Ada yang aneh dari Yesha hari ini. Dia menjadi pendiam dan terus murung seperti habis putus cinta, itu Hamas yang bilang. Setelah dia menceritakan pertemuannya dengan Ibu sikapnya langsung berubah. Sependiam-pendiamnya Yesha, dia tidak pernah mengabaikan orang-orang disekitar apalagi sampai tidak fokus terhadap sesuatu. Tresna saja yang baru pulang kerja sampai dibuat bingung. Ditanya mau apa jawabnya tidak mau apa-apa, ditanya kenapa malah diam kemudian matanya berkaca-kaca. Tapi Tresna tau Adiknya sedang menyembunyikan sesuatu.
"Mau jalan-jalan keluar sebentar?". Juna kembali mengajukan pertanyaan.
"Enggak".
"Kamu ini kenapa? Kalo enggak bilang kita gak tau loh harus gimana".
"Enggak harus gimana-gimana, aku juga enggak tau mau apa".
Winar menarik Juna memberinya kode agar duduk bersama yang lain. "Kamu tidur aja ya? Abang usap-usap".
Setelah menidurkan Yesha, Winar duduk disamping Lucas kemudian menjelaskan apa yang terjadi pada Yesha hari ini. Mereka awalnya sepakat untuk tidak memberi tau Kenan karena Kakak tertua itu sedang sibuk sekali. Yesha hanya butuh waktu sampai dia bisa tenang, meskipun dia tidak bisa melupakan perkataan Ibu setidaknya mereka harus bisa membuat Yesha merasa lebih baik.
"Kok bisa sih Ibu ngomong gitu ke Adek?". Hamas agaknya masih belum bisa percaya.
"Aku enggak tau kalo aku ngomong gini jahat atau enggak, tapi masuk akal kalo Ibu sampe ngomong kayak gitu. Kita tau sendiri kalo Ibu cuma pengen punya anak sampe di Hamas tapi ternyata Tuhan punya rencana lain. Meskipun Ayah sama Ibu bersyukur juga, tapi namanya manusia hatinya bisa di bulak balik kapan aja belum lagi karena dari awal memang Ayah sama Ibu melakukan kesalahan. Itu tuh pentingnya restu orang tua dan segala tektek bengek sebelum nikah, biar hal kayak gini enggak terjadi".
Lucas menepuk-nepuk bahu Juna di sampingnya. "Bagus juga lo jadi pakar cinta, ajarin gue dong".
"Mata lo sini gue ajarin biar enggak jelalatan".
"Udah jangan berantem ah". Tresna menarik Juna. "Nanti Yesha bangun. Udah diem dulu".
"Tapi Mas, ini beneran Mas Kenan enggak dikasih tau dulu?". Lucas takut jika Kenan tau nanti dia akan marah. Belum pernah kan melihat orang sabara marah? Lucas pernah dan dia tidak mau mengalami hal itu 2 kali.
"Atau kita dateng dulu deh ke Ibu buat memperjelas juga". Usul Hamas.
"Nyoh Ibu". Lucas melempar kartu pengenal kepada Hamas. "Katanya kalo ada perlu sama Ibu hubungi asistennya dulu biar tau Ibu bisa atau enggak".
Juna tidak habis pikir dengan sikap Ibunya kali ini. "Gila aja, presiden juga kalo di hubungi anaknya enggak lewat asisten dulu".
"Kayak pernah aja lo jadi anak presiden". Lucas menoyor kepala Juna.
Sekali lagi Tresna harus menahan Juna agar tidak membalas perbuatan Lucas. "Biar nanti Mas yang ngomong sama Mas Kenan".
"Enggak apa-apa Mas?". Winar mantap Kakaknya ragu.
"Nyembunyiin ini dari Kenan juga enggak etis. Dia tetep haru tau".
Akhirnya mereka hanya bisa mengangangguk setelah mendengar ucapan Tresna. Bukan mereka tidak berani mengatakan apa yang terjadi hari ini. Hanya saja Kenan bisa marah atau memikirkan hal yang seharusnya tidak dia pikirkan. Belum lagi pekerjaannya yang dituntut harus memiliki konsentrasi yang tinggi membuat mereka tidak tega jika Kenan harus mengalami hal-hal yang sulit.
Dalam hal ini tentu Tresna yang harus bisa mengendalikan emosi Adiknya yang lain. Meskipun dia sama-sama lelah dan sama-sama memiliki pekerjaan yang sama-sama penting tapi dia juga harus bisa berperan menggantikan kedua orang tua sekaligus Kakak jika situasi seperti ini sedang terjadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Yesha || Liu Yangyang
FanfictionMenjadi bungsu dari 7 bersaudara terkadang membuat orang lain menganggap hal tersebut hanyalah omong kosong. Di jaman sekarang, siapa orang tua yang memiliki banyak anak? Jawabannya adalah keluarga Alwira. Meskipun bukan satu-satunya keluarga dengan...