52 : Tamu

1.6K 281 112
                                    

Tidak lolos dalam ujian masuk universitas tidak serta merta membuat Yesha baik-baik saja. Sekalipun Kakaknya sudah berusaha membuat dia merasa lebih baik, tapi tetap saja rasa kecewa tidak akan sembuh secepat itu. Alhasil orang-orang di rumah hanya berusaha untuk memahami apa yang Yesha perbuat. Seperti membeli banyak sekali ikan cupang yang dia dapat dari Yudis. Itu juga tidak sengaja dia dapat saat akan jajan ke kiosnya. Tresna yang waktu itu mengantar hanya bisa pasrah, apalagi si anak bontot menatapnya dengan tatapan bak anak anjing yang meminta di pungut.

Sekarang kegiatan Yesha tidak jauh dari menemani cupang-cupang yang jumlahnya tidak sedikit, mungkin hampir setengah dari halaman belakang tempat cupang Lucas sudah terisi oleh milik Yesha. Meskipun tidak di cap milik siapa-siapa karena ternyata semua orang justru menyukai jenis ikan itu, tapi yang paling sering berinteraksi bersama ikan hanya Yesha atau tidak Lucas. Sedangkan yang lain hanya bertugas membersihkan akurium atau memberinya makan.

Selain cupang, tiba-tiba juga anak itu mengadopsi 2 ekor kucing hasil hadiah dari Hamas untuk Yesha. Katanya agar sang adik tidak sedih lagi, sudah sejak lama Yesha mengingikan kucing yang di adopsi. Tapi waktu itu Ibu melarangnya sehingga Yesha hanya bisa memberi makan kucing-kucing jalanan. Maka dari itu Hamas kali ini berusaha mewujudkan kemauan Yesha untuk memiliki kucing sekaligus sebagai hadiah atas kerja keras Yesha selama 3 tahun ini. Tentu anak itu senang bukan main, sampai-sampai hari itu Hamas terus di peluk dan mendadak menduduki tahta paling tinggi di rumah.

"Leon!!! Jangan!" Jari telunjuk Yesha terangkat saat kucing berwarna cokelat tua itu akan menaiki rak akuarium. "Kalo mau mam, minta Abang sana, bilang 'Bang mau makan' oke pinter?" Seolah mengerti kucing itu segera turun kemudian berlalu pergi sesuai arahan majikannya.

Yesha tersenyum saat dia melihat ikan nya yang berenang ke sana ke mari. Pagi ini dia harus memberi mereka makan. Ikan miliknya harus sehat seperti orang-orang di rumah, ya walaupun sedikit stress tapi tidak apa-apa, namanya juga hidup.

"Bebek udah kenalan belum sama Olaf?" Yesha menyapa ikan dengan corak merah. "Oh belum ya? Besok coba lagi ya? Siapa tau hari ini Olafnya masih malu."

"Udah gila emang, udah gue sekolahin mahal-mahal eh berkawan sama cupang. Gila emang si Yesha." Tresna yang melihat sang adik sedang sibuk dengan cupang hanya bisa pasrah seraya menggelengkan kepalanya.

"Kamu juga gila ngomong sendiri." Ucap Kenan yang baru saja berlalu melewati Tresna.

Tresna mendengus, tapi memang benar sih ucapan Kakaknya itu. Kadang terlalu sering melihat kelakuan Yesha membuat orang-orang di rumah menjadi ikut aneh. Tapi Yesha selalu mengclaim bahwa kelakuannya itu adalah turunan dari Kakaknya. Bukan murni hasil dari kemauan sendiri.

"SELAMAT PAGI DUNIA TIPU-TIPU!!!!" Hamas berteriak. "Selamat pagi Mas Tresna, semoga harimu menyenangkan." Dia lalu berbungkuk seperti pelayan raja. "Louis!!! Anak Papa di mana kamuuu sayangg??"

Setelah melihat Hamas, Tresna baru tersadar mungkin ucapan Yesha ada benarnya. Semua orang di rumah ini sudah lebih dulu gila dari pada adik bungsu mereka. Yasudahlah biarkan saja, Tresna juga lelah menghadapi mereka semua.

"Lagi apa Mas? Kenapa berdiri di tengah jalan?" Yesha menatap Kakaknya bingung.

"Enggak apa-apa, Mas lupa mau ngapain."

"Oh wajar kok, udah tua." Yesha menepuk bahu sang Kakak sebelum berlalu pergi.

"Kurang ajar bocah!"

Yesha menghampiri Winar dan Kenan yang sedang sibuk di dapur. Katanya mereka berdua sedang membuat sarapan, tapi di lihat-lihat sih hanya Kenan yang membuat sarapan, Winar hanya membantu merecoki saja. Tidak juga sih, Abangnya itu sedang sibuk membuat roti bakar dengan selai yang bermacam-macam rasanya. Entah, mungkin sedang bereksplorasi sendiri.

Diary Yesha || Liu YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang