Empat hari Yesha dirawat di rumah sakit keadaannya sudah berangus-angsur membaik. Tresna yang semula harus cuti dari kantor juga sudah bisa meninggalkan Yesha. Lagipula di rumah sakit ini juga ada Kenan, meskipun dia tidak menjaga pasien di ruangan secara langsung. Yesha sudah bisa ditinggal karena anak itu sudah bisa untuk sekedar pergi ke toilet sendiri meskipun masih tertatih-tatih atau memakan makanan meskipun menggunakan tangan kiri. Jadi Kakaknya yang lain dengan berat hati terpaksa membiarkan dia sendirian sampai salah satu dari mereka selesai dengan urusan masing-masing.
Biasanya Lucas atau Hamas akan rutin datang setiap jam 12 atau jam 1 siang. Mereka tidak ikut menginap di rumah sakit jadi saat siang mereka yang menjaga Yesha sampai sore. Ketika Tresna atau Winar pulang kerja, mereka akan pulang ke rumah lalu kembali ke rumah sakit esok harinya. Meskipun sedikit melelahkan mereka sama sekali tidak keberatan, melihat Yesha sudah bisa mengunyah nasi saja sudah bisa membuat mereka senang.
Jam masih menunjukan pukul 10 pagi dan Yesha baru saja bangun setelah tadi Subuh tidur lagi. Selama dia sakit siklus tidurnya menjadi tidak menentu. Bisa seharian dia menonton tv kemudian tidur dan bangun di sore hari. Atau bisa dari pagi tidur kemudian bangun saat Hamas atau Lucas sudah datang, Yesha jadi banyak tidur. Kata Kenan itu pengaruh obat, tapi kepalanya selalu pusing jika tidur terlalu lama.
Pintu ruangan terbuka saat Yesha baru saja akan menyalakan Tv. Dia pikir itu salah satu Kakaknya, tapi ternyata bukan. Dia terus menatap seseorang yang masuk dengan beberapa totebag ditangan. Jika ini mimpi tolong bangunkan Yesha secepatnya.
"Ibu?".
Wanita yang di panggil Ibu tersenyum kemudian mendekati Yesha. "Apa kabar Yesha?".
Rasanya Yesha ingin sekali memeluk Ibu, tapi dia tidak bisa melakukan itu. Tangannya masih sering sakit jika digerakan meksipun hanya sedikit. Jika dalam keadaan sehat dia pasti sudah menerjang Ibu. Bahkan dia bingung harus menjawab pertanyaann Ibunya dengan kalimat seperti apa.
Mengerti dengan tatapan anaknya, Ibu memeluk Yesha secara pelan-pelan. Wanita itu meringis saat melihat beberapa luka yang mulai mengering. "Kenapa bisa kecelakaan hmm?
Tapi bukan menjawab Yesha malah menangis. Rasanya masih sama seperti dulu Ibu masih sering memeluknya tidak ada yang berubah sama sekali. Ibu juga mengelus punggung Yesha dengan lembut, dia merindukan putranya yang sudah lama sekali tidak bisa dia temui.
"Ibu...". Yesha memanggil Ibu dengan lirih. "Yesha kangen Ibu".
"Ibu juga nak, kangen sekali".
Yesha melepas pelukan Ibu kemudian menatap wanita yang sudah lama tidak dia temui. "Ibu sendiri?".
Kepala Ibu mengangguk. "Maaf baru dateng, ini juga karena Kenan terus maksa Ibu biar jenguk kamu".
Ada patah imajiner yang sekarang dirasakan Yesha. sampai kapan pun Ibu tetaplah Ibu. Tapi dia tetap tersenyum. "Pasti Ibu sibuk ya?".
"Iya, ini karena kebetulan jadwal Ibu kosong. Kamu udah baikan?".
Yesha mengangguk. "Udah kok, Mas Kenan selalu ngomel tiap hari".
Tidak ada percakapan lagi setelahnya. Ini lebih canggung dari pada Yesha bertemu Ayah. Jika Ayah selalu membuka obrolan berbeda dengan Ibu yang lebih baik menjadi pendengar sehingga Yesha bingung harus bicara apa lagi dengan Ibu.
"Kamu kemarin ketemu Ayah?". Ibu bertanya.
"Iya, kemarin di Surabaya".
"Karena Ibu enggak bisa lama, Ibu juga harus secepatnya bicara sama kamu".
Boleh tidak jika Yesha berharap salah satu Kakaknya ada disini? Terkadang dia tidak bisa menghadapi Ibu sendirian, terlalu menakutkan untuknya.
"Ibu minta maaf karena enggak ngasih tau kamu lebih awal. Tapi Ibu yakin daripada kamu mau denger Ibu minta maaf, kamu lebih ingin dengar penjelasan dari Ibu. Alasan Ayah enggak sepenuhnya salah. Tapi alasan Ibu juga enggak sama dengan Ayah. Selain perjanjian yang sudah disepakati, Ibu juga punya alasan lain".
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Yesha || Liu Yangyang
FanfictionMenjadi bungsu dari 7 bersaudara terkadang membuat orang lain menganggap hal tersebut hanyalah omong kosong. Di jaman sekarang, siapa orang tua yang memiliki banyak anak? Jawabannya adalah keluarga Alwira. Meskipun bukan satu-satunya keluarga dengan...