti ngelindungin Della!"

"Kamu sejak kapan keras kepala gini sih?!"

"Soalnya mama gak adil sama Della, kakak kakak aja gak ikut ke Bandung!" protes Della mengacu pada kedua kakak laki-lakinya yang memang tidak ikut pindah ke Bandung.

"Ini bukan cuma buat kamu, tapi buat Debby juga! Bukan karena kalian cewek dan mereka berdua cowok, tapi karena kalian masih sekolah. Nanti kalo kalian udah kuliah atau kerja, terserah kalian mau tinggal di mana juga bakal mama sama papa dukung."

"Della kan udah kerja Ma."

"Kerja apaan, kalian itu cuma main-main doang!" ucap Mama sinis.

"Devils Attack gak main-main!" Della tak terima jika apa yang ia lakukan bersama Sakti dan Sisil dianggap remeh. "Ya emang kita bertiga suka bercanda dan gak jelas, tapi itu kerjaan kita bertiga! Mama tau sendiri kan Della sama Sakti sama Sisil udah ke mana aja gara-gara apa yang kita bertiga lakuin?!"

Cinta RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang