61 : Alasan Yesha

2.9K 304 148
                                    

Kenan mendengar semuanya, bagaimana Yesha menangis, bagaimana dia terus meminta maaf, bagaimana suara Winar dan Tresna yang berusaha menenangkan Yesha, juga Kenan bisa membayangkan seberapa kacau keadaan sang adik saat ini. Dengan jarak kamar yang hanya di batasi tembok, dia bisa mendengar semua yang di lakukan di kamar Yesha. Tapi telinga Kenan seolah tuli untuk mendengar semua yang terjadi hari ini. Bohong jika dia tidak menyesali perbuatan yang dia lakukan, Kenan merasa sikapnya memang keterlaluan. Meskipun ingin sekali dia menghampiri Yesha kemudian mendekapnya ke dalam pelukan seperti biasa, Kenan tidak bisa melakukan hal tersebut kali ini. Dia masih membutuhkan waktu untuk menenangkan segala fikiran dan amarah yang menguasi dirinya.

Telinga Kenan bisa mendengar suara batuk yang sudah di pastikan berasal dari Yesha juga suara Juna yang ribut menyuruh Hamas untuk membawakan sebuah wadah. Kemudian suara muntah dan tangisan yang belum berhenti menyusul, Kenan hampir melangkahkan kakinya keluar dari kamar sebelum suara Lucas terdengar. Dia kembali duduk di atas kasur dan memilih untuk membiarkan Yesha di urus oleh Kakaknya yang lain. Sekarang Kenan merasa tidak mempunyai muka untuk bertemu adik-adiknya. Apalagi setelah dia menyadari perbuatan yang di lakukan terhadap Yesha.

Pertahanan yang dia bangun akhirnya runtuh, Kenan menangis menyesali apa yang sudah dia perbuatan. Perlakuannya terhadap Yesha menang benar-benar keterlaluan. Dia seperti bukan seorang manusia yang bahkan berani menarik seseorang ketika dia sedang tidur. Menampar seorang anak yang di besarkan olehnya dengan penuh kasih sayang, membanting tubuh ringkihnya padahal Kenan belum mendengar penjelasan apapun. Merusak barang yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan masalah ini. Kenan benar-benar kehilangan kesadaran begitu dia memperlakukan Yesha tadi.

Seharusnya Kenan bisa mendengar apa yang belum dia ketahui, seharusnya Kenan bisa meminta penjelasan Yesha sebelum dia dengan teganya menampar pipi sang adik, seharusnya Kenan bisa mengendalikan seluruh amarah dan rasa lelahnya sebaik mungkin agar dia tidak menyakiti sang adik. Namun Kenan hanya manusia biasa, dia bisa meledakan amarahnya kapan saja, Kenan tetap seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan, Kenan tetap bisa kehilangan control akan dirinya kapan saja.

"Ayah... Mas gagal...."

---

"Udah yaa? Nanti muntah lagi. Nafasnya juga jadi susah." Tresna mengusap punggung sang adik yang masih memeluknya erat, "Nanti Mas coba bicara sama Mas Kenan."

Tidak ada jawaban yang keluar dari bibir Yesha, dia masih berusaha mengatur nafasnya yang mulai tidak beraturan, belum lagi mulutnya masih terasa tidak enak selepas dia muntah tadi. Mungkin efek terlalu lama menangis dan sesenggukan membuat Yesha kembali muntah walaupun yang keluar hanya cairan bening. Juna tadi sempat panik karena hampir seharian ini Yesha terus melakukan kegiatan yang sama. Dia khawatir adiknya akan dehidrasi lalu demamnya tidak turun juga.

"Mas Kenan kerasukan apa ya kok bisa begitu?" Hamas berbisik di telinga Juna.

"Kayaknya cape, bayangin aja beberapa hari ini kerjaan lagi bener-bener hectic, belum harus ke Surabaya, ngurus administrasi, pemakaman, balik lagi kerja lagi. Emosi dia pasti enggak stabil."

"Ya tapi jangan sampe kayak tadi juga gak sih? Yesha sampe di seret-seret. Mana dia lagi sakit juga."

"Itu pentingnya kita buat bisa control emosi di saat cape. Makanya gue kalo cape mending tau diri, istirahat dulu sampe tenang. Soalnya gue enggak mau orang-orang di sekeliling gue ikut kena."

Juna dan Hamas hanya bisa menghela nafas, mereka juga bingung harus menenangkan Yesha dengan cara apalagi. Bahkan sekelas Tresna dan Lucas saja masih belum bisa meredakan tangisan adiknya. Mungkin Juna masih termasuk jajaran manusia yang bisa menaklukan si bungsu, sementara Hamas jobdesnya hanya sebatas membuat Yesha naik darah setiap hari. Tapi Hamas juga bukan tidak bisa berperan untuk menenangkan sang adik, hanya saja cara menenangkannya beda dengan yang lain. Jika Tresna lebih memilih mengusap punggung Yesha, Hamas hanya bisa menangkup pipi sang adik, menekannya sampai seperti badut, kemudian memutar kepala sag adik sampai dia memekik kesal.

Diary Yesha || Liu YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang