51 : Tidak Apa-apa Anak Muda

1.8K 275 98
                                    

*sebelumnya aku minta maaf apabila chapter ini mengulang rasa kecewa untuk sebagian orang, aku harap untuk kalian yang sedang atau pernah kecewa meskipun dalam konteks berbeda dan tidak sesuai dengan chap ini, semoga kalian bisa segera menyembuhkan rasa kecewanya yaa, semangat...

---

Hujan di pagi hari memang membuat siapa saja malas mengerjakan setumpuk aktivitas yang menggunung. Belum lagi hujan kali ini turun di Senin pagi, harusnya semua orang bersemangat menyambut hari setelah mengistirahatkan diri selepas akhir pekan kemarin. Namun apa mau di kata, bukannya bersemangat orang-orang malah memilih menggulung dirinya sendiri menggunakan selimut tebal lalu di temani kopi atau segelas cokelat hangat. Seperti Hamas yang sedang menggulung dirinya sendiri sambil menonton kartun. Tidak ada kelas di Senin pagi memang anugerah terindah untuk mahasiswa sepertinya.

Sedangkan Kenan, Juna dan Winar sudah berangkat sejak pagi tadi. Terpaksa menerobos hujan dan keinginan untuk menggulung diri dengan selimut. Tresna tidak berangkat ke kantor karena jika hujan laki-laki itu lebih memilih bekerja dari rumah dari pada harus menanggung resiko terjebak banjir. Lucas juga berangkat pukul 3 pagi bersama teman-temannya yang datang menjemput ke rumah. Selamat datang kedamaian rumah karena biang onar nomer 2 sedang pergi selama beberapa hari. Hamas harap hidupnya akan tenang dan dia tidak mendapat gangguan atau semacamnya.

"KAKAK!!!"

Hamas langsung melongos saat dia melupakan si bontot yang wujudnya masih berbentuk manusia. Mana bisa dia tenang jika makhluk itu masih menghantuinya. "Apa adek? Jangan teriak-teriak, sini samperin Kakak nya."

Yesha menurut, dia menuruni tangga dengan wajah yang cemberut. Masih pagi tapi mukanya sudah keruh saja. "Kakkk..."

"Apa?" Hamas menjawab tanpa menolehkan kepalanya.

"Hari ini pengumuman SBMPTN.."

"Hah? Yang bener?"

"Bener, aku deg-degan takut enggak lolos gimana? Aku nanti gimana?"

"Udah udahh... jangan di pikirin dulu, rilex calm down oke? Kalo enggak lulus ya enggak apa-apa, nanti kita cari jalan lain. Masih banyak cara, serahin semua sama Tuhan sekarang. Berdoa jangan lupa, yakin aja apapun keputusannya nanti itu udah keputusan yang terbaik buat kamu."

Yesha hanya menghela nafas, dia ikut masuk ke dalam selimut Hamas kemudian menggulung dirinya sendiri. Hari ini sepertinya akan menjadi hari yang paling di takuti oleh siswa kelas 12 setelah kemarin melewati tes SNMPTN. Yesha sendiri tidak berhasil masuk ke universitas yang dia inginkan, hanya Renda dan Jevan yang berhasil masuk. Sisanya harus menerima patah hati terbesar setelah membaca kalimat "Tidak lulus" dengan latar berwarna merah. Dia bahkan sampai sekarang enggan menceritakan pengalamannya waktu itu. Yesha tidak mau mengingat kejadian yang membuatnya tidak nafsu makan dan seakan kehilangan separuh nyawanya.

Butuh waktu yang cukup lama bagi Yesha agar bisa mengikhlaskan hal yang tidak mau dia terima. Tapi kata Kenan, mau terus merenungi apa yang telah terjadi juga tidak ada gunanya. Yesha sudah berusaha selama 3 tahun ini, menduduki peringkat paralel dan selalu menjadi juara umum tidak menjamin dirinya bisa memilih lalu memastikan bahwa dia bisa di terima di universitas yang di inginkannya. Kecewa yang teramat sangat sempat membuat Yesha menyalahkan dirinya sendiri, selama 3 tahun ini kemana saja dia? Kenapa dia tidak di terima padahal nilainya bagus? Lalu dia mulai menyalahkan keadaan, menyalahkan semua orang yang di anggap tidak kompeten dan merasa bahwa dia harusnya layak sementara orang lain tidak.

Kakaknya yang lain berusaha mengerti, rasa kecewa Yesha pernah di alami mereka. Khususnya Juna dan Hamas yang sama-sama tidak lolos saat mengikuti SNMPTN waktu itu, padahal mereka berdua sudah merasa cukup percaya diri. Namun Winar bilang seperti ini "Nilai itu angka, kemampuan itu bisa di ukur oleh manusia, kesempatan itu masih banyak, peluang masih bisa di cari. Tapi takdir dan nasib manusia hanya bisa di tentukan oleh Tuhan, takdir manusia sudah di tulis sebaik-baiknya tanpa kita sangka akan seperti apa. 

Diary Yesha || Liu YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang