14 : Sebab Akibat

3.3K 338 23
                                    

"Mas.... Mas....". Yesha tiba-tiba mengingau saat yang lain baru saja selesai makan.

Tresna buru-buru menghampiri Yesha kemudian sedikit mengguncang tubuh Adiknya. "Yesha kenapa? Ini Mas, heeii".

"Mas....".

"Yesha bangun dulu". Tresna menepuk pipi Yesha pelan-pelan. "Mas disini, enggak kemana-mana. Ayo buka dulu matanya".

Meskipun suara Tresna hanya terdengar samar-samar, Yesha berusaha membuka matanya. Pandangannya kabur bahkan untuk melihat Tresna saja matanya tidak fokus. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, semua Kakaknya ada disini kecuali Kenan. "Kenapa aku disini?".

Juna mendekat. "Kamu tadi pingsan di sekolah, jadi Bang Winar bawa ke rumah sakit".

Yesha berusaha mengingat kejadian sebelumnya. Seingatnya dia sedang makan siang di perpustakan bersama teman-temannya. Matanya membulat saat dia mengingat bahwa dia harusnya sedang berlatih mengerjakan soal. "Aku harus ngerjain soal Mas". Tiba-tiba Yesha bangun. "Aku harus ke sekolah". Paniknya.

"Heii... kenapa kok jadi panik gini? Kamu disini dulu ya? Liat badan kamu aja masih lemes gitu, jangan dulu mikirin soal". Lucas menahan Yesha yang terlihat panik.

"Aku harus ke sekolah Bang, kalo aku enggak ngerjain soalnya nanti hasilnya jelek. Aku enggak apa-apa kok, aku mau ke sekolah".

Winar membantu Lucas menahan Yesha yang semakin berontak.

"Yesha dengerin Kakak". Juna menangkup pipi Yesha. "Tarik nafas.... tenang oke? Enggak ada soal disini. Kamu sekarang di rumah sakit biar cepet pulih, liat Kakak. Tenang yaaa?".

Dengan nafas yang memburu Yesha menarik nafasnya kemudian membuangnya perlahan-lahan. Juna membantu Adiknya agar bisa bernafas dengan normal, dia sudah menduga ada yang tidak beres kali ini. Dilihat dari Yesha yang tiba-tiba menjadi panik membuat Juna semakin yakin jika ada masalah di balik lomba yang akan Yesha ikuti. Dengan sabar Juna terus membuat Adiknya agar semakin tenang, tentu di bantu oleh yang lain.

"Makan dulu ya? Tadi ada suster nganter makan siang katanya biar enggak lemes lagi". Hamas membawa nampan berisi makanan untuk Yesha setelah anak itu tenang.

"Nanti muntah lagi enggak?". Yesha menatapnya.

"Enggak apa-apa kalo muntah lagi, seenggaknya ada makanan yang masuk dulu".

Yesha akhirnya mengangguk. Hamas memberikan nampan tersebut pada Tresna, biar Kakaknya saja yang menyuapi.

"Ayo aaa~~~". Tresna mengangkat sendok berisi bubur, sayur dan ayam.

"Gak ada rasanya". Dahi Yesha mengernyit.

"Namanya juga makanan rumah sakit dek". Winar terkekeh. "Aku pulang dulu kali ya? Bawa baju ganti buat Yesha, nanti malem siapa yang disini? Masa mau semuanya di sini". Tanya Winar.

"Aku kayaknya pulang nanti malem". Hamas menjawab. "Soalnya besok ada kelas pagi".

"Yaudah aku aja sama Mas Tresna. Besok jadwal aku siang, jadi bisa gantian sama Hamas". Ucap Juna.

"Aku ikut Hamas nginep di rumah hehee... besok ada rapat bro bro". Lucas memarken deretan giginya.

Tresna mengangguk di sela-sela menyuapi Yesha. "Yaudah, Lucas temenin Abangnya ke rumah, sekalian titip baju Mas sama Juna. Sama tolong bawain map warna merah di kamar Mas ya?".

Lucas memberi tanda hormat. "Siap laksanakan".

Setelah mengusak rambut Yesha, keduanya pergi ke rumah untuk membawa keperluan Juna dan Tresna, mungkin juga Kenan yang akan ikut menginap. Sebelum mereka pergi, mereka akan menanyakannya pada Kenan. Kakak tertuanya itu pasti sudah kembali sibuk dengan pasien-pasiennya.

Diary Yesha || Liu YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang