36 : Cieee Baikan

2.3K 279 67
                                    

"Yesha bangun, subuh dulu yuk?". Kenan yang sudah mengenakan pakaian koko dan sarung datang ke kamar Juna. "Ayo bangun dulu nanti tidur lagi".

Juna yang sudah lebih dulu bangun masih duduk mengumpulkan nyawa di sebelah Yesha. Setelah nyawanya terkumpul dia baru pergi ke kamar mandi dengan mata setengah terpejam, semalam dia tidur nyenyak sekali sampai tidak sadar waktu sudah menunjukan pagi hari.

"5 jam lagi ya Mas...". Yesha bergumam.

Sedangkan Kenan langsung terkekeh. "Enggak boleh, nanti abis Subuh boleh tidur lagi".

Mau tidak mau Yesha memaksakan matanya agar terbuka. Padahal dia masih sangat mengantuk, berbeda dengan Juna yang tidur nyenyak Yesha justru harus berkali-kali terbangun karena suara dengkuran Kakaknya. Dia tidak bohong, tapi Yesha baru tau jika Juna mendengkur ketika tidur, tau begitu dia memilih tidur bersama Tresna saja. Tapi jika tidur bersama Tresna dia akan dipeluk semalaman seperti guling. Tidur bersama Kenan dia pasti akan diperlakukan seperti bayi yang disentuh sedikit saja bisa remuk.

"Aku enggak bisa tidur semalem". Yesha mengeluh. "Kakak ngorok kayak babi".

"Heh!". Kenan memukul bibir Yesha. "Enggak boleh gitu sama Kakak. Ayo cuci muka terus wudhu".

"Iyaa... tapi tuntun ya?".

"Iya ayo Mas tuntun".

Yesha tersenyum, karena tangannya masih sakit jadi tidak memungkinkan dia di gendong pagi ini. Biasanya jika dia sedang malas bangun Kenan akan menggendongnya ke kamar mandi. Berhubung sekarang tidak bisa Yesha minta di tuntut saja agar selama dia berjalan dari kamar Juna ke kamarnya, dia bisa menutup mata.

Selesai solat Juna keluar dari musholla, seperti biasa dia akan membuat teh hangat sebelum berpikir haruskah dia memasak pagi ini atau membeli sarapan diluar. Di meja makan sudah ada Mark yang sedang melamun seperti besok akan terjadi wabah virus zombie. Meskipun dia dongkol tapi rasanya kasian juga melihat dia seperti anak hilang.

"Ngapain lo pagi-pagi bengong?".

Mark terlonjak kaget saat mendengar suara Juna. "Eung itu... do you know the convenience store euh deket sini?".

"Indomaret? Alfamart? Itu maksud lo?".

"Something just—".

Juna menggaruk tengkuknya sebelum memotong ucapan Mark. "Indonesia, please use Indonesia aja ini masih pagi gue males harus mikir keras".

"Gue enggak tau bahasa Indonesianya Jun".

"Lo keluar dari rumah, ambil kiri, terus jalan lurus sampe ketemu pos satpam dari sana belok kanan udah sampe".

"Pos satpam itu apa?".

"Security post..".

"Ohhh hahahaha I see I see, thank you Jun".

Juna menatap Mark Heran. Dari mana lucunya? Kenapa bule Canada itu harus tertawa saat dia menyebutkan security post? Bahkan anak itu masih tertawa saat dia pergi dari depan Juna. Apa memang bule semua begitu ya? Ah tapi tidak juga dia selama ini bertemu bule tidak ada yang seaneh Mark.

"Abang Mark mana?". Yesha mencolek bahu Juna yang masih berdiri di dekat meja makan.

"Keluar, katanya mau ke convenience store". Juna meniru Mark saat bicara.

Alis Yesha mengkerut saat mendengar suara Juna. "Kakak aneh". Dia langsung pergi karena takut kembali melihat tingkah aneh Kakaknya.

Tapi Juna masih penasaran, untuk apa Mark bertanya minimarket sepagi ini? Apa anak itu tidak membawa sikat gigi? Tapi kan Winar selalu menyimpan stock sikat gigi untuk tamu. Atau mungkin ada keperluan lain ya? Kenapa juga dia ingin tau sekali ya? Juna buru-buru menggelengkan kepalanya sampai dia tersadar akan sesuatu.

Diary Yesha || Liu YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang