Suara adzan subuh yang mengalun di pagi hari mau tidak mau membuat Juna terbangun. Tadi malam begitu dia sampai di rumah dan masuk ke kamarnya dia langsung tidur tanpa mengingat dimana dia menginjakan kaki. Termasuk ketika Hamas merengek ingin tidur bersama karena mengeluh pilek dan tidak enak badan. Bukannya di rawat anak itu malah mendapat 1 toyoran di kepala sehingga membuatnya pundung entah kemana, Juna menebak mungkin Hamas akan pergi ke kamar Tresna atau Kenan, selama itu bukan kamar dia maka Juna tidak perlu ambil pusing. Bukan maksud tidak mau merawat, Hamas itu jika sedang sakit bisa merengek 2 kali lipat dari Yesha, bisa pengang telinga Juna nanti.
Juna melipat sejadah juga sarung setelah dia selesai sholat, dia harus turun dan memeriksa kulkas apakah ada bahan masakan yang masih tersisa atau dia harus membeli di luar nanti. Sekaligus memeriksa hewan peliharaan milih adik bungsu di rumah. Terima kasih kepada Yudhis yang mau merawat kucing mereka juga ikan si bontot selama mereka pergi. Meskipun tidak lama tapi mereka juga perlu di beri makan, jika terjadi sesuatu 1 rumah belum siap akan reaksi Yesha nanti.
"Astagfirullah!! Ngapain lo di dapur jam segini?"
Hamas yang menjadi sumber keterkejutan Juna menolah. "Hehe... pagi Kak Juna."
"Ngapain lo hah?"
"Masak mie! Ah elah judes banget."
"Emang lo udah sembuh? Mas Kenan izinin lo masak mie?"
"Udah dong! Tinggal pileknya doang sih. Tapi kata Mas Kenan kalo laper makan aja, gak ada apa-apa anjir di kuklas adanya es batu doang. Masa gue makan es batu? Beras juga tinggal 2 cangkir noh lo liat."
Juna membuka tempat penyimpanan beras, benar kata Hamas isinya tinggal sedikit. Tidak akan cukup untuk memenuhi perut 7 orang di rumah. "Yaudah deh gue nanti belanja bulanan sekalian. Mienya masih ada?"
"Tinggal 1, ini juga kadaluwarsa kemarin."
"HEH KENAPA LO MAKAN?"
"Lapar! Lagian lewat sehari doang, udah terlanjur juga gue makan."
"Ya Allah..." Juna hanya bisa pasrah dengan kelakuan Hamas.
Tidak ingin semakin membuat dirinya stress Juna lebih memilih pergi ke kamar Kenan. Dia pasti sudah bangun dan bersiap berangkat kerja, setaunya malam tadi Yesha tidur disana dan Juna belum mengetahui kondisi Yesha selain anak itu masuk angin sebelum mereka terbang ke Bandung. Jika sampai sakit Juna akan memaklumi mengingat akhir-akhir ini banyak kegiatan yang dia lakukan.
"Loh? Mas Kenan udah mau berangkat?" Juna bertanya begitu dia masuk ke dalam kamar Kenan.
"Iya, soalnya harus ngambil mobil dulu di rumah Reina."
"Emang di bawa sama Kak Rei?"
"Kemarin kan Mas langsung pergi ke Husen dari rumah sakit, jadi mobil di bawa Rei ke rumahnya. Hari ini mau Mas ambil sekalian berangkat bareng."
"Halah modus itu mah."
Kenan terkekeh. "Emangnya Lucas? Mas titip Yesha ya? Kamu gak kemana-mana kan hari ini?"
"Mau beli beras paling nanti sama kebutuhan yang lain, soalnya kulkas kosong belum beras abis juga."
"Yang penting adek ada temennya. Panas dia belum turun juga dari semalem, terus sama bilangin Mas pinjem laptopnya dia. Laptop Mas di bawa Dimas buat workshop. Obat Yesha kasih yang biasa aja di kotak, terus Hamas kasih obat flu yang biasa juga. Tadi pas bangun anaknya udah cengar-cengir, heran Mas."
"Iya nanti aku kasih Hamas obat flu babi sekalian."
"Heh! Awas aja kamu kalo aneh-aneh. Mas berangkat ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Yesha || Liu Yangyang
FanfictionMenjadi bungsu dari 7 bersaudara terkadang membuat orang lain menganggap hal tersebut hanyalah omong kosong. Di jaman sekarang, siapa orang tua yang memiliki banyak anak? Jawabannya adalah keluarga Alwira. Meskipun bukan satu-satunya keluarga dengan...