16 : It All Start From Home...

3.5K 324 49
                                    

Lucas pagi-pagi sekali sudah datang ke rumah sakit, laki-laki bertubuh jangkung itu langsung masuk ke dalam ruang rawat Adiknya. Juna dan Tresna masih tidur meringkuk di atas kasur untuk menjaga pasien, sedangkan pasiennya malah tersenyum lebar menyambut kedatangan Lucas. Awalnya Lucas siap untuk memarahi Yesha karena dengan tidak manusiawinya dia menyuruh Lucas datang dan membawakan bubur langganan mereka ke rumah sakit, tapi tidak jadi karena hatinya langsung luluh saat melihat senyum Yesha.

"Hehehe... halo Abang".

"Hula halo hula halo...". Lucas mendengus, meskipun hatinya luluh tetap saja dia gengsi, jadi wajib hukumnya untuk jual mahal. "Kamu tuh kayak enggak ada orang lain yang bisa di suruh aja".

"Ih siapa bilang? Aku udah telfon Bang Winar sama Kak Hamas mereka enggak ngangkat telfonnya, cuma Abang yang angkat telfon aku".

Sekali lagi Lucas mendengus. "Emang kamu boleh apa makan makanan selain dari rumah sakit?".

Yesha menggeleng. "Gak tau, tapi nanti aku tanya Mas boleh apa enggak".

"Kamu tuh!". Lucas memekik menahan gemas. "Abang udah pagi-pagi kesini kirain udah di kasih izin buat makan ini".

"Maaf Abang...". Yesha menunduk.

Lucas tidak menjawab lagi, dia menyimpan tempat makan berisi bubur itu di atas nakas. "Kalo Mas Kenan atau dokter bilang enggak boleh, jangan di makan oke?".

"Iya Abang, Abang enggak berangkat sekarang?".

"Rapatnya nanti kok, jam 8. Kenapa? Kamu mau tidur lagi?".

Yesha menggeleng. "Mau peluk Abang".

'Dih kerasukan apaan nih bocah?'. Batin Lucas. Yesha ini bukan anak yang suka skinship, malah untuk di peluk saja susah. Bisa-bisa tangannya langsung melayang jika ada yang sengaja memeluk tubuhnya, kenapa hari ini mendadak clingy? Meskipun merasa aneh, Lucas tetap menurut. Dia duduk di pinggiran kasur Yesha kemudian memeluk Adiknya.

"Kok badan kamu panas?". Tanya Lucas. "Mau Abang panggilin dokter?".

"Enggak usah, dari semalem juga udah panas kok".

Lucas diam, tangannya mengelus punggung Yesha dengan sayang. Semakin hari badannya malah semakin kecil saja, Lucas jadi khawatir Adiknya ini kekurangan gizi. Tapi rasanya tidak mungkin, setiap hari Kenan akan mengomel tentang makanan yang di konsumsi Adik-adiknya. Meskipun makhluk sekelas dia, Hamas dan Juna tetap bandel dengan makan seblak hampir setiap hari, tapi ketika di rumah mereka makan makanan yang bergizi kok. 4 sehat 5 sempurna malah. Apa lagi hari libur, tugas memasak di ambil alih oleh Kenan, sudah di pastikan mereka makan seperti kambing, Yesha kok yang bilang begitu bukan Lucas.

"Kamu kenapa? Enggak biasanya minta peluk-peluk gini?". Karena penasaran Lucas bertanya, takut-takut Yesha justru kemasukan hantu rumah sakit.

"Cape Abang...".

"Yaudah istirahat, aduhhhh Adeknya Abang gini aja dong tiap hariiii hmmm...". Pelukan di tubuh Yesha mengerat. Sedikitnya dia paham maksud cape yang di ucapkan Adiknya.

"Aku harus sakit gitu?".

"Bukanlah! Maksud Abang tuh mau di peluk-peluk begini".

"Ini karena aku cape aja".

"Kalo cape kamu punya aku, padahal kalo kamu mau marah-marah atau ngeluh Abang siap 24 jam loh".

Yesha tertawa. "Akunya yang enggak siap Abang...".

"Lain kali jangan gini ya? Kamu tau enggak? Kita semua panik tau kemarin, sampe Abang aja beres rapat langsung kesini, enggak inget ada kelas lagi. Kalo kamu sakit yang khawatir keluarga kamu Yesha, pihak sekolah ataupun guru kamu juga enggak bisa bantu banyak, mereka juga gak bisa ngasih tanggung jawab lebih. Intinya kalo kamu sakit mereka mana peduli, makanya jaga kesehatan. Sakit gini siapa yang rugi? Kamu kan? Ngerti sekarang?".

Diary Yesha || Liu YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang